Ternyata, Tommy Winata yang Memberi Angin Segar bagi PTDI

Jumat, 27 November 2015 – 14:39 WIB
Direktur Produksi PTDI Arie Wibowo. Foto: Mesya Muhammad/JPNN

jpnn.com - KIPRAH PT Dirgantara Indonesia (PTDI)‎ di industri penerbangan tidak bisa diragukan lagi. PTDI memiliki enginer hebat yang laris manis di perusahaan penerbangan asing. Andai BUMN kebanggaan bangsa ini disupport dengan dana besar, bukan tidak mungkin Indonesia menjadi produsen pesawat dan heli yang diperhitungkan kancah internasional.

PTDI yang dulu dan sekarang jauh berbeda. PTDI yang awal pendirian bernama IPTN, difokuskan untuk menyerap teknologi penerbangan, kini berubah 180 derajat. Sebagai BUMN, PTDI‎ harus menghasilkan provit. Zaman penyerapan teknologi sudah lewat, PTDI harus menjadi perusahaan mandiri dan menghasilkan laba.

BACA JUGA: Harga Karet Anjlok, Kini Mengais Rupiah dengan Memecah Bongkahan Batu

Direktur Produksi PTDI Arie Wibowo yang masuk IPTN tahun 1986, merasakan perbedaan itu. Di zaman kepimpinan Presiden Soeharto, IPTN disupport penuh. Anak-anak muda berprestasi disekolahkan oleh Soeharto untuk mempelajari bagaimana membuat pesawat. Ada keyakinan Soeharto, siapa yang menguasai teknologi penerbangan dia yang akan menguasai dunia. 

Program penyerapan teknologi ini berlanjut terus hingga masa kepemipinan Presiden BJ Habibie yang merupakan penggagas berdirinya IPTN. Produk pertama IPTN yaitu N295, adalah pesawat pertama buatan enginer Indonesia dan menjadi tumpangan Presiden Soeharto ketika mengunjungi daerah-daerah terpencil.

BACA JUGA: Keliling 17 Negara Menjadi Tukang Cerita

Arie yang saat gabung di IPTN sebagai enginer itu menyebutkan peranan pemerintah dalam menyupport industri dirgantara sangat penting. PTDI berisi enginer-enginer handal dan sudah teruji kualitasnya.

Ada ribuan enginer yang dimiliki PTDI, tapi kini tinggal 200 saja. Lantaran lainnya memilih bekerja di perusahaan penerbangan asing.

BACA JUGA: Zhang Xiao Jia, Guru Musiknya Pengusaha Papan Atas Surabaya

"Mereka sebenarnya ingin mengabdi di Indonesia, tapi saat PTDI dinyatakan pailit di situlah para enginer kita memilih bekerja di luar negeri. Banyak enginer kita yang bekerja di Airbus maupun Boeing," tuturnya.

Masa-masa sulit PTDI ketika dinyatakan pailit, memang berdampak besar pada seluruh karyawan. Saat itu PTDI terpaksa merestrukturisasi karyawannya hingga tinggal 3.400 orang. PTDI juga tidak merekrut karyawan baru sejak 1998 hingga 2010.

Di tengah himpitan itu, di tahun 2008 untuk kali pertama PTDI (sejak dinyatakan pailit) menerima orderan dua pesawat dari ‎ PT Transwisata milik Tommy Winata. Tommy membeli satu unit helicopter NAS332C1 dan satu pesawat NC212‎.

"Dari situlah PTDI bak mendapat angin segar mengerjakan proyek pertama sejak dinyatakan pailit. PTDI sudah dipegang Pak Budi Santoso," kisah Arie.

‎Perlahan namun pasti, PTDI terus berkembang. Apalagi TNI AU menggunakan alustista buatan PTDI. Demikian juga Presiden Gusdur, Megawati, dan SBY tetap menggunakan produk PTDI.

Saat ini rata-rata bisnis PTDI Rp5 sampai Rp9 triliun per tahun. PTDI pun membuat berbagai inovasi untuk membuat pesawat komersil N219, di samping heli Super Puma Family.

Pesawat N219 merupakan pesawat perintis yang rencananya diproduksi besar-besaran pada 2017 dengan banderol USD 5 juta per unit. Harusnya pesawat N219 ini sudah dilaunching Presiden Jokowidodo pada 10 November. PTDI sangat berharap Presiden Jokowi segera melaunching N219.

"Butuh dua tahun untuk PTDI memasarkan N219 karena harus ada proses sertifikasi. ‎Ada dua prototipe yang kami bikin untuk uji terbang selama dua tahun guna mendapatkan sertifikasi. Begitu sertifikatnya dikantongi PTDI, N219 sudah bisa dikomersilkan," beber Arie.

Perubahan orientasi PTDI dari penyerapan teknologi ke komersil, menurut Arie, hanya bisa berhasil bila seluruh anak bangsa mendukung industri dirgantara Indonesia ini. Dengan menjadikan produk PTDI sebagai ambasador airlines di Indonesia.

"Kita jangan kalah dengan Malaysia yang mewajibkan seluruh masyarakatnya hingga pejabat menggunakan mobil nasionalnya Proton. Indonesia punya teknologi penerbangan yang tidak kalah dengan luar negeri. Mari kita topang agar kita bisa berjaya di darat, laut, dan dirgantara," tandasnya. (esy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pulau Ndana, Bagian Terluar Indonesia, Dulu Tentara Australia Sering Singgah, Kini Dijaga Marinir


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler