Terkena Rocket

Oleh Dahlan Iskan

Kamis, 10 Oktober 2019 – 05:00 WIB
Dahlan Iskan.

jpnn.com - Perang dagang sampai jauh ke basket. Juga ke pacuan kuda. Idem ditto sepak bola.

Ini gara-gara manajer klub basket Houston Rockets ngetwit. Bunyinya: "Lawan demi kebebasan. Dukung pedemo Hong Kong."

BACA JUGA: Terungkap, Ini Penyebab Kematian Panda Tiongkok di Kebun Binatang Thailand

Yang ngetwit adalah Daryl Morey, manajer Rockets. Jadi heboh besar di Tiongkok dan di NBA Amerika.

"Kalau ada pedemo membakar kereta bawah tanah di Houston apakah Anda juga Anda dukung?“ tulis Harian Rakyat Beijing --corong Partai Komunis yang memerintah Tiongkok.

BACA JUGA: Jejak Kaki Dinosaurus Berusia 100 Juta Tahun Ditemukan di Tiongkok

Sponsor utama Rockets langsung memutus hubungan. Demikian semua co-sponsor perusahaan asal Tiongkok. Misalnya Tencent, Vivo, Xiaomi, dan Luckin Coffee (pesaing baru Starbucks di Tiongkok).

Taobao, marketplace milik Alibaba juga bereaksi. Langsung menghapus penjualan merchandise milik Rockets.

BACA JUGA: Amerika Jatuhkan Sanksi terkait Persekusi Muslim Uighur, Tiongkok Bereaksi Keras

Jutaan fans Rockets di Tiongkok juga ngamuk. Di medsos. Dengan bumbu yang lebih seru dari Twitter aslinya.

Pertandingan persahabatan di Shanghai juga dibatalkan. Padahal dua tim NBA sudah siap-siap berangkat: LA Lakers dan Brooklyn Nets.

Media-media online di Tiongkok juga membatalkan siaran langsung NBA. Pun tidak ada siaran tunda. CCTV sudah mengumumkan tidak akan menyiarkan pertandingan NBA tahun depan.

"Kalau sudah menyangkut kedaulatan, rakyat Tiongkok bersatu," ujar Joseph C. Tsai, pemilik klub Brooklyn Nets.

Joe Tsai -panggilan Joseph C. Tsai- juga salah satu petinggi NBA. Ia lahir di Taiwan, tetapi menempuh pendidikan SMA di New Jersey, Amerika Serikat. Kuliahnya di Yale University, New York. Yang almamater bapaknya juga.

Pernyataan Tsai tadi sekaligus untuk mengingatkan sensitifnya soal kedaulatan bagi Tiongkok. Maklum, Tsai juga pemilik Alibaba. Bersama pendiri utamanya, Jack Ma. Mereka berdua adalah pemegang saham terbesar pertama dan kedua di Alibaba.

Istri Tsai sendiri, Clara, juga salah satu wakil Chairman di Taobao. Dengan kekayaan Rp 120 triliun, Tsai juga membeli stadion basket di Brooklyn New York. Yang jadi markas Brooklyn Nets.

Namun yang lebih sedih adalah Yao Ming. Houston bagi Yao Ming sudah seperti kampungnya sendiri. Yao Ming 8 tahun bermain untuk Houston Rockets.

Kini jabatan Yao Ming adalah ketua asosiasi basket Tiongkok. Yao Ming seperti terjepit di antara dua batu.

Joe Tsai juga sulit. Ia warga negara Kanada. Tinggal di Hong Kong. Meski lahir di Taiwan, sekolahnya di Amerika. Sampai lulus sarjana hukum di Yale University.

Saat muda Tsai mengagumi antusiasme Jack Ma. Dan ide-ide terobosannya.

Tsai lantas memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Di sebuah lembaga keuangan Swiss di New York. Yang gajinya Rp 2,5 miliar setahun.

Tsai pilih gaji kecil di Kota Hangzhou, Tiongkok. Untuk bergabung ke Alibaba yang berbasis di Hangzhou.

Kebetulan Jack Ma tidak punya tenaga asing. Yang mengerti hukum, keuangan dan punya network internasional. Tsai-lah yang mengonsep ide-ide Jack Ma menjadi nyata.

Di Amerika sendiri banyak yang mendukung Morey. Terutama para politisi. Twit Morey itu sendiri sudah dicopot dari tempatnya, tetapi luka yang dibuatnya sudah terlanjur dalam.

Tidak hanya basket.

Pacuan kuda di Hong Kong juga dibatalkan. Padahal balap kuda sudah menjadi agama di Hong Kong --agama judi. Perjudian yang mengikuti balap kuda itu luar biasa banyak jemaahnya.

Pun penyisihan Piala Dunia di Hong Kong. Sudah jadi arena politik. Mereka datang ke stadion tidak untuk nonton bola. Lebih seperti untuk menyanyikan lagu 'kebangsaan' pedemo --Glory of Hong Kong.

Demonya sendiri masih terus berlangsung sampai tadi malam. Masih ribuan orang muda jumlahnya.

Kini sudah memasuki bulan keempat. Tema demonya yang sedikit berubah --sejak minggu lalu. Menjadi 'anti-UU masker'.

Hong Kong memang meniru Perancis: melarang pedemo mengenakan masker.

Masker memang menjadi dagangan laris di Hong Kong --di samping laser pointer. Untuk ramai-ramai melaser polisi.

Masih belum ada tanda-tanda demo berakhir. Kian brutal pula.

Bank-bank asal Tiongkok jadi sasaran kemarahan. Restoran yang pemiliknya orang daratan juga dirusak.

Bahkan kalau ada orang yang bicara dalam bahasa Mandarin dimaki-maki. Diteriaki. Agar pulang ke daratan.

Banyak orang yang takut berbahasa Mandarin di dekat pedemo. Mereka memilih pakai bahasa Inggris --bagi yang tidak bisa berbahasa Kanton.

Namun pemerintah Hong Kong masih terus berkeras. Kuat-kuatan. Yang ditangkap sudah lebih 2.500 orang.

Masih banyak stasiun kereta bawah tanah yang tutup. Penduduk ikut susah.

Turis ke Hong Kong turun drastis. Oktober-November ini mestinya 'masa keemasan' turisme di Hong Kong --udaranya sejuk.

Namun panen raya itu puso. Kering kerontang.

Saya pikir tipping point-nya 1 Oktober lalu. Di saat perayaan hari kemerdekaan Tiongkok itu. Ternyata dugaan saya meleset. Jalan masih tiada ujung.(***)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Bela Muslim Uighur, Amerika Jatuhkan Sanksi kepada Tiongkok


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler