JAKARTA -- Pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Nina Sapti Triaswati mengaku sangat pesimis produk-produk dalam negeri bakal mampu bersaing dengan produk-produk luar di era Free Trade Agreement (FTA) Asean-ChinaAlasannya, data dari Badan Pusat Statistik (BPS) sudah menunjukkan adanya defisit perdagangan, dimana nilai ekspor lebih kecil dibanding impor
BACA JUGA: Produk Makanan-Minuman Paling Siap
Hanya produk berbasis pertanian yang relatif mengalami surplus."Ini sangat memprihatinkan tatkala kita dihadapkan dengan FTA Asean-China
Lebih rinci dia menyebut, sejumlah sektor industri yang paling tidak siap menghadapi FTA itu antara lain sektor tekstil dan garmen, seperti produk alas kaki
BACA JUGA: Optimis PLTU Kelar Sebelum PON XXI
Hal ini sangat membahayakan lantaran sektor-sektor industri itu paling banyak menyerap tenaga kerjaBACA JUGA: Dari Cukai Tembakau Raup Rp 819 Juta
"Karena dalam beberapa tahun terakhir kita tidak pernah lagi mendengar mobil nasional," ujarnya.Nina berharap, pemerintah lebih serius lagi memperbaiki infrastruktur yang menunjang dunia usaha dalam negeriPembangunan jalan, termasuk menambal jalan yang bolong-bolong, perlu dilakukan guna menekan biaya produksi, sehingga harga produk dalam negeri mampu bersaing dengan produk luar, khususnya produk China yang dikenal murahSelain itu, masalah pembangunan pembangkit listrik juga harus digenjotTermasuk perda-perda yang membenani dunia usaha, harus dicabut(sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Garuda Buka 10 Rute Baru
Redaktur : Soetomo Samsu