Tempe dan Tahu Langka, Polri Kejar Penimbun Kedelai di Beberapa Daerah

Selasa, 05 Januari 2021 – 13:50 WIB
Kelangkaan tempe terjadi di sejumlah pasar. Foto: dok for jpnn

jpnn.com, JAKARTA - Bareskrim Polri menyelidiki dugaan penimbunan kedelai pascakenaikan harga kedelai secara nasional beberapa hari ini.

Penimbunan dan dugaan permainan harga oleh spekulan itu yang diduga mengakibatkan kelangkaan kedelai.

BACA JUGA: 5 Berita Terpopuler: 7 Permintaan Rizieq, Ratusan Brimob Bersenjata Lengkap Siaga, Pemerintah Pertimbangkan Status Darurat

Penyelidikan dilakukan oleh tim satgas Pangan Polri di sejumlah wilayah di Indonesia. Kabareskrim Polri Komjen Listyo Sigit bersama Kasatgas Pangan Polri Brigjen Helmy Santika menyatakan telah melakukan pemeriksaan di sejumlah gudang importir dan distributor kedelai di wilayah Cikupa, Cengkareng dan Bekasi.

"Satgas juga telah menginstruksikan satgas kewilayahan di tiap Polda untuk melakukan pengecekan harga, ketersediaan kedelai serta sentra-sentra pengolahan khususnya UMKM yang memproduksi tempe dan tahu," jelas Komjen Listyo Sigit dalam keterangannya, Selasa (5/1).

BACA JUGA: Tempe dan Tahu sedang Langka, Ini yang Dilakukan Kementan

Awal tahun 2021, harga kedelai mengalami kenaikan. Hal itu membuat sejumlah perajin tahu tempe mogok produksi selama tiga hari. Pasokan tahu dan tempe menghilang di pasaran selama 1-3 Januari.

Kenaikan harga kedelai di dinilai membebani pengusaha. Kenaikan harga kedelai di kisaran angka Rp9.000 dari semula sekitar Rp7.000 per kilogram.

BACA JUGA: Tempe Tahu Langka di Indonesia, Rocky Gerung Ikut Teriak

Pemerintah melalui Kementerian Perdagangan mengklaim telah menurunkan tim untuk mencari sumber masalah mogok produksi oleh produsen tahu tempe. Pemerintah menjamin pasokan kedelai akan segera stabil.

Kasatgas Pangan Polri Brigjen Helmy Santika menambahkan, Polri telah memiliki data dan analisa ketersediaan serta kebutuhan kedelai secara nasional.

"Kami telah koordinasi dengan Kementrian Perdagangan, Kementerian Pertanian dan sejumlah pihak lain untuk menelusuri dugaan adanya penimbunan dan permainan harga kedelai yang melonjak sejak beberapa hari lalu," kata Helmy.

Dia juga menyebutkan bahwa perkembangan global di masa pandemi Covid-19 turut memengaruhi harga kedelai di pasar dunia.

"Berdasarkan data FAO, pada Desember 2020 ada kenaikan harga kedelai di pasar global sebesar 6 persen dari harga awal 435 US dolar menjadi 461 US dolar per-ton," pungkas Helmy. (flo/jpnn)

Jangan Sampai Ketinggalan Video Pilihan Redaksi ini:


Redaktur & Reporter : Natalia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler