jpnn.com, SURABAYA - Banyak segmen belum berani membeli rumah melalui kredit pemilikan rumah (KPR).
Sebab, pertumbuhan harga rumah yang tidak segaris dengan pertambahan penghasilan.
BACA JUGA: Bangun Rumah Pekerja, BPJS Ketenagakerjaan Siapkan Rp 50 T
Head of Customer Marketing Rumah123 Fanny Meilana menyatakan, dari responden yang disurvei, 60 persennya belum memiliki rumah.
Menurut dia, besaran uang muka rumah masih menjadi faktor pertimbangan utama bagi konsumen dalam menentukan huniannya.
BACA JUGA: Tak Sampai 5 Tahun, Harga SOHO Naik 100 Persen
”Setidaknya 52 persen konsumen mengaku belum memiliki uang yang cukup sebagai DP (down payment) hingga tidak berani mengajukan KPR,” kata Fanny di Surabaya, Kamis (4/5).
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Indonesia (Apersi) Jawa Timur Soepratno menyatakan, berdasar data BPS, kebutuhan rumah belum bisa dipasok pengembang atau pemerintah.
BACA JUGA: Menara Depok Asri Luncurkan Proyek Prestisius
Di Jatim, kebutuhannya mencapai 555 ribu.
”Jadi, sebenarnya potensi pasar properti Jatim sangat luar biasa. Masih ada sekian banyak orang yang butuh rumah, tapi belum tersedia,” ungkapnya.
Hal tersebut disebabkan tingginya harga tanah sehingga pengembang tidak mampu memberikan pembangunan dengan harga murah.
”Sekarang ada program sejuta rumah yang dipatok pemerintah seharga Rp 123 juta. Tanah saat ini sudah mahal di Surabaya. Jadi, tidak mungkin kami bangun untuk rumah bersubsidi itu,” sebut Soepratno.
Hanya sejumlah daerah yang masih memungkinkan untuk dibangun rumah bersubsidi.
Misalnya, Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, Lamongan, dan Bangkalan.
Daerah-daerah tersebut masih potensial karena dekat dengan Surabaya.
Soepratno menyarankan masyarakat yang belum memiliki hunian, agar segera membelinya.
”Sebab, semakin lama harga properti akan kian tinggi dan tak terkejar nilainya,” ujarnya. (car/c24/sof)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tren Pembeli Properti di Sidoarjo Berubah
Redaktur & Reporter : Ragil