Terungkapnya praktik aborsi di kawasan Johar Baru, Jakarta Pusat, tak lepas dari peran Theresia MastaiBerkat keberanian penyamaran wanita yang juga Kapolsek Johar Baru itu, praktik yang telah berlangsung sepuluh tahun dan dijaga rapi tersebut akhirnya terbongkar
BACA JUGA: Pernikahan Masal Warga Mualaf Suku Tengger
Laporan FELANANS, Jakarta
SAAT lepas dari seragam, Theresia Mastai tidak berbeda dengan ibu-ibu biasa
Saat sedang turun ke lapangan seperti itu, Theresia memang tidak menampakkan kesan sebagai Kapolsek berpangkat komisaris polisi (setara mayor di TNI)
BACA JUGA: Belajar dari Orang Jepang Bagaimana Bersiap Sambut Bencana (2)
Namun, melihat bagaimana gaya dia mengomando bawahannya, ditambah jas kulit berwarna hitam ala intelijen, barulah warga tahu wanita berambut pendek itu punya posisi di kepolisian.Pengungkapan klinik aborsi di Johar Baru yang di TKP ditemukan kuburan diduga berisi ribuan janin itu termasuk prestasi besar
Menurut Theresia, dia mendapat informasi awal tentang TKP itu dari masyarakat
BACA JUGA: Belajar dari Orang Jepang Bagaimana Bersiap Sambut Bencana (1)
Namun, sebagai petugas dia tak boleh gegabah bertindakDia harus melakukan pengamatan yang cermat. Lantas, apa yang mendasarinya melakukan penyamaran di tempat yang di tembok depannya disamarkan sebagai Klinik Dr Abdullah itu? ??Saya melakukan itu berdasarkan insting,? kata wanita asal Ambon itu kepada IndoPos (Jawa Pos Group) dengan rendah hati.Ibu tiga anak itu merasa ada yang tak beres dengan klinik cukup mentereng yang izin praktiknya melayani layanan keluarga berencana (KB) dan USG ituMaka, sesuai rencana yang disiapkan, pada Kamis pagi (26/2) Theresia harus bangun pagi-pagi sekaliBahkan, saat dia datang hari masih gelapPintu pagar digembok karena jadwal praktik resmi klinik pukul 08.00?14.00.
Sekitar pukul 05.00, Theresia yang menyamar dengan nama Siti Suleha datang lagi ke klinik ituSebagai calon klien, dia berpura-pura muntah layaknya wanita hamil sehingga menarik perhatian petugas klinikSaat dibawa masuk dan ditanya petugas pendaftaran, dia mengatakan ingin menggugurkan kandungannya yang berusia tujuh minggu
Sebelum masuk ke ruang aborsi, Theresia membayar uang pendaftaran Rp 100 ribuDari perbincangan di dalam klinik, dia baru tahu tarif aborsi bermacam-macamSemakin tua usia janin semakin mahalUntuk usia satu atau dua minggu Rp 1,5 juta hingga Rp 2 jutaSedangkan usia kandungan di atas 2 minggu bisa mencapai Rp 4 juta hingga Rp 5 juta.
Saking rapinya penyamaran, awalnya, karyawan klinik benar-benar percaya Siti Suleha alias Theresia adalah pasien yang hendak menggugurkan kandunganDi ruang aborsi yang bersebelahan dengan ruang dokter, peralatan aborsi pun disiapkan, tak terkecuali ultrasonografi (USG), bed ginekolog, dan mesin sedot janin
Saat semua peralatan siap, dokter yang mengaborsi masuk ke ruanganSaat itulah, Agung Utomo, 50, sang dokter yang bertugas, mengenali Theresia bukan pasien biasa, tapi petugasTahu penyamarannya terbongkar, wanita yang akrab disapa Bunda Theresia itu pun beraksi
Dia lalu mengomando anak buahnya yang berpakaian preman untuk mengepung tempat di kawasan padat penduduk tersebutTak pelak, para tersangka yang berjumlah sembilan orang, termasuk dr Agung Utomo, itu tidak berkutikBahkan, saat itu tiga wanita yang baru menjalani aborsi ikut ditangkap"Dokternya mencoba melarikan diriTetapi, tempat ini sudah dikepung sehingga semuanya dapat diamankan," ujar Theresia.
Menurut dia, tak ada rasa takut saat dia melakukan aksi penyamaran yang berlangsung selama 20 menit itu. Sebab, sebagai polisi, dia sudah memiliki dasar-dasar undercover"Lagipula, saya sudah beberapa kali melakukan penyamaran," ujarnya.
Theresia memang kerap menyamarBahkan, saat membongkar jaringan pembuat ekstasi di ibu kota beberapa waktu lalu, wanita tersebut harus tiga hari bermalam di Pelabuhan Tanjung PriokSaat itu dia menyamar sebagai penjual minuman kelilingPengorbanan tersebut tak sia-sia karena dia bisa mengintai praktik penyelendupan bahan baku ekstasi lewat salah satu pelabuhan tersibuk itu
Setelah sukses penggerebekan tersebut, Theresia berharap masyarakat tidak perlu khawatir melaporkan tempat-tempat praktik aborsi ilegalApalagi, dalam sepekan terakhir, beberapa klinik aborsi ilegal terbongkar"Sudah tugas kami sebagai polisi melindungi masyarakatBagi saya, apa pun risikonya, harus tetap dilakukan untuk melindungi masyarakat," tuturnya.
Sebagai seorang polisi, Theresia dituntut selalu tampil primaKarena itu, seharèari Theresia juga rajin berolahragaMeski hanya stretching"Walaupun stretching di kamar mandi sambil mandi," katanya, lalu tersenyum
Dia juga banyak minum air putih, memilih makanan sehat, dan rajin berdoa"Dalam hidup harus senantiasa bersyukur," ujarnya.
Theresia mengakui, kehidupan polisi yang penuh tantangan dan banyak di luar rumah membuat dia dan suaminya, Paulus Sidik Budhiadi, seorang wartawan, harus pandai-pandi membagi waktu untuk keluargaDia tak mau ketiga putrinya kehilangan sosok ayah dan ibuTheresia berkomitmen jika dia tidak ada di rumah, suami yang menggantikan posisinyaDemikian sebaliknya"Pengorbanan Papa sudah besar demi menjaga kalian," kata Theresia menirukan nasihatnya lepada ketiga anaknya
Karena tuntutan profesi, Theresia mengakui dirinya kerap harus ke luar kota atau tugas luar negeriPada saat seperti itulah tugasnya sebagai istri diatasi sang suami"Suami saya pengertian, tidak pernah membedakan mana tugas istri dan suami saat saling membutuhkan," katanya.
Setiap akhir pekan, Theresia biasanya selalu pergi bersama dengan suami dan anaknyaMereka mengisi dengan aktivitas bersantai seperti ke salon, makan di luar, atau nonton bioskop"Atau jalan-jalan dari mal ke mal," ujarnya, lalu tertawa
Namun, kebersamaan seperti itu biasanya tak selalu happy endingPernah suatu saat, kata Theresia, dia dan ketiga putrinya sedang menjalani perawatan di salonTiba-tiba telepon genggamnya berdering"Anggota saya bilang ada kasus, saya diminta ke kantor segera," kata Theresia"Anak-anak sudah paham dan tidak protes," sambungnya.(*)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Dokter Andaru Hutama Memerangi Minimnya Fasilitas Kesehatan di Kepulauan Seribu
Redaktur : Tim Redaksi