jpnn.com - TOBASA – Sosok Sahat S Gurning menjadi polemik di media sosial. Banyak yang menghujat aksinya menendang Garuda Pancasila, namun tak sedikit pula yang memberi dukungan untuknya, termasuk teman-temannya sesama aktivis.
Ya, Sahat S Gurning merupakan mantan Sekjen Badan Eksekutif Mahasiswa Institut Teknologi Medan (BEM-ITM).
BACA JUGA: Misteri Nasi Hajatan yang Berujung Kejang-kejang
Koordinator SaLing Siantar-Simalungun Candra Malau saat diwawancarai METRO SIANTAR (Jawa Pos Group), Kamis (14/4) mengatakan bahwa sebelumnya organisasi yang concern terhadap lingkungan yang dipimpinnya, kerap bekerjasama dengan Sahat.
“Dalam hal pendampingan masyarakat kecil yang terzolimi oleh kebijakan pemerintah, kemudian aksi-aksi sosial, seperti kebersihan dan penanaman pohon di Danau Toba, juga sudah sering kami lakukan bersama,” ujar Candra.
BACA JUGA: HOREEE...6.824 PNS Terima Tiga Kali Gaji Sekaligus
Terkait kasus yang menimpa Sahat S Gurning, Candra menyatakan bahwa sebenarnya, apa yang dilakukan Sahat Gurning merupakan suatu fakta yang terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) saat ini.
“Pancasila itu adalah ideologi yang menjadi lambang negara. Di dalamnya terkandung makna yang bisa mengakomodir, mengayomi dan mempersatukan kepentingan seluruh rakyat. Tetapi kenyataannya apa? Pejabat banyak yang korupsi,” kata Candra.
BACA JUGA: Tak Jauh dari Kantor Wali Kota, Tangis Ibu-ibu Meledak
“Lihat, banyak kaum miskin semakin melarat. Pengusaha menjajah masyarakat kecil. Hak-hak mereka (masyarakat kecil) dirampas. Mereka tertindas. Dimana pemerintah? Itulah realita. Rakyat kecil sebagai tumbal di negeri ini,” imbuh Candra Malau diamini Sekjen Yeni br Sinaga.
“Banyak orang hormat secara simbolis, tapi menginjak-injak nilai amanah Pancasila itu. Dia (Sahat) menginjak secara simbolis, tapi melakukan dengan nyata di kehidupan sehari-hari dari nilai-nilai dari Pancasila itu. Pertanyaannya, siapa lebih pantas disalahkan yang menginjak secara simbolis daripada menginjak secara nilai Pancasila itu?” ujar Candra.
Dia berpendapat, atas peristiwa ini, pemerintah harus bercermin memaknai filosofi dari lambang negara itu, bukan hanya sebatas simbol, namun harus diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari.
“Kami yakin Sahat melakukannya dengan sadar karena dia merupakan seorang aktivis mahasiswa,” pungkas Candra. (jos/ara/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tangis Haru untuk Dokter dan Bidan yang Tewas Diterjang Kereta
Redaktur : Tim Redaksi