jpnn.com - Keberhasilan seorang marketer adalah tidak hanya membuat customer menjadi pelanggan, namun juga bagaimana dia mampu mengajak orang lain mengikuti jejaknya. Dokter Terawan dengan pelayanan brain washing-nya membuat pasien terpikat dan terus membawa relasi mereka untuk berobat kepada dirinya.
Laporan Ilham Wancoko, Jakarta
BACA JUGA: Mengenal Khoirul Anwar, Tukang Ngarit Penemu Teknologi 4G
SENIN (15/12) pukul 12.00, seorang lelaki paro baya bernama Joseph Halim mendatangi ruang pelayanan Cerebro Vascular Center (CVC) Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta. Dia mengeluh terserang stroke ringan. Tangan kanannya bergetar dan nyaris tidak bisa digunakan menulis. Cara berjalannya kaku, harus diseret. Dia juga tampak sulit berbicara.
Tidak lama kemudian, seorang dokter muncul dan memeriksanya. Dia adalah Brigjen TNI dr Terawan Agus Putranto. Setelah melakukan serangkaian pemeriksaan, dokter kelahiran 5 Agustus 1964 itu mendiagnosis adanya penyumbatan pada pembuluh darah di otak Joseph.
BACA JUGA: Delapan Bulan tanpa Perawatan karena Tak Masuk Kartu Keluarga
Tidak menunggu lama, operasi dengan teknik kateterisasi dilakukan. Melalui paha kanan pasien, slang ekstrakecil dimasukkan hingga ke otak untuk menghilangkan sumbatan di pembuluh darah pasien.
Operasi itu selesai hanya dalam waktu kurang dari setengah jam. Pukul 15.00, Joseph sudah berada di kamar perawatan. Dalam sekejap, dia sudah bisa merasakan tubuhnya menjadi enteng. Dia lalu membuktikannya dengan mencoba menulis. Hasilnya sempurna. Dia kembali bisa menulis dengan lancar.
BACA JUGA: Digigit Anjing Malah Dipecat, Ada yang Dipaksa Jilati Susu Tumpah
’’Tiga jam yang lalu saya tidak bisa menulis karena serangan stroke ini. Sekarang sudah bisa lagi. Ini luar biasa. Puji Tuhan,’’ ujar Joseph dengan gembira.
Saat itu, Terawan mendatangi Joseph untuk sekadar mengecek kondisinya. ’’Gimana, sudah membaik kan kesehatannya?’’ tanya dia sembari mencopot jarum infus di tangan Joseph.
Kepada Terawan, Joseph langsung menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga. Menurut dia, kesehatannya terasa langsung pulih. ’’Ini cepat sekali perubahannya. Saya tidak habis pikir kok bisa seperti ini,’’ ujarnya.
Setelah berbasa-basi sejenak, pria yang saat ini menjadi kepala bidang dana usaha dan keanggotaan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) itu lalu menceritakan kondisi temannya yang juga memerlukan bantuan cepat. ’’Dok, teman saya juga membutuhkan bantuan. Dia juga terserang stroke,’’ ungkap Joseph.
Dengan senyum ramah, Terawan menjawab siap melayani setiap pasien yang membutuhkan pertolongan.
’’Walau dalam bertugas berpakaian hijau-hijau (TNI-AD), kami adalah dokter yang tugasnya melayani. Jadi, jangan sungkan atau takut, kami siap membantu,’’ ujarnya lantas tersenyum.
Belum puas dengan pengakuan pasien, Terawan lalu meminta Joseph berjalan. Dokter yang mengambil spesialisasi radiologi di Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut ingin mengetahui kondisi pasien yang sebenarnya. Apakah benar ada kemajuan atau belum.
’’Ayo, coba jalan. Jangan bermanja-manja. Pasti sudah sembuh,’’ kata Terawan disambut tawa Joseph.
Dengan senang hati, Joseph berdiri dan mencoba berjalan sekitar 10 meter. Terawan mengamati dengan saksama cara berjalan pasiennya itu. ’’Bagus, sudah tidak menyeret lagi kakinya,’’ tuturnya.
Setelah itu, Terawan berpamitan untuk kembali ke ruangannya. ’’Pak Joseph, kalau ada perlu, langsung panggil saya saja. Saya pasti datang,’’ katanya berpesan.
Saat menuju ke ruangannya, Terawan berjumpa dengan pasien yang dipindahkan ke ruang pasien. Dia lantas bertanya kepada anggota keluarga yang mendampingi tentang penyakit si pasien.
’’Stroke? Oke, nanti kita sikat penyakitnya,’’ ujarnya disambut tawa pasien dan para perawat.
