jpnn.com, BOGOR - Penyebab 51 santri Pondok Pesantren Madinatul Quran, Desa Singasari, Kecamatan Jonggol, Kabupaten Bogor akhirnya terungkap.
Para santri diduga keracunan akibat air yang dikonsumsinya usai menyantap makan malam di dapur umum milik pesantren.
BACA JUGA: 51 Santri di Jonggol Bogor Keracunan Makanan
Menurut Kabid Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit dan Kesehatan Lingkungan (P2PKL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bogor Dedi Syarif, berdasarkan sampel yang akan diperiksa yakni bistik daging sapi, sayur kangkung dan air minum, indikasi kuat para santri keracunan karena dari air minum yang tidak jernih.
“Indikasi kami sebagian besar mengarah ke air minumnya yang menjadi penyebab. Karena dilihat di samplenya bahwa airnya tidak jernih. Termasuk air yang digunakan untuk mengolah makanan tersebut,” ucap Dedi.
BACA JUGA: Korban Keracunan Ikan Tongkol di Jember 350 Orang, Apa Penyebabnya?
Dilihat dari beberapa kejadian, kata Dedi, di pondok pesantren memang kebanyakan air minum yang digunakan berasal dari sanitasi air tanah yang disuling atau difilterisasi. Sehingga siap minum. Hal itu dilakukan karena memang beberapa faktor. Salah satunya jumlah santri yang tidak sedikit.
“Kebanyakan pesantren karena memang banyak santrinya, jadi mereka tidak membeli air galon dan sebagainya, tetapi mereka mengambil air tanah yang disuling sampai siap minum. Padahal seharusnya diperiksa secara reguler mulai dari kadar kaporit, asam, bakteri dan sebagainya,” kata dia.
BACA JUGA: Mengerikan, Debt Collector Dibantai 6 Orang di Bandung
Ke depan, sambung dia, pihaknya akan melakukan penyuluhan agar pihak pondok pesantren bisa lebih teliti terhadap air yang akan dikonsumsi.
“Nanti mereka bisa memeriksakan secara reguler air minumnya kalau memang mengambil air minum dari tanah yang disuling,” tuturnya.
Di sisi lain, Dedie membeberkan bahwa jumlah santri yang masih mendapatkan perawatan medis cukup banyak. Antara lain delapan santri yang dirawat di Puskesmas Jonggol, 24 santri rawat inap di RSUD Cileungsi, satu santri di IGD dan 18 santri lainnya sudah diperbolehkan pulang.
“Karena masih ada 20 santri di pesantren yang mengeluhkan hal serupa, akhirnya kami membuka posko Dinas Kesehatan bersama Puskesmas Jonggol juga disana,” pungkas Dedi. (rp1/b/radarbogor)
Redaktur & Reporter : Rah Mahatma Sakti