Tiga Sumber Protein Hewani Ini Bisa Mencegah Stunting

Minggu, 05 Juni 2022 – 19:09 WIB
Susu sebagai salah satu sumber protein. Foto : Ricardo/JPNN.com

jpnn.com, JAKARTA - Gizi kronis yang memicu stunting masih menjadi masalah serius. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan menargetkan penurunan angka stunting hingga 14 persen di 2024 atau 2,7 persen per tahun. Salah satu upaya mengejar target tersebut, melalui intervensi stunting. 

Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia (UI), Prof. Sandra Fikawati mengatakan, intervensi perlu dilakukan sebelum dan setelah kelahiran.

BACA JUGA: Suka Minum Susu, Ini 6 Manfaatnya untuk Kesehatan Tubuh

Sebab, salah satu penyebab meningkatnya stunting anak usia 6 - 23 bulan akibat kekurangan protein hewani pada makanan pendamping ASI (MPASI) yang mulai diberikan sejak usia 6 bulan.

"Tubuh yang kekurangan asupan protein hewani,  akan mengalami kekurangan hormon pertumbuhan, gangguan regenerasi sel, sel tidak tumbuh dengan baik,” kata Prof. Sandra Fikawati dalam keterangannya, Minggu (5/6).

BACA JUGA: 7 Manfaat Susu Kacang Mete yang Luar Biasa, Nomor 3 Bikin Anda Lega

Belum lagi sistem kekebalan tubuh terganggu, jadi sering sakit, massa otot tidak bertambah. Itulah sebabnya susah berkembang atau bertumbuh kalau kekurangan protein hewani. 

"Sehingga juga menyebabkan stunting dan  gangguan kognitif," katanya.

BACA JUGA: 7 Manfaat Tidak Terduga Susu Kambing untuk Kesehatan

Protein hewani, menurut Prof. Sandra Fikawati tidak harus makanan mahal. Tiga sumber protein hewani yang mudah dan murah adalah susu, telur, ikan dan susu. 

“Susu suka dibilang mahal, padahal  tidak mahal. Susu kotak (ada yang harganya) dua ribuan rupiah. Usia 6 bulan sudah boleh diberi susu lain selain ASI,  karena susu bisa dicerna oleh anak," terang Prof. Sandra Fikawati.

Dalam rangka Hari Susu Sedunia dan Hari Susu Nusantara, Prof. Sandra Fikawat mengingatkan selain sebagai sumber protein, kandungan gizi pada susu sangat  lengkap, mulai dari sumber energi, lemak, dan aneka vitamin dan mineral. 

"Susu langsung dikonsumsi, sedangkan telur misalnya, harus dimasak tidak mungkin (diberikan) mentah,” jelasnya.

Sementara itu, menurut dokter spesialis anak dr. Kurniawan Satria Denta, susu untuk anak tidak harus susu pertumbuhan formula yang mahal. Untuk anak di atas 1 tahun bisa diberikan susu UHT atau paesteurisasi. 

"Di tahap MPASI ini biasanya terjadi masa kritis, atau risiko kekurangan gizi. Bila dibiarkan saja tanpa intervensi, maka terjadilah stunting," kata Denta.

Jadi, tambah dokter Denta, kalau selama hamil, asupan gizi dari ibu baik, maka bayi tidak mungkin kekurangan gizi. Setelah itu langsung diberikan ASI ekslusif 6 bulan, dilanjutkan MPASI. 

Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak, Kementerian Kesehatan, Erna Mulati menyatakan, intervensi yang diakukan meliputi sebelum dan sesudah kelahiran. Sebelum kelahiran berupa penambahan pemeriksaan kehamilan dari 4 kali menjadi 6 kali. 

Intervensi setelah lahir dilakukan dengan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan yang didahului dengan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

 Pemenuhan protein hewani misalnya telur, ikan, hati ayam, atau produk susu lainnya wajib diberikan di periodoe MPASI mulai usia 6 bulan - 2 tahun. 

'Protein hewani 3 jenis lebih bagus dari dua jenis. Misalnya, makan telur, ikan, dan hati ayam. Dibandingkan di luar telur dan ikan saja atau telur dan susu saja,” kata Erna. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesyia Muhammad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler