Ternyata, Batam juga Punya Motif Batik

Jumat, 02 Oktober 2009 – 07:42 WIB
MOTIF - Yuspiq memperlihatkan beberapa motif batik Batam yang telah dipatenkan itu, di rumahnya, Tiban Kampung, Batam, Kamis (1/10). Foto: Wijaya Satria/Batam Pos.

BATAM -- Barangkali belum banyak yang tahu bahwa Batam juga punya motif batik tersendiriBerbeda dengan batik Jawa yang didominasi motif bunga, wayang, dan dedaunan, batik di daerah kepulauan itu berciri khas bergambar biota laut dan Jembatan Barelang

BACA JUGA: Dewan Baru Didesak Revisi Qanun

Motif ini merupakan jenis baru, karena sebelumnya belum pernah daerah lain ataupun negara lain, menggunakan ciri tersebut.

Yuspiq, pemilik usaha batik Batam di kawasan Tiban Kampung RT 1 RW 3 Sekupang kepada JPNN kemarin menjelaskan, batam mempunyai 10 motif batik yang kini menjadi kebanggaan
"Biota laut seperti gonggong, udang dan jembatan Barelang yang menjadi ciri khas Batik Batam," ujar Yuspiq.

Pria 46 tahun mengisahkan sudah ada 10 motif hasil ciptaannya sendiri yang kini terdaftar di Hak Kreatif Intelektual (HAKI) dan sudah dipatenkan menjadi sepenuhnya milik Pemerintah Kota Batam pada 28 November 2008 lalu

BACA JUGA: Sirine Gempa Ngadat dan Karatan

Ke 10 motif tersebut yakni awan larat, sifut gonggong, bunga sekat mayang terurai, sifut gonggong bunga semayang, bunga sekat dara merajok, renjong bersusun, bunga kundur awan menjulang, perio kere sulur bekait dan bunga hutan
Seluruh motif ini dilatarbelakangi seluruh tumbuhan dan hewan yang ada di Batam, seperti bunga sekat atau benalu duduk rusa, dan bunga kantung semar atau sebutan priuk kera.

Ditanya mengenai apa yang menjadi kelebihan batik ini dari kain batik pada umumnya yang berasal dari Jawa, dia menjelaskan, batik Batam menggambarkan bagaimana keindahan alam di Batam mulai dari hutannya hingga wisata dan kuliner lautnya

BACA JUGA: Bantuan Mengalir, SBY Ngantor di Padang

"Pokoknya orang memakai batik Batam, pasti orang lain akan bertanya motif batik seperti ini berasal dari mana? dan jawabannya adalah BatamKita punya trend ada satu objek yang ditonjolkan dalam kain, dan motif seperti itu belum pernah ada sebelumnya di Jawa," kata Yuspiq bangga.

Ayah tiga anak ini mengisahkan, ke 10 motif yang dibuatnya mempunyai arti filosopi tersendiriMeski dia berasal dari Tapanuli, namun dia mengaku lebih mengetahui budaya melayu"Misalnya di motif awan larat, filosofi yang terkandung di dalamnya yakni memanjang rezeki, tuah mendekatCeria tiba, duka pun hilang," ujarnya.

Dia bercerita, semula batik ciptaannya itu diusulkan menjadi pakaian khas KepriHanya saja, masyarakat kurang merespon"Nah atas saran pak Hijazi (Kadisperindag kota Batam, red), motif ini akhirnya dipatenkan menjadi Batik Batam saja," ujarnyaDari hak paten motif batik miliknya tersebut, kini Yuspiq pun didaulat sebagai staf Dewan Kesenian Nasional Kota Batam"Alhamdulillah saya dapat honor dari sini setiap bulannya," ujarnya bahagia.

Mengenai batik dipatenkan menjadi sepenuhnya milik Indonesia, sebagai pecinta seni batik, Yuspiq menyambut gembira pengakuan dari dunia internasional tersebutDengan haru dia mengatakan jiwanya kini sudah tenang akan pengakuan itu"Saya tertarik ke batik, karena prosesnya unikSalah pengukuran hasilnya berubahNamun selalu hasil akhirnya indah walau motif tak jelas bentuknyaItulah batikMakanya negara lain selalu mengklaim salah satu karya seni terindah yang dimiliki bangsa ini sebagai miliknyaSetelah ada pengakuan ini, jiwa saya pun tenang," ujar Yuspiq

Yuspiq mulai mencipta kreasi Batik Batam sejak awal tahun 2008, dia mulai mengukir dan melukis berbagai jenis motif batik berdasarkan pengalamannya berjelajah di hutan dan di kawasan laut di BatamNamun waktu itu baru sebatas motif yang dia ciptakan belum sampai pada pelukisan pada kain ambarSetelah motif ini dipatenkan oleh Pemko Batam, baru awal Maret lalu Yuspiq mulai membatik dengan menggunakan motif yang dia ciptakan sendiri.

Dia pun membeli berbagai peralatan membatik dari Jogjakarta seperti kain mori, kompor, canting (pena batik) dan lilin batik serta menempah tuangan dengan motif ciptaannya sendiri"Peralatan sudah lengkap, saya mulai mempola, membatik sendiri dan bahkan menjahitnya pun saya sendiriSaat ini batik saya masih terfokus di kemeja pria dan taplak meja saja," ujar suami dari Siti Ramlah ini.

Mengapa tidak membeli peralatan di Batam saja? Yuspiq mengatakan tidak ada satu pun toko di Batam yang menjual bahan dasar pembatikan termasuk kain mori sekalipun"Di Batam sendiri, orang susah menerima bahwa ini batik Batam dan selalu mengidentikkan bahwa batik itu Jawa, makanya peralatannya tidak ada di Batam sehingga harus pesan langsung dari Jogjakarta," ujarnya.

Salah satu hasil karya Yuspiq yang dipamerkan ke JPNN  ini yakni motif perairan Pulau Abang dengan alam bawah lautnya seperti karang dengan warna dasar coklat susu di padu merah dengan jembatan Barelang di atasnya"Mengenai pewarnaan jenis batik, kita masih terbatasNamun kita tidak mau Batik Batam diidentikkan dengan warna khas Melayu karena kita tidak mau terjebak di warna itu, sehingga kebebasan imaginasi kita mengeksplorasi warna tidak dibatasi," ujarnya.

Sama dengan para ahli pembatik lainnya, Yuspiq mengatakan untuk hasil batik yang bagus, maka saat membatik suasana hati harus tenang dan kalam serta tidak boleh terbawa emosiSalah menempatkan motif pada koordinat kain, maka motif yang diinginkan akan berbeda"Makanya dalam satu cetakan motif, bisa menghasilkan ratusan bentuk motif yang berbeda, tergantung mengolah dan mengeksplorasi tempatnya di kain yang kita cetak," jelas Yuspiq.

Yuspiq mengisahkan, awalnya dia adalah pekerja ukir kayu, namun suatu hari dia tertarik melihat salah satu media yang menayangkan acara bagaimana caranya membatikPada saat itulah dia mulai tertarik dan membatik ternyata bukan segampang yang dilihatnya di televisi tersebut(chy/sam/JPNN)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Angkut Relawan, Pelni Sumbang Kapal


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler