Tiga Konsep Desain Ulang BPR

Minggu, 25 September 2016 – 01:52 WIB
Soekarwo. Foto: JPNN

jpnn.com - JAKARTA – Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengusulkan tiga konsep untuk mendesain ulang bank perkreditan rakyat (BPR).

Redesain itu diharapkan bisa membuat BPR kian berperan dalam perekonomian masyarakat bawah dan UMKM.

BACA JUGA: Kinerja Perbankan Syariah Melambat

Salah satunya bekerja sama dengan bank umum sebagai apex bank atau bank pengayom.

Kemudian, menggandeng asuransi yang menjembatani risiko terhadap pinjaman, serta pengembalian kredit secara mingguan.

BACA JUGA: Suku Bunga Kredit Perbankan Sulit Segera Turun

’’Konsep-konsep itu berdasar pengalaman kami di Jawa Timur yang UMKM-nya sebanyak 6,8 juta dan menyerap hampir 98 persen tenaga kerja. BPR harus tetap ada agar rakyat kecil yang feasible tetapi nonbankable bisa mendapatkan akses modal,’’ tutur Soekarwo.

Soekarwo menyatakan, saat kerja sama dengan apex bank, perlu diatur agar bunga yang dibebankan kepada BPR tidak terlalu tinggi.

BACA JUGA: Sertifikasi Usaha Pariwisata Terkendala Biaya Auditor

Dengan demikian, BPR dapat memberikan bunga yang murah pula kepada rakyat kecil.

Di Jawa Timur, Soekarwo menjadikan Bank Jatim sebagai apex bagi BPR-BPR di Jatim.

 Caranya melalui model pinjaman lunak secara linkage program dari Bank Jatim kepada BPR dengan bunga efektif lima persen per tahun.

Selanjutnya, BPR diperkenankan menyalurkan dana kepada rakyat atau UMKM dengan bunga 7–9 persen per tahun.

Dalam konsep bridging risk, BPR bisa menggandeng pihak asuransi sebagai penjamin seperti Jamkrida atau Jasindo.

Biaya untuk asuransi tersebut sudah termasuk dalam bunga 7–9 persen yang dikenai BPR kepada kreditor.

Untuk penagihan kredit secara mingguan, tujuannya adalah terjadi proses kapitasi di kreditor.

 ’’Intinya, redesigning ini seperti cara lama yang dibenahi. BPR yang lemah jangan dilikuidasi, tapi diperkuat. Cost of fund yang tinggi bisa ditekan jika turnover dilakukan mingguan,’’ jelasnya.

Berkat model loan agreement lewat linkage program Bank Jatim-BPR tersebut, sektor UMKM Jatim tumbuh subur dengan jumlah 6,8 juta.

Kontribusi sektor UMKM terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Jatim juga sangat tinggi, yaitu 54,98 persen dari total Rp 1.689,88 triliun PDRB Jatim.

Kinerja BPR Jatim pada Juni 2016 bisa dilihat dari total aset perbankan yang tercatat Rp 11,563 triliun atau meningkat 7,56 persen (yoy).

Kemudian, dana pihak ketiga (DPK) tercatat mencapai Rp 7,187 triliun atau meningkat 11,12 persen (yoy).

Kredit konsumsi menembus Rp 2,710 triliun atau meningkat 8,27 persen secara year-on-year. (sof/jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Anak Usaha Astra Sebar Dividen Rp 190 Miliar


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler