TIMIKA - Perang adat yang hampir dua pekan berkecamuk di Kwamki Lama dinilai sudah melanggar aturan-aturan mengenai perang adatAntara lain, perang digelar di atas tanah ulayat suku Kamoro
BACA JUGA: Sebulan, Tiga Napi Abepura Meninggal
Yang lebih melenceng lagi, dalam perang itu ada yang menggunakan senapan angin, yang bukan merupakan senjata adat setempatBACA JUGA: Dipecat KPU Sulteng, Ketua KPU Banggai Protes
Mateus Adadikam, S.Th yang disampaikan saat ditemui Radar Timika di kediamnya, Jalan Ahmad Yani, kemarin.“Yang namanya perang adat harus dilakukan di atas tanah adat
BACA JUGA: 3 Daerah Dapat Perhatian Khusus
Jadi sudah ada yang melenceng dari perang adatAda yang mengenakan senjata senapan angin, juga sudah tidak murni disebut perang adat,” kata Pdt MateusAyah dari tiga anak ini mengatakan, selama perang ibadah di gereja terkendala, sebab takut terkena senjata tajamSelain itu, proses belajar mengajar di sekolah lumpuhDia meminta semua pihak mulai dari Pemda Mimika, DPRD, gereja dan lembaga adat, agar jeli menyikapi permasalahan perang adat yang sering terjadi di Kwamki Lama“Apa yang menjadi akar dari perang ini harus dituntaskanSehingga jangan selalu terulang dan yang menderita selain kedua pihak adalah warga yang bermukim di Kwamki LamaSampai kapan ini sering terjadi dan apakah perdamaian lalu sudah dapat dijamin bakal tidak ada perang lagi?” tegasnya.
Dia meragukan perdamaian bisa bersifat permanenBuktinya, lanjut Adadikam, setelah berdamai masih ada anak panah yang membunuh orang lainIni membuktikan bahwa akar permasalahan belum ditemukanPada tahun 2006 ketika perang usai ditandai dengan patah panah dan bakar batu, namun perang muncul lagi tahun 2010 ini.
Mateus juga mneyatakan tidak setuju jika pemerintah membantu kedua pihak baik makanan maupun pembayaran denda adat, hal itu berakibat perang akan terulang karena Pemda selalu 'kasih hati'Meski ia tidak mengetahui secara pasti apakah Pemda mengucurkan bantuan pada perang kali iniDia mengajak semua pihak seperti Pemda, DPRD, gereja dan tokoh adat untuk memikirkan masalah ini
"Bukan berarti ada damai, lantas ada jaminan akan berdamai, buktinya saat ini kembali perangSetahu saya perang adat itu tidak mengorbankan anak-anak, namun faktanya orang yang tidak salah juga dibunuhDan yang lebih parah adalah menyebabkan trauma batin bagi semua warga yang ada di Kwamki Lama,” ungkapnyaDikatakan, upaya membangun iman dan mental anak bangsa sebagai generasi akan sulit terwujud jika perang terus terjadi setiap saat"Jika ini terulang lagi menurut saya sebaiknya jemaat direlokasi dan pemerintah siapkan lokasiPerang dulu Pemda berjanji akan mengganti rugi kerugian masyarakat namun terbukti tidak adaPadahal kalau pasar yang terbakar, dana langsung mengalir dan bisa dibangun secepat kilat,” katanya.
Pdt Mateus juga mengkritik warga, yang selama ini selalu mempermasalahkan HAMPadahal warga sendiri yang melanggar HAM. “Jangan kalau polisi kejar penjahat dikatakan pelanggaran HAM, lalu kalau mereka bunuh saudara sendiri bukan melanggar HAM? Padahal malah lebih berat,” jelasnyaSemua Lembaga Adat, dikatakan Mateus, harus memainkan peranan dalam setiap masalah. Selanjutnya ia mengaku sangat menghargai upaya damai dari kedua kubu serta pihak yang lain yang juga turut membantu.
Dia tegaskan, masyarakat harus tahu adat, makanya para tokoh harus mengajarkan adat"Jangan damai hanya sekejap lalu karena ingin uang perang lagiJika ada kejahatan serahkan kepada hukum negara saja bukan dengan perang, agar kita sempat memikirkan kemajuan dalam semua hal,” anjurnyaMenurut Mateus, dirinya sangat setuju jika para panglima perang dan pelaku perang diproses hukum sehingga ada efek jera.
Sebagian besar warga Kwamki Lama sebenarnya menyambut gembira kesepakatan damai antar dua kelompok, Rabu (20/1) laluNamun, mereka mengkritik pernyataan Bupati Mimika Klemen Tinal SE, MM tentang penegakan hukum positifiSebagai orang nomor satu di daerah itu, bupati dinilai terlambat mengatakan hal itu"Karena sudah banyak korban,” kata seorang warga Kwamki Lama, Yoel Yolemal ditemui Radar Timika.(bom/wst/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Tindaklanjuti Hasil WOC dan CTI
Redaktur : Soetomo Samsu