jpnn.com - LEWAT tengah malam. Sudah mulai masuk tanggal 17 Agustus 1945. Entol Chaerudin, saksi mata kisah ini memulai cerita…
Wenri Wanhar - Jawa Pos National Network
BACA JUGA: Kisah Seputar Proklamasi yang Selama ini Disembunyikan
Ada keramaian di Nassau Boulevard--sekarang Museum Perumusan Naskah Proklamasi di Jl. Imam Bonjol No.1, Jakarta Pusat. Dulunya itu kediaman Laksamana Maeda.
Di antara pendaran temaram lampu kota, terlihat orang-orang mulai berdatangan.
BACA JUGA: Wakwaw! Nyanyian Aktivis 98 ini Ternyata Karya Pengarang Lagu Garuda Pancasila
Ada yang langsung masuk ke rumah. Ada yang hanya sampai di pekarangan. Ada juga yang hanya di depan pagar, luar pekarangan.
"Orang-orang yang berada dalam rumah itu, di pekarangan, maupun yang di luar pekarangan, berdiri berkelompok-kelompok," tulis Entol Chaerudin, saksi mata kejadian malam itu.
BACA JUGA: Hikayat Pengarang Lagu Garuda Pancasila
Bagaimana detail kejadian-kejadian malam itu, hingga berujung lahirnya naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia, nantilah kami ceritakan.
Yang pasti--ini yang belum banyak diulas sejarah--malam itu, dibentuk suatu tim darurat untuk menyelenggarakan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Tim Rahasia
Tim ini, "dipimpin oleh Bung Hatta dan dibantu oleh Sdr. Mr. Ahmad Soebardjo dan kawan-kawan, antara lain Sdr2. Mr. Iwa Kusumasumantri, Mr. Gatot Tarunamihardja, Dr. Buntaran, Dr. Samsi, Mr. Budiarto dll," tulis Entol.
Selain tim tersebut, dibentuk juga tim yang bertugas mengamankan jalannya proklamasi. Yakni kesatuan-kesatuan dari Maeda Butai--Angkatan Laut Jepang yang saat itu berada di Jakarta.
Perlu diketahui, sebagaimana dicatat Entol, "tentara PETA di Jaga Monyet dan Tanjung Priok, sebelum proklamasi sudah dilucuti senjatanya oleh Rikugun (Angkatan Darat Jepang), dengan cara diberikan cuti besar…dan dipersilahkan meninggalkan asrama."
Bagaimana dengan kesatuan Polisi Istimewa (Tokubetsu Keisa Tsutai) yang anggotanya juga pribumi? Meski belum dilucuti, mereka tidak dibebani tugas mengamankan proklamasi.
Dalam siasat yang disepakati malam itu, personil Polisi Istimewa ditugaskan mulai bergerak mengamankan Jakarta Raya sesudah proklamasi dibacakan.
Merujuk catatan Entol, tim Maeda Butai yang kebagian tugas mengamankan jalanannya proklamasi dan sesudahnya, dipimpin oleh Tomegoro Yoshizumi, Kepala Daisanka, Kaigun Bukanfu.
Daisanka merupakan organisasi kontra spionase yang berkantor di Deffensieliyn vd Bosh No.52--sekarang Jalan Bungur Besar, dekat Senen, Jakarta Pusat.
Dinas ini bagian dari Kaigun Bukanfu, kantor penghubung Angkatan Laut Jepang, pimpinan Laksamana Maeda yang berkantor di gedung yang sekarang jadi Markas Besar Angkatan Darat, di seberang Monas, sederet dengan Istana Negara.
Yoshizumi yang memimpin dinas ini sudah tinggal di Jawa sejak zaman Hindia Belanda. Dia lama menjadi wartawan To Hindo Nippo yang berkantor di Roa Malaka--sekitar Kota Tua Jakarta sekarang.
Dalam perjalanannya, Yoshizumi memang pasang badan demi Indonesia. Dia maju ke depan ketika Rikugun (angkatan darat) coba-coba mengganggu kemerdekaan Indonesia. Dan berada di garis depan, di pihak Indonesia, ketika Belanda (Sekutu) merongrong proklamasi.
Yoshizumi gugur pada 1948, semasa agresi militer dua. Pusaranya bisa dijumpai di Taman Makam Pahlawan Blitar, Jawa Timur. Presiden Soekarno yang tahu betul kiprahnya, pernah membuat puisi untuk Yoshizumi.
Nah, Entol Chaerudin merupakan pembantu utama Tomegoro Yoshizumi di Daisanka. Dalam catatannya, dia mengungkap rahasia; kenapa sebenarnya naskah proklamasi dirumuskan di rumah Maeda?
Sebuah rahasia yang tidak diketahui sembarang orang. Oiya, jangan sekali-kali berpikir kemerdekaan Indonesia hadiah dari Jepang. Ceritanya tidak sesederhana itu. --bersambung (wow/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Beginilah Daulat Minangkabau Abad 17
Redaktur : Tim Redaksi