Tiga Kejutan dalam Pemilu 2009

Jumat, 10 April 2009 – 07:38 WIB
KEJUTAN-KEJUTAN yang kutunggu dengan hati berdebar terbukti juga melalui sajian hasil quick count (perhitungan cepat) yang diselenggarakan oleh LSI bekerjasama dengan TVOne dan ditayangkan pada Kamis (9/4) malam laluSaya menulis kemungkinan kejutan itu pada Selasa, 7 April lalu di layar maya ini.

Menonton tayangan TVOne itu, kita betah pula karena presenter televisi Tina Talisa yang memandu acara itu cukup santai, tapi bernas

BACA JUGA: Berdebar Menunggu Kejutan Politik

Teman saya, Karni Ilyas (Pemimpin Redaksi TVOne) yang dulu seorang redaktur pelaksana di majalah Tempo (sebelum dibredel pada Juni 1994), berkenan pula menyampaikan sekapur sirih seulas pinang.

Kejutan pertama adalah Partai Demokrat (PD) tampil sebagai sang juara dalam The Big Ten (sepuluh besar) hasil Pemilu 2009
Saya ingat bahwa Demokrat hanya meraih suara 7,45 persen pada 2004, tetapi sekarang melambung menjadi 20,33 persen

BACA JUGA: Cerdas Tapi Tidak Mencerdaskan

Padahal, kalangan insider bilang kepada saya, Susilo "SBY" Bambang Yudhoyono sudah lega jika bisa meraih 15 persen saja
Eh, malah lebih

BACA JUGA: Sejenak Ngobrol Letter of Credit

PD yang tadinya di urutan kelima pada 2004, kini melambung nomor wahid.

Kejutan kedua adalah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang hanya meraih suara 7,34 persen pada 2004, kini naik menjadi 7,84 persenTak seberapa tambahan suaranyaTapi rankingnya naik dari posisi keenam pada 2004 menjadi posisi keempat, naik dua tingkatKelebihan PKS, partai ini terkenal solid dengan kesetiaan anggota yang bagus sehingga tak mengandalkan tokohPKS juga dikenal partai "bersih"Begitulah yang terkabarPastinya, wallahualam!

Sebaliknya, Partai Golkar sang jagoan Pemilu 2004 semasih dipimpin oleh Akbar Tanjung dan kala itu menjadi nomor wahid dengan suara 21,58 persen, kini melorot menjadi 14,80 persen suaraWapres M Jusuf Kalla yang memimpin partai itu harus rela pada posisi nomor duaIdemdito dengan PDIP yang pada Pemilu 2004 meraih 18,53 persen, menurun menjadi 14,20 persen pada Pemilu 2009.

Sebetulnya, dalam berbagai kesempatan kampanye Pemilu 2009, jurkam PDIP kerap berkata bahwa kemenangan mereka serasa menjelangTidak hanya ditentukan hari pencontrengan saja, tetapi juga kerja keras PDIP selama lima tahun belakangan ini"Lima tahun lalu kan PDIP mabokTidak pernah terima kasih sama rakyatPada 2004 PDIP tak didukung rakyatnyaPada 2005 baru PDIP berjuang memperbaikinya," ucap Taufik Kiemas kepada pers di Jakarta.

Sebagai partai oposisi, imbuh Taufik, PDIP selalu membela rakyat"Sekarang sudah waktunyaTerserah pada rakyat2004 PDIP brengsek saja masih 18,5 persen," ujarnya optimis.

Tragis benarPada Pemilu 1999 lalu, PDIP masih meraih 33 persen suaraNamun anjlok pada 2004Sekarang pun longsor lagiPDIP yang tadinya meraih hati rakyat, dan terbukti memenangkan Pemilu 1999, tapi mengecewakan karena kondisi ekonomi memburuk dan lalu lari ke lain partaiLalu pemilih menghukum merekaLalu sebagian lari ke Golkar yang menang pada 2004Pelajarannya, jangan coba-coba mengkhianati rakyatSiapapun yang berkuasa, kalau mengabaikan rakyat, pasti akan dihukum.

Saya belum lupa bahwa di PDIP, Kwik Kian Gie bahkan mati-matian melakukan otokritikIa pernah bilang bahwa PDIP sebagai partai terkorup, dan gagal membersihkan partai dari korupsi"Saya bilang terkorup, tapi tak ada perbaikanItu dua tahun sebelum 2004Saya sudah memprediksi sebelumnya," kata Kwik kepada pers seusai Pemilu 2004 laluAlasan Kwik ini, tentu saja debatableTapi kala itu, Kwik kan orang dalam?

Kala itu, PDIP yang dikenal sebagai partai wong cilik ini, mengabaikan konstituennyaPadahal, saat Megawati memerintah memang situasi ekonomi makro sudah rada oke, tapi kehidupan rakyat lebih sulit dibanding 1999Suara PDIP menurun pada 2004, menurut LP3ES dan LSI, karena gagal memulihkan krisis perekonomian"Meski ekonomi makro oke, tapi kehidupan banyak orang dibanding 1980-an, lebih buruk saat Mega memerintah," kata Moh Qodari dari LSI, saat itu.

Perkara BLT
Jangan-jangan polemik soal bantuan tunai langsung (BLT) antara Mega dan SBY dalam kampanye kemarin, walaupun di panggung yang berbeda, telah menjadi salah satu faktorBanyak penonton televisi yang melihat betapa Mega menganggap BLT seakan-akan merendahkan martabat rakyat yang berdempet-dempet antri menerima BLT, dan mengesankan seperti pengemisSebaliknya, SBY menganggapnya sebagai kewajiban pemerintah yang merupakan langkah darurat demi mengatasi akibat krisis moneter 1998 yang belum pulih, dan diperparah oleh akibat krisis finansial global pada 2008 lalu.

SBY bilang, toh masih ada follow up dari BLT itu, yakni KUR dan PPM maupun berbagai program stimulanEh, belakangan Mega mendukung dengan mengawal realisasi BLT, tapi rupanya agak rada terlambatPara pencontreng pun pindah ke lain hati.

Sebaliknya, para pencontreng bisa mengerti Demokrat dan SBY, karena kehidupan rakyat yang kini juga masih tak sedikit yang susah, tak lain karena faktor eksternal, yakni dampak krisis keuangan globalIni bermula di Amerika Serikat, lalu menular ke IndonesiaMau apa lagi, dan apa boleh buat, bukan?

Partai Golkar tampaknya kurang beruntungPadahal, kebersamaan SBY-JK sejak 2004 lalu telah melahirkan berbagai prestasi dan kinerja kabinet yang ditopang oleh Golkar dan DemokratJuga disangga oleh PAN, PKB, PPP dan PKS, karena semuanya juga duduk di Kabinet Indonesia Bersatu.

Namun "Dewi Fortuna" itu menjauh dari Gollkar karena JK dan Partai Golkar sesumbar mendeklarasikan akan tampil dengan capres sendiri pada 2009Jika saja deklarasi itu dilakukan setelah hasil Pemilu 2009, dan tentu saja dengan melihat hasilnya, mungkin suara Golkar tidak akan turun, tapi minimal bertahan.

Tak bisa ditampik, bahwa bagaimana pun tampilnya Partai Hanura yang dipimpin oleh Wiranto dan Gerindra yang dinaungi Prabowo Subianto, sedikit banyaknya mengurangi perolehan GolkarKedua partai ini malah bisa masuk ke "10 Besar" sesuai hasil quick count LSI yang ditayangkan oleh TVOneSaya kira sebagai partai baru, ini adalah kejutan ketiga dari Pemilu 2009Surprise pula, keduanya bisa melampaui batas electoral threshold.

Jika Gerindra meraih 4,19 persen, maka Hanura memperoleh 3,54 persenJangan lupa, Wiranto dan Prabowo adalah tokoh GolkarJika kedua partai ini tak berdiri, barangkali suara mereka yang lebih dari 8 persen tetap bertahan di GolkarArtinya, tetap bisa sekitar 21-22 persen, seperti suara yang dimiliki Gokar pada Pemilu 2004 lalu.

Atau benarkah anggapan bahwa Golkar kurang bisa diurus oleh JK karena juga menjabat sebagai Wapres? Anggapan ini muncul karena Akbar Tandjung lebih all-out mengurus Golkar dibanding JKMaklum, Akbar sebagai Ketua DPR RI masih seiring sejalan dengan mengurus partai, dibanding JK yang duduk di pemerintahan.

Jika PAN tetap bertahan dengan suara 6,03 persen, walau menurun dari 6,44 persen pada Pemilu 2004, mungkin karena banyak artis dan selebritis yang menjadi caleg partai iniYang turun drastis adalah PKB yang semula 10,57 persen, menjadi hanya 5,32 persenIdemdito dengan PPP yang semula 8,15 persen menjadi 5,40 persen saja.

Namun, maaf beribu maaf, analisis ini hanya berdasarkan quick count yang diselenggarakan LSI dan TVOneSebuah prediksi belakaAngka ini pun masih sementara karena suara yang masuk baru 91,55 persen pada pukul 21.10 WIB tanggal 9 April 2009Tapi, konon, quick count sebagai metode ilmiah dapat dipertanggungjawabkanApalagi dengan margin error sekitar 2 persen, sebagaimana lazimnya metode polling (jajak pendapat).

Angka resminya, marilah bersabar menunggu pengumuman KPU Pusat, sebagai lembaga yang secara yuridis berhak mengumumkan pemenang Pemilu 2009(*)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Sejenak Ngobrol Letter of Credit


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler