jpnn.com, MAKASSAR - Satriani, wanita berusia 37 tahun yang tenggelam di Sungai Jeneberang akhirnya ditemukan dalam keadaan meninggal.
Korban ditemukan pada hari kedua pencarian di lokasi kejadian oleh tim SAR Gabungan bersama pihak keluarga yang ikut turun mencari di sungai setempat.
BACA JUGA: Wisatawan: Kapal Tenggelam di Labuan Bajo Pernah Kecelakaan
"Korban ditemukan sekitar pukul 17.30 WITA dalam keadaan meninggal dunia. Korban ditemukan sekitar 10 meter dari lokasi diduga terjatuh," ujar Kepala Kantor Basarnas Sulsel, Djunaidi di Makassar, Senin.
Jenazah korban langsung dievakuasi ke rumah duka sekitar 300 meter dari lokasi kejadian untuk diserahkan ke pihak keluarga.
BACA JUGA: Wisatawan Tenggelam di Air Terjun Segenter Ditemukan Sudah Meninggal Dunia
Proses pencarian dilaksanakan Basarnas bersama SAR Gabungan dan potensi SAR pada Ahad 22 Januari 2023 setelah menerima laporan.
Untuk proses pencarian melibatkan personel dan puluhan potensi SAR beserta masyarakat setempat yang tergabung dalam Tim SAR Gabungan. Pencarian dilakukan dengan menyelam dan menyisir sungai ke hilir.
BACA JUGA: Perahu Motor Tenggelam Dihempas Ombak di Selat Malaka, Nelayan Aceh Timur Hilang
Bahkan, warga setempat turut membantu dengan menggunakan bambu untuk memeriksa dasar sungai hingga korban berhasil ditemukan.
Atas kejadian itu, pihaknya menyampaikan rasa belasungkawa. Djunaidi berpesan agar warga yang tinggal di bantaran sungai tetap memantau anggota keluarganya agar bisa mencegah terjadinya hal yang tidak diinginkan.
Komandan Lapangan Tim Basarnas Sulsel Arman menambahkan, Jenazah almarhum ditemukan pada sisi sebelah timur bendungan Sungai Jeneberang, setelah awalnya korban nekad menceburkan diri di sisi sebelah barat bendungan pada Minggu (22/1/2023).
"Korban di temukan di sisi timur bendungan aliran sungai, melenceng dari lokasi pencarian titik jatuhnya korban. Pencarian sempat terkendala karena air sungai sedang keruh," katanya.
Ritual pencarian jenazah korban tenggelam
Sebelum penemuan jasad korban yang diduga bunuh diri dengan melompat dari sisi bendungan ke Sungai Jeneberang, pihak keluarga sempat menggelar ritual adat agar korban segera ditemukan menurut kepercayaan mereka. Mengingat, sejak pagi hingga menjelang sore di hari kedua pencarian korban nihil.
Sejumlah sesajen seperti pisang, telur serta lainnya disajikan di pinggir sungai termasuk membakar dupa, dan menyalakan lilin, ritual pun dilaksanakan.
Dua lelaki mengenakan pakaian adat terlihat sibuk memainkan terompet kecil dan memukul gendang dengan bunyian khas (suara pemanggil), kemudian operasi pencarian dilanjutkan kembali.
"Biasa memang orang-orang sini ada ritual-ritual kalau ada orang tenggelam supaya bisa dimunculkan ke atas (permukaan). Kepercayaan orang di sini memang begitu," tutur Chepi warga setempat.
Setelah ritual, pihak keluarga ngotot untuk ikut serta dalam pencarian, bahkan sempat dilarang tim SAR dengan alasan mempertimbangkan keselamatan dari pihak keluarga korban.
Namun, karena desakan, akhirnya diizinkan tim SAR. Suami korban Azhar bersama saudara dan keluarganya turun ke sungai mencari korban dengan membawa bambu untuk menusuk-nusuk ke dasar sungai.
Salah seorang keluarga korban, Fahmi, saat ikut di atas perahu mencari dengan menusukkan bambu panjang ke dasar sungai di bawah bendungan menemukan ada sesuatu. Awalnya dikira kantong plastik berisi air, namun setelah berusaha diangkat ternyata mayat.
"Saya coba tusuk-tusuk pakai bambu yang ada pakunya. Namun, kurasa ada yang lembek-lembek, jadi ku angkat naik ternyata dia. Jadi, saya panggil suaminya, sepupunya untuk pastikan, ternyata dia (korban) betul," tutur Fahmi menceritakan.
Kejadian ini sempat menghebohkan warga Jalan Malangkeri III, Kecamatan Tamalate Makassar selama dua hari terakhir hingga korban berhasil ditemukan. Lokasi tersebut juga berdekatan dengan dermaga penyeberangan kendaraan menuju daerah Taeng, Palanggga, Kabupaten Gowa, Sulsel.(antara/jpnn)
Redaktur & Reporter : Budianto Hutahaean