Menurut Terawan, kunci utama pelayanan rumah sakit itu adalah kecepatan, sikap dokter, serta perawat yang mau memperlakukan pasien seperti keluarga sendiri. ’’Karena itu, untuk penanganan stroke di RSPAD, kami tetapkan maksimal hanya empat jam. Setelah itu, dengan bantuan Tuhan, bisa sembuh,’’ tutur dia.
Kecepatan pelayanan dan kesembuhan yang ekstracepat itulah yang membuat pasien merasa puas dan kemudian menyebarluaskan kepada saudara atau teman-teman mereka. Mereka pun ’’mendadak’’ menjadi tenaga marketing atau sales bagi RSPAD.
Setelah ditangani dan sembuh, banyak mantan pasien yang membawa relasi mereka ke RSPAD bila ingin berobat. ’’Tadi Anda melihat yang memakai jas itu. Dia mantan pasien di sini yang membawa bosnya datang kemari,’’ paparnya mencontohkan peran mantan pasien yang menjadi tenaga marketing RSPAD.
Keahlian Terawan menangani pasien stroke tidak muncul begitu saja. Dia memikirkannya sejak lama. ’’Saat itu, saya yakin otak belum tersentuh. Karena itu, saya mendalami bagian tersebut,’’ ujarnya.
Terawan menuturkan, ibarat pedagang, apa yang akan dijual harus diketahui lebih dulu, termasuk pasarnya dan komoditas apa yang belum ada. ’’Saat ini, untuk penanganan penyakit di otak, tidak hanya ditekankan pada pengobatan, tapi pencegahannya.’’
Pencegahan jauh lebih berguna daripada pengobatan. Misalnya, yang dihadapi pasien lain bernama Maryani Hutasoit. Terawan menceritakan, Maryani merupakan pasien yang ingin mengecek kondisi otaknya. ’’Sebelumnya, (Maryani) tidak merasakan ada masalah. Dia hanya ingin mengecek kesehatannya,’’ tuturnya.
Setelah diperiksa dan didiagnosis, ternyata terdapat pembuluh darah di otak Maryani yang membengkak. Tanpa menunggu lama, Maryani langsung mendapat tindakan medis yang disebut koiling. ’’Itu untuk mencegah agar pembuluh darah tidak pecah,’’ jelasnya.
Karena itu, pencegahan menjadi kunci utama. Kalau saja Maryani tidak ingin mengecek kesehatannya, pembuluh darahnya mungkin bisa pecah kapan saja. Risikonya bisa fatal hingga pasien meninggal.
’’Karena itu, orang harus peduli pada kesehatannya. Kalau perlu, mengecek kesehatan secara rutin,’’ tegasnya.
Meski Terawan sudah menolong sekian banyak orang, metode pengobatannya sempat menimbulkan kontroversi. Menurut dia, metode yang dipakai sangat aman dan menggunakan teknologi canggih.
’’Saya memakai alat yang canggih. Beberapa pasien yang pernah ke Hongkong dan Jepang saja tahu bahwa kami lebih tinggi teknologinya,’’ tuturnya.
Sebagai dokter, Terawan mengaku pekerjaan yang ditanganinya bukan hanya tindakan medis. Dia juga perhatian terhadap setiap fasilitas di RSPAD. Misalnya, soal rencana menyediakan bank untuk CVC. Saat itu, Kepala Organis CVC Mayor Maya mendatangi Terawan.
Ayah Abram Apriliawan tersebut menjelaskan, pelayanan kepada masyarakat harus cepat dan tidak menimbulkan antrean panjang. Dengan demikian, masyarakat bisa lebih nyaman berobat di RSPAD.
’’Kecepatan pelayanan itu bukan hanya tindakan medis, tapi juga pelayanan lain. Jangan sampai ada keluhan dari pasien. Semuanya harus total,’’ tutur jenderal bintang satu tersebut.
Dengan totalitas itu, jumlah pasien Terawan di RSPAD membeludak. Bahkan, antrean pasien mencapai ribuan orang. Namun, Terawan menjelaskan, pasien memang ribuan. Tapi, pasien yang memerlukan penanganan cepat karena penyakitnya yang akut akan diprioritaskan.
’’Yang antre panjang itu kebanyakan untuk cek kesehatan biasa,’’ katanya.
Berkat pelayanan primanya itu, Sabtu (11/12), Terawan mendapat penghargaan Indonesia Marketing Champion (IMC) dari MarkPlus Inc di bidang kesehatan.
Sales Marketing RSPAD Gatot Soebroto Laurentia menuturkan, Terawan merupakan sosok dokter yang pantas diteladani. Karena itu, wajar bila Terawan menjadi ikon RSPAD Gatot Soebroto. ’’Penanganannya yang cepat dan ramah menjadikannya teladan,’’ terangnya. (*/c5/ari)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kayla dan Sulton, Kakak-Adik Penderita Talasemia Mayor
Redaktur : Tim Redaksi