jpnn.com, JAKARTA - Direktur jenderal (Dirjen) Guru Tenaga Kependidikan (GTK) Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nunuk Suryani mencurahkan kegundahan hatinya akan nasib honorer.
Setiap harinya, Dirjen Nunuk ternyata menerima banyak WhatsApp dari guru honorer. Isinya bermacam-macam. Mulai dari ratapan dan tangisan hingga cacian.
BACA JUGA: Guru Honorer Urus 8 Dokumen Penetapan NIP PPPK 2022, Biaya Lumayan Besar, Halo Bu Nunuk
Semuanya diterima Dirjen Nunuk, karena bisa merasakan bagaimana galaunya guru honorer yang sangat berharap diangkat menjadi aparatur sipil negara (ASN) Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).
"Setiap hari saya menerima minimal 3 ribuan WhatsApp. Saking banyaknya handphone saya sampai bermasalah," keluh Dirjen Nunuk saat ditanya JPNN.com baru-baru ini.
BACA JUGA: Dirjen Nunuk Sebut P1 Mendominasi Penempatan PPPK 2022, Ini Faktanya
Diceritakannya saat menjabat sebagai pelaksana tugas (Plt.) hingga resmi diangkat menjadi dirjen GTK, wajahnya kelihatan lebih tua 10 tahun. Sebelumnya, wajahnya kelihatan lebih muda dan cantik.
"Saya sekarang kelihatan lebih tua lho. Lebih tua 10 tahun dari usia saya," kata profesor di bidang pendidikan ini.
BACA JUGA: Prof Nunuk Sebut 62.465 P1 Tanpa Penempatan Dituntaskan di PPPK 2023, Ada Sistem Baru
Dia mengaku tidak punya waktu lagi untuk merawat wajahnya agar tetap cantik rupawan dan muda. Baginya waktu ke salon, akan lebih bermanfaat bila digunakan untuk mencari solusi bagaimana agar guru honorer bisa diangkat PPPK.
Jika semua guru honorer sudah menjadi ASN PPPK, maka pemerintah tinggal melakukan perekrutan untuk lulus PPG (pendidikan profesi guru).
Sebenarnya kata Prof. Nunuk, tugas dirjen GTK tidak terlalu berat, tetapi karena menyangkut nasib jutaan guru honorer, beban morilnya bertambah. Dia harus mengambil kebijakan yang seminimal mungkin menyakiti hati guru honorer.
Dirjen Nunuk mengakui tidak bisa memuaskan semua guru honorer. Ada banyak rambu-rambu yang harus jadi pijakannya.
"Sebenarnya saya sedih lho ketika membaca banyak caci maki guru honorer. Andai mereka tahu bagaimana kami bekerja siang malam memikirkan nasib seluruh guru honorer, pasti tidak akan ada caci maki," tuturnya.
Yang mengharukan, ketika para guru honorer sudah tertidur lelap, Dirjen Nunuk masih melek.
Hingga pukul 01.00 dinihari dia masih berjibaku dengan pekerjaannya, apalagi untuk perekrutan PPPK guru 2023 masih cukup banyak pekerjaan rumah harus diselesaikannya.
Dia ingin tangisan guru honorer berganti senyuman.
"Saya sangat memahami bagaimana nasib guru honorer itu, makanya Mas Menteri Nadiem Makarim membuat program 1 juta PPPK itu agar ada perubahan status dan peningkatan kesejahteraan guru," tuturnya.
Saat ini dia hanya berharap para guru honorer untuk tetap bersabar dan berdoa. Berhentilah mencaci maki pemerintah, karena mereka tidak diam dan terus berusaha demi nasib guru honorer. (esy/jpnn)
Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad