BOGOR–Pedagang tempe di sejumlah pasar tradisional di Kota Bogor mengaku merugi. Sebabnya harga komoditas kacang kedelai terus merangkak naik. Untuk mengurangi kerugian lebih besar, pedagang terpaksa menyiasatinya dengan mengurangi ukuran tempe.
Seperti yang dilakukan Tahrin (48) salah satu pedagang tempe di Pasar Bogor. Menurutnya, harga kedelai di koperasi naik dari Rp8.200 per kilogram menjadi Rp8.400 per kilogram.
“Meskipun naiknya hanya Rp200, tapi dampaknya saat proses produksi sangat mempengaruhi,” ujarnya pada wartawan Radar Bogor (Grup JPNN).
Ia menjelaskan, harga kedelai naik sejatinya sudah terjadi sebelum harga BBM naik. Dan kenaikan ini diprediksi akan terus terjadi karena faktor cuaca yang menghambat distribusi.
BACA JUGA: Jelang Natal-Tahun Baru, KAI Tambah Rangkaian Kereta
“Tetap laku, tapi pembeli mengeluh ukuran tempa menjadi kecil. Penjualan turun hampir 50 persen. Biasanya bisa menjual 80 potong,” bebernya.
Ia berharap, setidaknya ada perhatian dari pemerintah agar harga kedelai bisa segera turun. Tahrin dan para pedagang khawatir, lama-kelamaan pelanggannya akan semakin berkurang.
“Kami pedagang tempe pun terpaksa merugi. Kalau pelanggan kan, ingin kualitasnya tidak berubah, tetap enak,” tuturnya.
Di tempat yang sama, Risma (21) salah satu pembeli tempe mengaku tetap membeli tempe karena sudah menjadi kebutuhan. Selain itu seluruh keluarganya pun menggemari panganan berbahan kedelai itu.
“Lumayan untuk memenuhi kebutuhan protein dalam tubuh, dibandingkan dengan daging yang kini harganya selangit,” tuturnya.
Terpisah, Kadisperindag Kota Bogor Bambang Budianto menegaskan bahwa pedagang tempe tidak perlu mengkhawatirkan kenaikan kedelai. Menurutnya, pasokan kedelai memang berkurang karena cuaca, namun stok tetap aman.
“Lagipula tempe kan bukan kebutuhan pokok, tidak seperti Sembako, jadi jangan terlalu dirisaukan,” ujarnya.
Selain faktor cuaca, naiknya harga BBM juga menjadi salah satu penyebab naiknya harga kedelai. Tapi ia memprediksi kenaikan tidak akan bertahan lama.
BACA JUGA: Investasi di Indonesia Tertinggi Se-ASEAN
“Akan segera turun, seiring dengan berubahnya iklim cuaca. Jika stoknya sudah kembali normal, akan sejalan dengan harga yang juga turun,” tutupnya.(rp1/c)
BACA JUGA: Pengusaha Hotel Mulai Rumahkan Karyawan
BACA ARTIKEL LAINNYA... Produksi Menurun, Rini Soemarno Kunjungi Pabrik Gula di Surabaya
Redaktur : Tim Redaksi