Tergerus Cuaca, Terjerat Utang

Kamis, 16 September 2010 – 10:09 WIB

Tahun ini menjadi masa sulit bagi sebagian petani bawang merah di ProbolinggoCuaca tak menentu membuat hasil tanamnya tak menentu

BACA JUGA: Cuaca Buruk, Petani Tembakau Terpuruk

Sementara Utang telah menjerat, menyusul kebutuhan hidup yang terus meningkat.


Jarum jam menunjukkan pukul 11.00
Di musim ini biasanya, di jam-jam itu panas matahari menyengat di Desa Tamansari, Dringu Kabupaten Probolinggo

BACA JUGA: Di Riau, Sudah 12 Tewas Kecelakaan

Tapi kemarin sinar matahari terhalang mendung
Paginya bahkan hujan mengguyur.  Melihat mendung yang masih menggumpal, Ajat, 46, seorang petani bawang merah di Tamansari nampak cemas

BACA JUGA: GMKI Gelar Aksi Solidaritas Jemaat HKBP

"Semoga tidak hujan lagiTadi (kemarin) pagi dan semalam sudah hujan," ujarnya.

Saat ditemui Radar Bromo kemarin, Ajat sibuk meracik obat-obatan disinfektan untuk menyirami bawang merahnya"Kalau hujan-hujan gini, tanaman (bawang) harus diobati sering-sering mas," katanyaMenurut Ajat, sedianya pada beberapa tahun lalu, masa tanam bulan-bulan ini sedang bagus-bagusnyaTetapi tahun ini berbeda 180 derajatBeberapa bulan terakhir hasil panen bawangnya juga kurang maksimal.

Ajat mengaku heranCuaca tahun ini berbeda dengan rutinitas tahun-tahun sebelumnyaSeharusnya, menurut Ajat tahun ini sudah memasuki musim kemarau dan sudah tidak turun hujan lagiFaktanya hujan tetap turun beberapa hari terakhirBahkan frekuensi hujannya juga lumayan lebat"Sekarang ini sudah tidak bisa diprediksi lagi cuacanyaSaya sendiri juga kurang tahu apa sebabnya," bebernya.

Hujan dan panas yang datang silih berganti setiap harinya dijelaskan Ajat membuat pertumbuhan tanaman bawang merahnya kurang maksimalSelain itu tanamannya juga rentan terkena aneka macam penyakit"Daun bawang itu akan menguning dan layuKarena habis terkena hujan, terus kena panas, jadi rusakSelain itu hujan dan panas ini juga membuat ulat-ulat dan hama lain berkembang biak dengan cepat dan siap merusak tanaman," kata Ajat.

Untuk mengantisipasinya, para petani menggunakan pestisidaDi musim yang tak menentu seperti sekarang ini, tentu saja frekuensi obat-obatan itu juga ditambahApalagi kelambu yang biasanya digunakan sebagai salah satu alat untuk memerangi hama juga mudah rusak di musim tak menentu ini"Benang kelambunya banyak yang rantas, karena tak kuat usai kena air terus kena panas," jelasnya.

Obat-obatan hama itu sendiri harganya juga tak murah"Total harga racikan obat untuk sekali racik itu mencapai Rp 200 ribuItu untuk beberapa kali menyemprot," beber AjatAjat berharap bawang merahnya yang sudah berumur 25 hari bisa dipanen pada waktunyaSekitar 60 hari, dengan begitu hasilnya akan maksimalTetapi kalau kondisi panas hujan terus berlangsung, Ajat bisa memanen lebih dini.

"Beberapa bulan lalu, saya terpaksa panen diniItu karena hujan beberapa bulan yang lalu yang deras membuat beberapa sawah banjirJangan tanyakan penghasilan menurun berapa, pokoknya rugi," terang AjatDikatakan Ajat, musim hujan panas ini sulit menghasilkan bawang merah super yang sekuintalnya dijual Rp 800 ribu"Tetapi kalau kualitas biasa, ya sekitar Rp 600-700 ribu," ungkapnya.

Kegelisahan yang dirasakan Ajat juga dirasakan oleh Sahar, 38 salah satu pekerja perawat tanaman bawang milik salah satu petani besar di TamansariSahar menceritakan, kalau hasil tanamannya menurun secara otomatis pendapatannya juga menurun.

"Masih turunnya hujan di musim kemarau ini memang membaut tanaman bawang merah tidak bisa berkembang dengan baikTetapi bos saya tetap tidak rugi, karena mempunyai lahan sawah yang luas," jelasnyaDi sisi lain, meski penghasilan turun, namun kebutuhan para petani untuk kebutuhan lebaran  dan sekolah terus meningkat"Saya ini mempunyai anak 4 yang masih kecil-kecil," kata Ajat.

Lalu darimana Ajat bisa mendapatkan sejumlah uang untuk memenuhi kebutuhannya yang membengkak biaya sekolah maupun biaya lebaran lalu? "Biasanya kalau sudah gini ya ngebon (utang) duluNanti baru dibayar ketika hasil tani sudah baik kembali," terangnyaUtang bukan hal yang baru bagi petaniHal tersebut biasanya juga dilakukan para petani bila memasuki musim tahun ajaran baru di saat belum masa panenNamun, bagaimana untuk mengembalikan utang, jika ternyata panen yang diharapkan tidak juga membantu"Kalau kami gagal panen, berarti juga gagal bayar utang," keluh Ajat.

Keresahan para petani ini sedianya juga dirasakan oleh Bupati Probolinggo Hasan Aminuddin"Tidak hanya bawang saja, tetapi rata-rata semua petani mulai dari tembakau, jagung sampai padi pun banyak yang mengeluh dengan situasi cuaca yang tak menentu seperti sekarang iniSaya sangat mengetahui perasaan petani, karena saya juga seorang petani," jelasnya.

Hasan berharap para petani tabah menghadapi cobaan musim yang tak menentu seperti sekarang ini"Saya secara pribadi juga prihatin, karena masa panen banyak yang tertundaTetapi hadapilah cobaan ini dengan ikhlas," harap Hasan(yud/aj/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Medan Terbanyak Penderita HIV/AIDS


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler