Terlalu Dominan, Bisa Senasib Sarkozy

Minggu, 28 Maret 2010 – 06:22 WIB
Negara ada di tangan Ibu Negara. Presiden Perancis Nicolas Sarkozy mengakui betapa besar peran istrinya Carla Bruni dalam mengendalikan pemerintahan yang dipimpinnya.
PENGAKUAN jujur dilontarkan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy saat memperingati ulang tahun pertama pernikahannya dengan Carla Bruni pada 2 Februari 2009"Dia (Carla) adalah penentu karir saya

BACA JUGA: Imelda Incar Kursi Parlemen

Saya memberikan perhatian penuh pada apa yang dia katakan
Pandangannya memperluas perspektif dan pikiran saya," kata Sarko"sapaan akrab Sarkozy"seperti dikutip Daily Telegraph.

Tak heran kalau kemudian di sepanjang 2009, apapun yang diminta wanita Italia yang dipacarinya selama 80 hari itu, sepertinya selalu dipenuhi Sarko

BACA JUGA: PM Singapura Menang Gugatan

Tak peduli betapa kontroversial permintaan tersebut sekalipun


Mulai mempertahankan Menteri Kebudayaan Frederic Mitterand yang diguncang skandal pedofilia sampai memecat Menteri Kehakiman Rachida Dati yang dicemburui Bruni memiliki hubungan khusus dengan Sarko

BACA JUGA: Kebun Binatang Perth Terima Conservation Award

Sejumlah rekan sayap kiri model sekaligus penyanyi itu juga duduk dalam pemerintahan SarkozySalah satunya adalah Rapha"l Enthoven yang merupakan ayah biologis putra semata wayangnya, Aur"lien.

"Dia (Bruni) punya kuasa dan pengaruh yang luar biasa atas suaminya," terang Jo"lle Garriaud-Maylam, salah seorang senator Prancis, kepada koran Inggris The Times
Persoalannya, terlalu besarnya pengaruh si first lady alias ibu negara Prancis itu ternyata berbuntut negatifWarga Prancis yang jengah dengan takluknya Sarko kepada Bruni dan juga kegagalan politikus Partai Uni Gerakan Populer (UMP) itu mengangkat perekonomian langsung menghukumnya

Di pemilu regional yang putaran terakhirnya dihelat Minggu (21/3) lalu, UMP dan aliansi sayap kanan hanya memenangi satu dari 22 region di mainland Prancis
Jelas itu bisa menjadi pelajaran bagi pemimpin negara atau pemerintahan lain: otoritas dan kewibawaan pemerintahan harus dijaga betul dari segala intrusi yang bersifat pribadi, termasuk yang datang dari balik kelambu

Tapi, tentu itu tak mudahLihat betapa bergantungnya Perdana Menteri Inggris Gordon Brown kepada sang istri, SarahLewat aktivitas sosialnya dan kedekatannya dengan publik yang dijalin via jejaring sosial, Sarah berhasil menyelamatkan sebagian reputasi sang suami yang kerap melakukan blunder politik.

Barack Obama bahkan tak akan pernah bisa maju sebagai kandidat presiden Amerika Serikat kalau saja belahan jiwanya, Michelle, tak mengizinkanMenurut Mark Halperin, penulis buku The Race of a Lifetime yang bercerita tentang perjalanan kampanye Obama, Michelle baru luluh setelah sang suami berjanji tak akan merokok lagi.

Ketika Obama sudah bertakhta? Tetap saja pengaruh itu sangat terasaSatu contoh kecil dialami Oprah WinfreyPembawa acara bincang-bincang terkenal itu shock karena Michelle memutusnya dari pergaulan lingkar dalam ObamaGara-garanya? Seperti dilansir National Enquirer, Michelle tak senang karena Obama terlalu antusias terhadap ide-ide yang dilontarkan Oprah

Mengambil contoh kasus di AS, Ginia Belafante, reporter politik The New York Times, menulis kalau para ibu negara mulai menunjukkan peranan penting dalam karir politik sang suami sejak 1960anItu juga yang diakui mendiang Presiden AS Richard Nixon saat pemakaman sang istri pada 1993 lalu
Di depan peti mati Thelma Catherine Ryan yang lebih dikenal sebagai Patricia atau Pat, dia mengatakan bahwa popularitasnya tidak pernah bisa mengungguli almarhumah istrinya tersebut
Bahkan, saking tenarnya Pat, kubu Republik menjadikan sang ibu negara itu sebagai ikon kampanyeMereka juga sengaja mencantumkan nama Pat dalam cinderamata partaiMisalnya yang berbunyi, "Tim Pemenang: Pat dan Dick Nixon", atau "Saya pilih Pat."

Satu dekade kemudian, lanjut Belafante, peran ibu negara menjadi lebih pentingItu seiring menjamurnya berbagai organisasi pergerakan perempuan pada era 1970anPublik pun mendambakan ibu negara yang tidak semata menjadi pendamping

"Mereka menuntut istri para calon pemimpin memiliki sesuatu yang bisa memberikan nilai lebih dalam pemerintahan sang suami," lanjut Belafante dalam artikelnya

Mungkin itu pula yang bisa menjelaskan mengapa Imelda Marcos bisa tetap populer sampai sekarangKendati bergelimang tudingan korupsi, janda mendiang diktator Filipina Ferdinand Marcos yang kini maju dalam pemilihan anggota kongres itu tetap populer di mata sebagian warga karena dianggap telah turut memberi "warna" dan "arahan" kepada sang suamiApalagi, dia dikenal royal, meski duit yang dia bagi sebagian besar adalah hasil korupsi

Tapi, nilai lebih pada ibu negara yang dimaksud Belafante juga bisa benar-benar mengandung makna riil, tak artifisial seperti ImeldaContohnya ada di AfrikaPada 1997 di Nigeria, para first lady di kawasan itu membentuk forum ibu negara"yang anggotanya saat ini termasuk first man Liberia James Sirleaf"untuk mengoreksi kepemimpinan para suami/istri merekaSemacam sparring partner, dengan tujuan akhir mengembalikan pemerintahan ke jalur yang benarYakni, jalur damai yang bebas dari korupsi.

Secara rutin, tiap tahun, forum ibu-ibu negara dan bapak negara yang dikenal sebagai African First Ladies Peace Mission (MIPREDA) yang itu menggelar konferensi"Kami mengecam segala macam konflik dan menuntut kaum pria bertanggung jawab atas perang dan penderitaan perempuan serta anak-anak," terang MIPREDA dalam pernyataan tertulis seperti dilansir AfricanPress seusai konferensi pada Februari 2008(hep/ttg)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Norwegia Kucurkan Rp 140 M untuk Selat Melaka


Redaktur : Auri Jaya

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler