jpnn.com - JPNN.com BANDA ACEH - Gubernur Aceh, Zaini Abdullah mengaku banyak yang menyarankan agar dirinya pensiun dari dunia politik. Saran itu tentu beralasan karena usianya tidak muda lagi.
“Banyak yang berkata, secara langsung pada saya, semestinya pada usia ini saya sebaiknya mundur dari hiruk pikuk dunia politik. Bukan tempatnya lagi bagi saya untuk seakan haus kekuasaan dan jabatan,” kata Zaini saat pidato deklarasi maju di Pemilihan Gubernur Aceh 2017 yang digelar di Taman Sari, Banda Aceh, Minggu (31/7).
BACA JUGA: Aneh Kalau Ahok Ikuti Keinginan PDIP
Usia Zaini Abdullah memang tidak muda lagi. Umurnya kini sudah 76 tahun. Namun pria kelahiran Pidie, 24 April 1940 itu kembali mencalonkan diri dengan memilih Nasaruddin sebagai pasangannya. Pasangan ini pun berakronim AZAN.
Dia juga mengaku banyak dikritik. Namun kritikan itu diabaikan demi memperjuangkan cita-citanya dan sosok yang menginspirasinya.
BACA JUGA: Mencalonkan Diri di Pilgub Aceh 2017, Zaini Abdullah Pilih Jalur Independen
“Saya juga membaca banyak kritikan di media dan komentar di media sosial. Sungguh saya panjatkan syukur saya terdalam, bahwa seluruh kritikan itu saya anggap anugerah dari Allah SWT, yang senantiasa memperingatkan hambanya,” katanya.
Siapa sosok yang menginspirasinya? Zaini menyebut Tengku Muhammad Hasan Tiro, pendiri Gerakan Aceh Merdeka (GAM).
BACA JUGA: Blusukan, Ketum Golkar Pantau Harga Daging di Batam
“Hingga akhir usianya tetap memegang teguh prinsip dan tujuan perjuangannya. Wali Nanggroe, Tengku Muhammad Hasan Tiro sejak deklarasinya di Gunung Halimon, hingga ditandatanganinya kesepakatan damai antara GAM dan Pemerintah Indonesia di Helsinki, tidak pernah mundur dari tujuan perjuangannya, menjaga muruah dan memberikan kesejahteraan bagi rakyat Aceh,” katanya.
“Pada saat kakinya menyentuh kembali tanah yang dibelanya, dia bersujud dan berkata “Saya telah kembali,” lanjut Zaini.
Zaini mengatakan, sebelum wafat, Wali Hasan Tiro berpidato di Masjid Raya Baiturrahman Banda Aceh berpesan untuk menjaga perdamaian demi kesejahteraan karena biaya perang sangat mahal sementara biaya merawat perdamaian jauh lebih mahal.
Menjaga perdamaian inilah yang menjadi salah satu visi dan misi dari pasangan berakronim AZAN. Untuk itu, Perjanjian Helsinki antara GAM dan Pemerintah Indonesia harus tetap dijaga.
“Perjanjian damai Helsinki sudah kita sepakati dan disanalah seluruh pijakan perjuangan saya pertaruhkan. Termasuk menjaga amanah Sang Wali untuk menjaga perdamaian. Kekuasaan bagi saya adalah kehormatan menjaga sebuah janji yang dipegang teguh hingga nafas terakhir. Dari sana seluruh kesungguhan dan perjuangan politik saya tempatkan,” ucapnya.
Menurut Zaini, perjanjian perdamaian sudah diteken, bahkan UU Pemerintahan Aceh telah disahkan oleh DPR, tapi itu barulah kesepakatan, belum menjadi kesepahaman. Butuh waktu untuk menjalin kesepahaman dalam menerjemahkan teks dari kesepakatan.
“Ini juga salah satu yang mendorong saya untuk kembali maju, untuk meneruskan apa yang tidak bisa saya penuhi di tahun-tahun kemarin, dan kembali mewujudkan apa yang kita bayangkan sebagai masa depan Aceh,” katanya. (JPG)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dorong Satu Poros Koalisi Lagi Usung Yusuf Mansur
Redaktur : Tim Redaksi