Ternyata Sebegini Jumlah Aliran Minyak Goreng untuk DKI Jakarta

Rabu, 09 Maret 2022 – 20:26 WIB
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi membeberkan aliran minyak goreng ke DKI Jakarta. Foto: Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi membeberkan aliran pasokan minyak goreng ke DKI Jakarta.

Menurut Lutfi, pasokan minyak goreng DKI Jakarta cukup, bahkan melimpah.

BACA JUGA: Kemendag Gandeng Polri, Jangan Main-Main dengan HET Minyak Goreng

"Minyak itu sudah digelontorkan 391 juta liter per kemarin. Jadi, barangnya sudah cukup untuk satu bulan kalau dihitung dari 14 Februari 2022," kata Mendag disiarkan virtual di Jakarta, Rabu (9/3).

Mendang melakukan sidak ke Pasar Kebayoran Lama, Jakarta.

BACA JUGA: Mendag Cek Harga Minyak Goreng di Pasar Kebayoran Lama, Hasilnya Mengejutkan!

Dalam sidak tersebut, Mendag menemukan bahwa stok minyak goreng tersedia, baik curah maupun kemasan.

Namun, Mendag menyebut tidak ada satu pun kios yang disambangi, menjual minyak goreng dengan harga sesuai Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditentukan oleh pemerintah, yaitu Rp 11.500 per liter untuk minyak curah dan Rp 14.000 per liter untuk kemasan.

BACA JUGA: Pantau Distribusi Minyak Goreng Murah, Mendag: Awas Ya, Harus Sesuai HET

"Meskipun barang yang semestinya dijual, ini supliernya datang langsung minyaknya dijual dengan harga Rp 10.500, dan seharusnya tidak boleh dijual lebih dari Rp 11.500 untuk curah. Dan ini marginnya sudah cukup," ujar Lutfi.

Oleh karena itu, Eks Dubes Indonesia untuk Amerika Serikat itu akan berkoordinasi dengan aparat hukum dan penyelidik terkait untuk memastikan tidak ada lagi pihak yang menjual minyak goreng di atas HET pemerintah.

Dengan demikian, Mendag mengatakan terjadi perbedaan harga minyak goreng yang dijual di ritel modern dan pasar tradisional, di mana harga di pasar tradisional lebih tinggi ketimbang di ritel modern.

Mendag menegaskan akan segera mengambil tindakan, sehingga harga minyak goreng dapat dijual sesuai HET yang ditetapkan pemerintah di ritel modern maupun pasar tradisional.

"Karena ritel tradisional ini harganya lebih tinggi, jadi orang bisa saja antre di ritel modern, kemudian masuk ke pasar tradisional dan menjual harga jauh lebih tinggi dari HET," ungkap Mendag. (antara/jpnn)


Redaktur & Reporter : Elvi Robia

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler