jpnn.com - JAKARTA - Direktur Eksekutif Lembaga Survei Indo Barometer, M. Qodari mengatakan, anjloknya elektabilitas Partai Demokrat (PD) bukan hanya disebabkan isu korupsi yang menjerat para kader partai berlambang segitiga mercy itu.
Menurut Qodari, kinerja pemerintahan yang dipimpin Susilo Bambang Yudhoyono juga menjadi salah satu faktor merosotnya elektabilitas Demokrat.
BACA JUGA: Anas Ditahan, Demokrat Jangan Lega Dulu
"Penurunan itu secara garis besar karena dua aspek. Pertama Isu korupsi yang melanda kader Demokat dan kedua berkaitan dengan kinerja pemerintahan," kata Qodari dalam sebuah diskusi di Cikini, Jakarta, Sabtu (11/1).
Qodari menjelaskan, efek kasus korupsi memang luar biasa kepada PD karena yang terjerat adalah para petingginya. Kemudian, tagline mereka pada 2009 lalu yaitu "Katakan Tidak Pada Korupsi" juga memberikan efek bagi PD.
BACA JUGA: Anas Dinilai Tak Akan Korbankan Partai Demokrat
"Demokrat tahun 2009, taglinenya bahkan iconnya pemberantasan korupsi yaitu Katakan tidak pada korupsi. Jadi memang menjelang 2009 waktu disurvei ditanyakan ke masyarakat partai mana yang paling mampu mengatasi korupsi? Itu nomor satu Demokrat, mengalahkan PKS. Fenomena itu menjadi bumerang bagi Partai Demokrat," ucap Qodari.
Kata Qodari, kinerja pemerintah juga berpengaruh terhadap elektabilitas PD. Belakangan tingkat kepuasaan publik terhadap SBY tidak setinggi sebelumnya. "Kalau surveinya Indo Baromter, saat ini banyak yang tidak puas terhadap kinerja pemerintahan. Itu di luar skenario Partai Demokrat saya kira," ucapnya.
BACA JUGA: PPI Pertanyakan Lamanya Proses Penahanan Anas
Sementara itu, Politikus PD, Ruhut Sitompul mengatakan, merosotnya elektabilitas PD karena kasus korupsi yang menjerat mantan Ketua Umum PD, Anas Urbaningrum. Ia membantah bahwa elektabilitas menurun karena pemerintah.
"Saya heran selalu bilang karena pemerintah. Aku heran SBY dibilang gagal. Dua negara tidak terganggu krisis ekonomi Cina dan nomor dua Indonesia," kata Ruhut. (gil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Kaitkan Penembakan Bogor dengan Teroris
Redaktur : Tim Redaksi