Tiga Negara Pemilik Hutan Tropis Terbesar di Dunia Menjalin Kerja Sama Trilateral

Senin, 15 November 2021 – 06:11 WIB
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Dr. Alue Dohong . Foto: KLHK

jpnn.com, JAKARTA - Indonesia, Brasil, dan Kongo yang dikenal sebagai negara pemilik hutan tropis terbesar di dunia, telah menggelar pertemuan trilateral guna menjalin kerja sama strategis dan sinergis.

Kerja sama mencakup sejumlah hal, baik dalam pengelolaan hutan, dan pengalaman lainnya yang berhasil dijalankan tiga negara ini dalam upaya pengendalian perubahan iklim.

BACA JUGA: Wamen Surya Tjandra Beberkan Kunci Keberhasilan Transformasi Digital

“Pertemuan telah digelar di Sekretariat Delegasi Republik Indonesia di arena COP 26 UNFCCC di Glasgow, Skotlandia, awal pekan ini. Banyak potensi kolaborasi yang bisa dilakukan Indonesia, Brasil, dan Kongo,” ujar Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Dr. Alue Dohong yang memimpin pertemuan trilateral ini dalam pernyataan tertulis dari arena COP 26 UNFCCC, Glasgow, Skotlandia, Jumat (12/11/2021).

Alue Dohong menjelaskan dalam pertemuan trilateral tersebut, Indonesia mengemukakan gagasan dan pandangan tentang pentingnya kerja sama dan mengidentifikasi area kerja sama yang dapat dilakukan oleh ketiga negara secara bersama-sama (trilateral) atau secara bilateral.

BACA JUGA: Hadiri COP26 di Glasgow, Gus Muhaimin Tawarkan 2 Solusi Atasi Ancaman Perubahan Iklim

Menteri Lingkungan Brasil dan Republik Demokratik Kongo juga menyampaikan pandangan serta gagasan mengenai kerja sama ini.

Pada saat pertemuan, tiga negara mempunyai pandangan yang sama  tentang pentingnya kerja sama dalam kerangka memperkuat pengaruh tiga negara pemilik hutan tropis  terbesar  di duni ini dalam negosiasi iklim di COP26 UNFCCC.

BACA JUGA: Wamen Surya Tjandra Sarankan Pengembangan KEK di Mandalika

Kemudian kita sepakati perlunya melakukan inisiatif kolaboratif melalui pembentukan kelompok-kelompok kerja (Working Groups) yang solid berdasarkan kesamaan kepentingan (mutual common interests) dan prinsip saling mengisi kebutuhan (filling the gap).

Dia berharap kerja sama ini makin memperkuat posisi 3 negara di arena negosiasi pengendalian iklim global seperti di COP 26 UNFCCC.

Oleh karena itu, tiga negara harus memperjuangkan solusi yang paling efektif dan tepat termasuk upaya-upaya mendorong peningkatan pendanaan yang berbasis hasil atau Result-based Payment untuk pengurangan emisi dari pengurangan deforestasi dan degradasi hutan plus (REDD+).

Upaya  lainnya adalah mendorong mekanisme pembayaran atas jasa ekosistem (Payment for Ecosystem Services – PES).

Dalam pertemuan ini memang ada beberapa potensi kerja sama dari tiga negara tersebut. Indonesia menawarkan sharing pengalaman dan keahlian kepada Republik Demokratik Kongo dan Brasil terkait pengurangan deforestasi, pengendalian dan penanganan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) serta dalam hal pengelolaan hutan sosial untuk masyarakat.

Brasil yang memiliki pengalaman luas dalam pelaksanaan pembayaran jasa ekosistem (PES), pengelolaan dana iklim lewat lembaga Amazon Fund, juga kerja sama kegiatan pengelolaan praktik pertanian dan peternakan yang rendah emisi, pengelolaan sampah dan sanitasi.

Kongo Ingin Banyak Belajar

Republik Demokratik Kongo ingin banyak belajar dari Indonesia dan Brasil. Oleh karena itu, Kongo meminta dukungan dan bimbingan teknis dari Indonesia dan Brasil dalam program REDD+, pengelolaan hutan secara berkelanjutan, termasuk gambut.

Ketiga negara juga membicarakan terkait program keanekaragaman hayati dan bioprospeksi serta rehabilitasi dan konservasi mangrove.

“Setelah pertemuan tersebut, Menteri Brasil, Republik Demokratik Kongo dan saya menugaskan masing-masing pejabat perwakilan untuk membahas tindak lanjut teknis terkait area kerja sama potensial yang dapat dilakukan ke depan baik dalam kerangka kerja sama bilateral maupun trilateral,” kata Wamen Alue Dohong.

Dalam pertemuan trilateral, Indonesia dipimpin oleh Wamen LHK Dr. Alue Dohong, didampingi Dirjen Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) Dr. Agus Justianto, Dirjen Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan (PKTL) Dr. Agung Ruandha Sugardiman, Dirjen  Pengendalian Perubahan Iklim (PPI) Laksmi Dhewanthi, Dirjen Dirjen KSDAE  Wiratno, dan Kepala Biro Kerjasama Luar Negeri, Dida Ridha Migfar.

Sementara delegasi Brasil dipimpin Menteri Lingkungan, Mr. Yoaquim Leite, didampingi Wakil Menteri urusan Perubahan Iklim dan Urusan Internasional, Mr. Marcus Paranagua, Direktur Urusan Internasional, Mrs. Guelhemme Belli, dan Sekretaris untuk urusan Amazon dan Lingkungan, Dr. Martha Giannichi.

Sedangkan delegasi Republik Demokratik Kongo dipimpin Menteri Lingkungan dan Pembangunan Berkelanjutan, Mrs. Eve Bazaiba Masudi, didampingi Penasihat Urusan Hutan dan Gambut Mrs. Dzibo Syllvie didampingi Koordinator Manajemen Gambut, Mr. Jean  Jacques Bambuta Boole.

Pertemuan trilateral ini merupakan tindak lanjut dari pertemuan virtual sebelum COP 26 UNFCCC tanggal 22 Oktober 2021 antara Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Dr. Siti Nurbaya dengan Menteri Lingkungan Brazil Mr. Yoaquim Leite.

Dalam pertemuan ini dibahas kerjasama pemilik hutan tropis terbesar, untuk aksi-aksi lebih lanjut, khususnya dalam menyongsong COP26 UNFCCC.

Segera setelah pertemuan Trilateral tingkat Menteri selesai, telah dilaksanakan pertemuan tingkat teknis.

Pertemuan tingkat teknis telah mengidentifikasi dan membahas secara lebih teknis lingkup atau cakupan dan bidang kerja sama yang akan dituangkan nota kesepakatan ketiga negara  Indonesia, Brasil dan Republik Demokratik Kongo.(jpnn)

Video Terpopuler Hari ini:


Redaktur & Reporter : Friederich

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler