Tiga Jam Dandani Aliya

Minggu, 27 November 2011 – 07:08 WIB
R Hartono memberi ucapan selamat kepada Ibas dan Alya, Sabtu malam (26 Nov 2011) di Jakarta. Foto: Puspa Purwitasari Pool

JAKARTA - Ada yang menarik dari riasan yang dikenakan Aliya Rajasa pada resepsi pernikahan dengan Edi Baskoro Yudhoyono di Jakarta Convention Center tadi malam (26/11)Aliya yang dalam akad nikah di Istana Cipanas menggunakan riasan ala Palembang, semalam menggunakan riasan Paes Ageng nonkonvensional, yang di Jogja kini dikenal dengan nama Paes Ageng SBY

BACA JUGA: Tamu Undangan Ibas Lebih Banyak dari Agus



Riasan tersebut dikenalkan Tienuk Riefki ketika merias Annisa Pohan saat menikah dengan Agus Harimurti Yudhoyono pada 2005
Paes Ageng atau riasan kebesaran adalah riasan yang umum digunakan pengantin Jogja dalam acara resepsi atau panggih.  Ada tiga jenis Paes Ageng tradisional, yakni Paes Ageng, Paes Ageng Jangan Menir, dan Paes Ageng Kanigaran

BACA JUGA: Sore Tamu Ayah, Malam Tamu Aliya



Perbedaannya adalah pada baju yang dikenakan pengantin
Pada paes ageng, mempelai putri mengenakan baju dodot atau kampuh dengan perhiasan, paes hitam dengan prada (emas) di bagian cengkorongan atau dahi, dan sanggul bokor mengkurep dengan rangkaian melati gajah ngolig yang dilengkapi sisir dan cunduk mentul kecil

BACA JUGA: Ribuan TKI Mulai Serbu Malaysia Februari

Sementara, mempelai pria mengenakan baju dodot dan memakai topi kuluk dan ukel ngore (ekor rambut).

Sementara Paes Ageng Jangan Menir adalah riasan paes ageng yang dipadu dengan baju blenggen dari bahan beludru, selendang pendhing, dan topi kuluk kanigaraSementara, Paes Ageng Kanigaran mirip Paes Ageng Jangan Menir namun menggunakan dodot kampuh melapisi kain cinde warna merah.

Riasan yang digunakan Aliya dan Ibas tadi malam menggunakan model yang berbeda dengan tiga kategori tersebutYakni, riasan Paes Ageng bagi mempelai perempuan lengkap dengan sanggul bokor mengkurep, paes hitam dengan prada di dahi, baju kebaya dan perhiasan di leherSementara, mempelai laki-laki menggunakan beskap atela dan topi blangkon, bukan baju dodot atau blenggen beludru dan topi kuluk.

Untuk merias mempelai perempuan, Tienuk mengaku membutuhkan waktu tiga jam"Untuk penempelan prada saja dibutuhkan waktu satu jam, karena saya harus menempelkan prada satu per satu dengan jari, tidak boleh pakai alat bantu," tutur Tienuk sebelum resepsi.

Sementara, untuk riasan Ibas, Tienuk mengaku tidak membutuhkan waktu lamaPasalnya, Ibas hanya dirias dengan bedak tipis sesuai warna kulit"Bagi pengantin pria, penampilan kulit yang segar lebih penting dibandingkan riasan tebal," terang perias asal Bantul, Jogjakarta ini.

Kebaya dan beskap yang digunakan Ibas dan Aliya tadi malam tidak dibawa oleh Tienuk, melainkan didesain oleh Biyan WanaatmadjaDesainer asal Surabaya itu dikenal dengan potongan yang sederhana, namun detil dan modernBiyan yang membuka butik di kawasan Kemang ini memiliki empat label utama, yakni Biyan Wanaatmadja, Studio 133, (X)S.M.L, dan Biyan Bride(kuh/nw)

BACA ARTIKEL LAINNYA... KPK Mulai Bidik Walikota Semarang


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler