MELIHAT sosok Yusuf Anis, warga Kranggan, Lamongan, orang pasti gampang salah menilai kalau dia pernah lama berhubungan dengan Osama bin LadenBertubuh sedikit gempal, Yusuf sehari-hari berdagang baju muslim di Pasar Lamongan
BACA JUGA: Sulit Cari Pengganti Osama
Dikenal murah senyum, tentu saja orang yang baru mengenal Yusuf Anis tak akan menyangka bahwa dia adalah seorang veteran perang Afghanistan dengan kemampuan kombatan yang tak kalah oleh tentara profesional
BACA JUGA: Osama, Tokoh Kaya yang Dermawan
Salah satunya adalah Osama bin LadenYa, Yusuf termasuk angkatan pertama orang Indonesia yang bergabung dengan Akademi Militer Mujahidin dan berjuang bersama kaum tersebut untuk menumbangkan rezim Presiden Najibullah yang didukung komunis Soviet
BACA JUGA: Target Bunuh Obama Tahun Depan
Perkenalan pertama lelaki yang biasa disapa Abu Bilal itu dengan kaum tersebut terjadi pada 1985?1986Saat itu dia masih menjadi mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas BrawijayaDia kemudian direkrut NII"Kalau sekarang, mungkin saya bisa dibilang sebagai korban NII," katanya, kemudian tergelak
Setelah masuk NII, Yusuf terpilih sebagai salah seorang di antara sedikit anggota yang akan diberangkatkan ke AfghanistanSaat itu dia berangkat bersama tiga orang lainDia mendarat di KarachiKemudian, mereka melanjutkan perjalanan lewat darat selama 28 jam ke PeshawarDia lantas masuk Kamp Sadah, bagian dari kompleks Akademi Militer Mujahidin Tanzhim Ittihad Islam pimpinan Abdur Robi Rasul Sayyaf
Di kompleks akademi militer tersebut, Abu Bilal mendapatkan pelatihan Spartan tiga tahunSelama itu pula, dia putus kontak dengan siapa pun"Hanya berlatihSatu-satunya hiburan justru saat liburan, yakni ketika kami ingin pergi ke medan perang," tuturnya.
Seingat dia, orang-orang Indonesia yang dikirim ke sana termasuk yang paling nekatMeski diminta tidak ikut ke medan perang oleh Abdur Robi Rasul Sayyaf (karena jumlah yang sedikit, orang Indonesia lebih penting untuk menjadi instruktur atau kembali ke tanah air supaya menularkan kemampuan), orang-orang Indonesia menolaknya.
"Bahkan, kami sampai membayar-bayar pengawas supaya diperbolehkan ikut perang," kenangnyaAbu Bilal termasuk salah satu orang Indonesia yang ikut andil dalam mengantarkan kaum mujahidin merebut Kota Jalalabad, salah satu kota penting di Afghanistan yang mempunyai cukup banyak gudang persenjataan
Di Afghanistan itulah, dia kemudian bersinggungan dengan Osama bin LadenSeperti kesan yang disampaikan oleh mujahidin di Afghanistan, sosok Osama memang cepat memesona orang, tak terkecuali Abu Bilal"Saat bisa bersenang-senang dengan kekayaannya, dia (Osama, Red) malah membaktikan hidup dan hartanya untuk jihad," ungkap dia
Abu Bilal menyatakan salut ketika Osama membangun jalan dan mendirikan banyak rumah sakit mujahidin untuk para korban perang"Sangat luar biasa," terangnyaSelain itu, imbuh dia, Osama tidak segan-segan untuk menyapa, murah senyum, dan langsung membantu ketika tahu ada di antara kalangan mujahidin yang mengalami kesulitan
Namun, suasana berubah ketika kaum mujahidin menang perangOrang-orang Afghanistan, terutama rekrutan baru, memandang lain kepada orang-orang asing di sana"Memang tak diucapkan secara langsungNamun, rasanya seperti bilang: Perang sudah selesai, kenapa tak kembali ke negaramu," ucap dia
Akhirnya, pada 1993 Abu Bilal kembali ke MalaysiaNamun, itu pun diwarnai suasana pilu"Yakni, perpecahan antara NII dan JISaya pun memilih JI," ungkap diaermasalahannya sederhanaKetika itu (almarhum) Abdullah Sungkar tak sepakat dengan sejumlah arah NII
Salah satunya, akidah NII dianggap melencengOrganisasi yang bermuara dari Kartosuwiryo tersebut menganggap saat itu seperti periode Makkah (zaman sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah)Karena penuh tekanan, sejumlah ibadah pun diperbolehkan untuk tak dilakukan
Bukan itu saja, tata cara ibadah pun agak "berbeda"Salah satunya, tata cara sujud dalam salat yang umumnya dilakukan dengan tujuh tulang dilaksanakan anggota NII dengan ndlosorAlasannya saat itu, seorang pimpinan NII bermimpi bertemu dengan Rasul dan diajari cara sujud yang benar dengan gerakan ndlosor tersebutDi Malaysia, Abu Bilal melakukan apa saja untuk bertahan hidupMulai berjualan es, kain, hingga ayamSelain itu, dia aktif dalam Mantiqi I pimpinan Hambali dan menikah dengan adik Hambali
Ada hal lucu ketika intensitas kegiatan JI (perampokan bank dan sebagainya) meningkat pada 2001 dan polisi mulai melakukan sejumlah penangkapan"Ketika itu masyarakat tak percayaBuktinya, sampai ada koran yang memuat karikatur yang menyebutkan bahwa polisi berlebihan sampai tukang es saja dikira terorisPadahal, itu benar," papar dia, kemudian tergelak
Karena situasi di Malaysia sudah tidak aman dan bertepatan dengan pecahnya konflik Poso dan Ambon, Abu Bilal kemudian langsung pergi ke sanaDengan bendera JI, dialah yang mengatur perjalanan para ikhwan dari Malaysia yang hendak berjihad ke wilayah konflik tersebutSetelah konflik mereda, Abu Bilal banting setir dengan menjalani kehidupan "normal" sebagai pedagang baju muslim di LamonganHingga sekarang, meski tetap yakin soal dakwah, dakwah yang dia lakukan tidak menggunakan senjata dan kekerasan
Meski tergabung di Mantiqi I JI, Abu Bilal sejak semula tak yakin dengan jalan kekerasan"Sebab, bagi saya, Indonesia masih berada dalam taraf dakwahBukan perangKecuali, ada beberapa daerah khusus, seperti Poso dan Ambon," terangnya
Karena itu, Mukhlas (bomber Bali) tak melibatkan Abu Bilal dalam proyek bom mana pun"Kalaupun saya diajak, pasti saya menolaknya," ucap Abu BilalSelain Indonesia bukan darul harb (daerah perang), dia berpendapat bahwa sisi mudarat aksi pengeboman lebih besar daripada sisi manfaatnya"Membuat teman-teman ditangkap semuaPun, kalau sudah dipenjara, apa yang bisa diperbuat" ucap dia
Untuk itu, Abu Bilal mengatakan selalu menyampaikan nasihat dan pandangan tersebut kepada para ikhwan jihadi bila bertemu"Indonesia berbeda dengan Afghanistan atau Iraq," ujar diaKendati demikian, berdasar pengamatan dia, terbunuhnya Osama oleh pasukan khusus Amerika Serikat tak akan berpengaruh terhadap gerakan-gerakan tanzhim jihadi di Indonesia"Malah mungkin justru meradikalkannya," ucapnya.
Menurut Abu Bilal, Osama dan Al Qaeda lebih berperan sebagai simbol daripada memberikan bantuan nyata dalam tujuh tahun terakhir di Indonesia"Dulu mungkin ada kontak langsung dan aliran danaNamun, setelah polisi melakukan banyak penangkapan, praktis ruang gerak semakin terbatas dan tak ada kontak langsung maupun aliran dana," tegasnya(ano/c11/iro)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Menlu Pro-Oposisi Kadhafi Tagih Pengakuan AS
Redaktur : Tim Redaksi