jpnn.com, YANGON - Tahun lalu konflik sektarian di Myanmar tidak hanya melibatkan pasukan pemerintah dan etnis Rohingya yang mayoritas beragama Islam. Selasa (22/5) Amnesti Internasional (AI) melaporkan bahwa bersamaan dengan konflik yang lantas menyedot perhatian dunia tersebut, bentrok antaretnis juga terjadi di Negara Bagian Rakhine. Yakni, antara militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA) dan warga sipil Hindu.
Mengutip keterangan tertulis AI, Rabu (23/5) Associated Press melaporkan bahwa ARSA menyerang Desa Ah Nauk Kha Maung Seik yang mayoritas penghuninya beragama Hindu.
BACA JUGA: Waduh! Myanmar Bebaskan Ribuan Penjahat Narkoba
”Secara brutal dan keji, anggota-anggota ARSA menyekap para pria dan perempuan serta anak-anak di desa tersebut dan meneror mereka sebelum akhirnya menghabisi nyawa mereka.” Demikian bunyi laporan tertulis AI.
Organisasi nonpemerintah yang bergerak di bidang HAM itu menyatakan bahwa kekejian ARSA di desa Hindu itu mengakibatkan 99 nyawa melayang.
BACA JUGA: Repatriasi Rohingya: Gelombang Pertama Cuma 5 Orang
Bukti-bukti yang dikumpulkan AI menyebutkan, para korban dibunuh pada 25–26 Agustus di luar desa mereka. Konon, setelah menyerang desa Hindu tersebut, ARSA lantas menyerang 30 pos polisi di negara bagian yang rawan konflik itu.
Serangan terhadap 30 pos polisi itulah yang lantas memantik konflik berskala besar di Rakhine. Pemerintah menerjunkan sejumlah besar personel militer dan polisi ke kawasan tersebut untuk menghadapi ARSA.
BACA JUGA: Minta Maaf, Duterte Tarik Ucapan soal Genosida Rohingya
Namun, yang terjadi selanjutnya malah dugaan genosida terhadap warga Rohingya yang menghuni sejumlah desa di Rakhine. Aksi brutal militer dan polisi Myanmar itu memaksa kaum Rohingya eksodus ke Bangladesh.
Saat orang-orang Rohingya mempertaruhkan nyawa mereka untuk masuk ke Bangladesh dengan menyeberangi Sungai Naf, pemerintahan Suu Kyi melaporkan temuan jasad sekitar 100 warga Hindu yang dilaporkan hilang pada akhir Agustus.
Menurut BBC, mayat-mayat itu ditemukan terpendam dalam dua pekuburan masal. Dalam satu liang, ada belasan jasad yang ditumpuk jadi satu.
”Setelah melakukan evaluasi dengan teliti dan hati-hati serta mendengarkan kesaksian warga, laporan itu terkonfirmasi,” ungkap Tirana Hassan, direktur badan penanggulangan krisis AI, kepada Reuters.
Selain kesaksian puluhan warga desa Hindu yang lolos dari kekejian ARSA, tim evaluasi AI melibatkan ahli forensik patologis untuk menganalisis foto mayat-mayat yang ditemukan pemerintah. (hep/c6/dos)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Jurnalis Reuters Terancam 14 Tahun Penjara
Redaktur & Reporter : Adil