Menurut Irmanputra, dalam konteks sebuah negara demokrasi yang berdaulat kepada rakyat, ada pertimbangan yang lebih substansial dan prinsip dalam menetapkan siapa cawapres masing-masing
BACA JUGA: Agung Laksono Tak Mau Dituding Curang
Pertama, cawapres harus memahami kekuasaan presiden secara utuh"Untuk memahami kekuasaan presiden secara utuh, maka seorang cawapres harus orang yang memiliki pengalaman politik dan memahami konstitusi secara utuh, termasuk sejarah dan jati diri bangsa," imbuhnya.
Jika hanya menuntut loyalitas, lanjutnya, maka syarat yang diajukan terlalu dangkal dan terlalu sederhana bagi siapapun yang berminat jadi cawapres
BACA JUGA: JK Curhat Di Depan Guru
"Pemenuhan kriteria loyalitas yang sangat sektoral itu, tidak akan bisa membantu presiden dalam memecahkan berbagai permasalahan yang terjadiIrmanputra pun dapat memahami kondisi SBY yang punya pengalaman negatif memiliki wakil presiden seperti Jusuf Kalla, yang terkesan lebih banyak berjalan sendirian serta dianggap tidak loyal
BACA JUGA: Boediono Tokoh di Balik Kasus Kucuran BLBI
Namun katanya, pengalaman itu tidak obyektif jika dijadikan alasan untuk mencari cawapres yang cocok dengan kriteria loyalitas dan "nurut" saja."Kecocokan harus juga melingkupi kecocokan dalam menjalankan tugas kenegaraan, bukan kecocokan kepribadian semataJika pun tidak memiliki kemampuan yang seimbang, paling tidak seorang wapres haruslah orang yang bisa menutupi kekurangan presidennya, sekaligus bisa mengambil peran presiden saat dibutuhkan," kata Irman(fas/JPNN)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Fachri Hamzah Kritik Kultur Demokrat
Redaktur : Tim Redaksi