Ternyata Pendekatan Keagamaan Ampuh Mengurangi Sampah Plastik di Pasar Tradisional, nih Buktinya

Rabu, 30 November 2022 – 09:54 WIB
GIDKP, Pemprov DKI Jakarta, LLHPB PP ‘Aisyiyah, dan GIZ berkolaborasi dalam mengurangj sampah kantong plastik lewat pendekatan keagamaan. Foto Mesya/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA SELATAN - Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) dan Pemprov DKI Jakarta berhasil mengurangi penggunaan kantong plastik di Pasar Tebet Barat.

Tercatat selama periode 2019 hingga 2021, pengurangannya mencapai 6% kantong plastik berukuran kecil dan kantong besar 11%.

BACA JUGA: Ini Solusi untuk Mencapai Target Pengurangan Sampah Plastik di Lautan

Kini GIDKP tetap gencar melakukan upaya perubahan perilaku agar penggunaan kantong plastik sekali pakai terus berkurang di Pasar Tebet Barat dengan menggandeng Lembaga Lingkungan Hidup dan Penanggulangan Bencana (LLHPB) Pimpinan Pusat 'Aisyiyah.

Tidak hanya pedagang dan konsumen, masyarakat sekitar juga dilibatkan dalam program kali ini. 

BACA JUGA: Mengurangi Sampah Plastik, Ganti dengan Kantong Belanja Ramah Lingkungan

Rahyang Nusantara selaku Koordinator Nasional GIDKP mengungkapkan gerakan tersebut didukung oleh GIZ melalui Religious Matters yang bertujuan mendorong perubahan perilaku pada program Pasar Bebas Plastik dengan pendekatan agama.

"Penduduk Indonesia mayoritas muslim sehingga kerja sama kami dengan LLHPB PP ‘Aisyiyah juga sangat tepat karena (mereka) merupakan bagian dari organisasi Islam terbesar di Indonesia (Muhammadiyah)," kata Rahyang Nusantara dalam webinar yang digelar secara hybrid di Jakarta, Selasa (29/11).

BACA JUGA: Fokus Menyelesaikan Sampah Plastik Indonesia, Gary Bencheghib Raih Penghargaan Magsaysay

Melalui kerja sama ini, lanjutnya, mereka berupaya mengangkat pesan terkait kampanye bebas plastik dalam setiap kegiatan dengan nilai-nilai keislaman yang tidak dilakukan GIDKP pada program sebelumnya pada 2019.

Hening Parlan selaku ketua Divisi Lingkungan Hidup LLHPB PP Aisyiyah menambahkan kalau masalah kerusakan iklim ini saja tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan sains, maka saatnya berperan untuk menjaga bumi dari kerusakan iklim dengan pendekatan spiritual.

Dalam Islam juga sudah diajarkan bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. 

"Jadi, ketika penggunaan plastik sekali pakai yang berujung nyampah itu bisa mengotori bumi, maka bagi yang menggunakannya termasuk kaum yang tidak beriman," ucap Hening Parlan.

Dia mengatakan konsumen dan pedagang yang ada di Pasar Tebet Barat ini juga aktif dalam kajian yang diadakan di masjid yang ada di dekat Pasar Tebet Barat itu sendiri.

Dia menilai itu merupakan kolaborasi yang benar-benar tepat untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait bahaya plastik sekali pakai dalam sudut pandang keagamaan.

Selama hampir 10 bulan berlangsung, program pendekatan keagamaan itu sudah melakukan berbagai kegiatan yang melibatkan pedagang, konsumen, dan masyarakat di sekitar Pasar Tebet Barat.

Hasilnya menurunnya jumlah kios yang tidak menyediakan kantong plastik, yang mana pada uji coba pertama turun sebesar 57%. 

"Tahun ini terdapat tambahan penurunan jumlah kios sekitar hingga 17% yang juga berdampak pada penurunan jumlah kantong plastik," ujar Hening.

Selain itu, pedagang menunjukkan sikap dan motivasi yang tergolong tinggi dalam mengurangi plastik sekali pakai.

Hal itu terjadi pada seluruh aspek, mulai dari alasan perbaikan lingkungan, petunjuk dari ustaz atau guru agama, serta yang berasal dari ajaran agama.

Pada kesempatan sama, Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat, Dinas Lingkungan Hidup Pemprov DKI Jakarta Edi Mulyanto mengatakan setiap hari warga Jakarta memproduksi sampah hingga 7.200 ton.

Mengatasi masalah sampah, Pemprov DKI melakukan pendekatan melalui agama untuk mengurangi penggunaan kantong plastik.

Terbukti, kebijakan tersebut mengurangi 30 persen penggunaan kantong plastik.

“Kami sudah implementasi di Pasar Tebet, Jakarta Selatan dan berhasil mengurangi penggunaan kantong plastik hingga 30 persen,” ungkapnya.

Dia menambahkan, target pengurangan sampah di 2025 mencapai 30 persen.

Tentu, kebijakan tersebut didukung oleh Pergub 142 terkait penggunaan kantong belanja ramah lingkungan.

Kebijakan pendekatan berbasis agama, terang Edi Mulyanto, melibatkan Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Sebab, suara tokoh agama masih didengar oleh para jemaah.

“Tidak saja DMI, kami juga melibatkan gereja seperti pendeta untuk melakukan sosialisasi kebijakan ini,” ujarnya. 

Insight and Engagement Officer Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik Zakiyus Shadicky mengungkapkan ke depan GIDKP akan menggandeng agama lain.

Tentunya setelah melihat hasil evaluasi kerja sama dengan LLHPB Pimpinan Pusat 'Aisyiyah. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Lewat Cara Ini, Kominfo Ajak Masyarakat Selamatkan Laut dari Sampah Plastik


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler