Telusuri Sumber Dana Rp1 Miliar

Sabtu, 15 Mei 2010 – 08:43 WIB

JAKARTA -- Detasemen khusus 88 Mabes Polri terus bergerakKemarin, mereka kembali menangkap satu orang terduga teroris bernama Heri Suranto di daerah Semanggi, Pasar Kliwon Solo

BACA JUGA: Rapat Perdana, Singgung Pergantian Gubernur BI

Ini merupakan rangkaian operasi dari tiga orang yang tertangkap sebelumnya di Baki, Sukoharjo
Densus menyita komputer dan beberapa dokumen di rumah Heri

BACA JUGA: Strategi atau Hanya Permainan Politik ?



Selain terus berburu teroris, Korps Burung Hantu juga sedang menelusuri sumber dana "jihad" Aceh yang jumlahnya mencapai satu miliar rupiah
Tiga orang tokoh penting dalam pendanaan itu sudah ditangkap Kamis 6 Mei lalu

BACA JUGA: MUI Minta Penarikan Film Akibat Pergaulan Bebas

"Dana ada dari tiga orang yakni Haris Amir Falah, Hariyadi Usman, dan dokter Syarif Usman," ujar Kapolri Jendral Bambang Hendarso Danuri kemarin.     

BHD menyebut Haris mempunyai 200 juta, Hariyadi 250 juta dan Syarif Usman 200 jutaSisanya ditemukan di rumah Maulana, teroris yang tewas di Cawang, Jakarta Timur"Ditemukan dalam pecahan dolar, ringgit dan rupiah," kata mantan Kabareskrim ituInformasi yang dihimpun Jawa Pos, Haris Amir Falah adalah ketua Jamaah Ansharut Tauhid DKI JakartaDalam rekonstruksi Rabu (12/05) di Pejaten, Haris dihadirkan bersama Ubeid dan seorang lagi berbaju putih panjang berjenggot dengan tag name Abu Bakar Baasyir yang datang menggunakan mobil.

Saat ditanya soal kemungkinan keterlibatan Baasyir, Kapolri menjawab diplomatis"Untuk soal pendanaan ini kita tak boleh langsung menuding, yang jelas penyidik punya bukti permulaan yang sedang dikembangkan di lapangan," kata KapolriKepala Densus 88 Mabes Polri Brigjen Tito Karnavian tak membantah jika Haris adalah Ketua JAT DKI JakartaNamun, kata Tito, peran dia sedang disidik apakah bertindak dalam kapasitas pribadi atau tidak"Masih dalam proses penyidikan, sedang berjalan," kata Tito usai jumpa pers

Sumber Jawa Pos di lingkungan mantan kombatan menyebut analisa polisi terlalu mengada-adaSebab, orang-orang yang ditangkap itu justru ekonominya pas-pasan"Saya akrab dengan Haris Amir Falah, tak mungkin dia punya 200 juta apalagi dana itu untuk terorisme," katanyaPria yang kini tinggal di Jakarta itu juga tak yakin Haris setuju dengan aksi jihad dengan kekerasan seperti di Aceh."Saya menduga dia memang dijebak dan diarahkan untuk skenario tertentu," katanya

Kapolri membantah tegas adanya rekayasa atau skenario"Semua sudah ada rangkaian, bukti yang saling terkaitMereka ini berasal dari berbagai kelompok seperti Kompak, NII, dan yang lainnya bergabung jadi satu," ujarnyaDalam struktur organisasi teror yang baru, mereka juga tergabung dalam tujuh regu sesuai dengan asal daerahnyaMasing-masing kelompok Lampung (10 orang), kelompok Jatim (4 orang), kelompok Jateng (4 orang) Medan (2), Jakarta (18), Banten (7), Aceh  (15 orang).

Kapolri mengakui agak kewalahan karena sesuai UU terorisme polisi hanya punya waktu 7 x 24 jam untuk membuktikan seseorang bersalah atau tidak"Istilah jawanya, kami ini kepontal-pontal," kata mantan Direktur Reserse Polda Jawa Timur ituPolri akan mengajukan usulan agar UU 15 tahun 2003 direvisi.Ide itu diamini oleh Menkopolhukam Djoko Suyanto yang kemarin juga hadir di Mabes Polri.  

Menurut Djoko, revisi itu dilakukan karena ada beberapa hal yang masih belum tercantum dalam undang-undang itu sehingga perlu ada penegasan sebagai payung hukum"UU itu akan dievaluasi dengan perubahan-perubahan yang antara lain (berisi) bagaimana bisa mencegah terorisme," ujarnyaSelain itu, UU tersebut akan memperluas soal pihak-pihak yang ikut membantu terorisme terutama untuk menjerat para penyandang danaAturan pidana dalam aturan itu juga akan direvisi.

Namun, Djoko menegaskan, untuk memberantas terorisme, pemerintah belum berpikir untuk membuat undang-undang keamanan dalam negeri semacam "internal security act" (ISA) sebagaimana yang diberlakukan di MalaysiaSecara terpisah, Koordinator Tim Pengacara Muslim Achmad Michdan meminta Polri meminta maaf kepada 13 orang yang ditangkap tanpa bukti"kami akan melapor ke Komnas HAM dan DPR," kata Achmad Michdan kemarin

TPM juga meminta nama JAT direhabilitasi"Kelompok teroris ini sama sekali berbeda dengan JAT dan JAT tidak ada keterlibatan apapunDensus harus minta maaf," katanyaSementara itu, jenazah teroris yang masih tersimpan di Gedung Instalasi Kedokteran Forensik (IKF) RS Polri Kramat Jati, mulai didatangi keluarganyaPagi kemarin (14/5) Awal Purwono, yang mengaku sebagai kakak kandung Saptono datang untuk memastikan apakah yang tewas benar-benar anggota keluarganya

"Saya belum boleh melihat (jenazah,Red) apalagi membawa pulang," katanya sesaat keluar dari gedung tersebutNamun dia menjelaskan berdasarkan data-data yang dikeluarkan tim forensik, ciri-ciri fisik salah satu jenazah sangat sesuai dengan Saptono adiknyaMisalnya tahi lalat di pipi kiri"Kata tim, administrasinya belum selesaiMasih harus tes DNA dan sidik jari," kata pria berjenggot yang datang sekitar pukul 09.30 ituDia menuturkan, pihak keluarga akan mengambil jenazah Saptono hari ini (15/5)Rencananya, jenazah tersebut akan dimakamkan di Kampung Sajra, Rangkas Bitung yang merupakan kampung orang tua mereka

Pria yang kemarin mengenakan kemeja coklat itu mengaku iklas menerima kematian adik kandungnyaKata Awal, itu adalah jalan hidup yang dipilih adiknya sendiri"Dia telah menegakkan syariat islamIni adalah bagian dari perjuangannya," kata mertua Rois, terpidana Bom Kuningan itu.

Tentang seorang istri dan enam anak yang telah ditinggal Saptono, Awal mengaku akan menanggung semuanyaSebab, dia adalah kakak tertua yang harus bertanggung jawabSaptono merupakan anak ke tujuh dari sembilan bersaudara.(rdl/kuh/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kursi Ketua KPK Bukan Untuk Pelamar Kerja


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler