Tiga Tahun Gadis Yatim Disiksa Majikan

Senin, 07 Oktober 2013 – 07:17 WIB

jpnn.com - BIREUEN - Niat mengumpul ringgit di negeri jiran Malaysia, harus dikubur Abidah (21) dalam-dalam. Karena bukannya berhasil mendulang uang, dirinya malah menjadi korban siksa selama bekerja di sana.

Pelaku tak lain adalah majikan sendiri hingga korban dibuang dari rumah ke hutan. PErilaku tak wajar dan tak manusiawi tersebut di alami sang gadis yatim yang berasal dari Gampong Gle Meundong, Kecamatan Simpang Mamplam, Bireuen.

BACA JUGA: Siswi SMP Ngaku Diperkosa

Saat disambangi Metro Aceh (Grup JPNN) kemarin malam di rumah duka, anak ke empat dari enam bersaudara ini sudah mulai pulih dari kondisi trauma dialaminya. Ia berhasil dipulangkan oleh pihak Badan Pemberdayaan Masyarakat Perempuan dan Keluarga Sejahtera (BPM-PKS). Turut bekerjasama dengan Badan Perlindungan Perempuan dan Pembinaan Anak (BP3A), serta gugus trafficking Aceh juga interpol di Malaysia.

Menurut korban, pelaku penyiksaan sadis tersebut adalah seorang majikan etnis China berkebangsaan Malaysia.  Penyerahan diwarnai tangis haru ini digelar dan disaksikan Kepala BPM-PKS Bireuen, bersama unsur Muspika serta perangkat desa setempat di rumah korban.

BACA JUGA: Berondongan Peluru di Kamar Kos, Satu Tewas, Dua Luka Berat

Kepala BPM-PKS Provinsi Aceh, Dahlia,MAg didampingi Amrina dari BP3A Aceh dan dr amir Addani,M.Kes Kepala BPM-PKS Bireuen serta unsur dari gugus trafficking Aceh, beserta unsur terkait lainnya, turut hadir dalam pertemuan penyerahan di Meunasah Gampong Gle Meundong.

"Kasus trafficking dialami Amidah awalnya dilaporkan keluarga kepada BPM-PKS Provinsi Aceh. Korban berangkat ke negeri jiran disebut-sebut dibawa oleh kerabat. Untuk upaya pemulangannya, harus menjalin kerjasama dengan pihak-pihak terkait itu bahkan ikut melibatkan interpol di Malaysia. Proses pemulangan korban dari Malaysia, sangat sulit bahkan harus membayar denda mencapai Rp 4 ribu ringgit atau Rp 12 juta," jelas Dahlia.

BACA JUGA: Pelatihan, Ngineks di Karaoke

Singkat cerita, saat dipulangkan dari Malaysia maka Abidah selama empat bulan menjalani perawatan di rumah aman, dibawah penjagaan anggota Polda Aceh dan keluarganya.

“Kasus ini diharapkan untuk terakhir terjadi. Jika ada indikasi jaringan perdagangan anak, harap masyarakat dapat mengantisipasi. Jangan karena ingin merubah nasib, tapi terjebak jadi korban trafficking,” tegas Dahlia,MAg.

Dikatakan juga, sulit sekali keluar, jika sudah terjerat dengan jaringan perdagangan orang. Ke depan diupayakan, gampong Gle Meundong dapat menjadi gampong binaan pemberdayaan perempuan.

Kadis BPM-PKS Bireuen dr amir Addani,M.Kes, menuturkan, pimpinan Pemkab Bireuen sangat berterimakasih atas bantuan dari pihak terkait telah membantu memulangkan Abidah.

"Yang paling penting adalah melakukan pencegahan sebelum terjadi dan berharap kasus Abidah. Untuk terakhir terjadi di Bireuen," ungkapnya.

Ungkapan terimakasih juga diutarakan ibunda korban Mandani sehari-hari bekerja sebagai buruh tani, saat ditanyai Metro aceh dirumahnya usai serah terima anaknya. "Saya sangat terharu bisa berjumpa lagi dengannya sejak tiga tahun lalu. (rah)

:ads="1"

 

BACA ARTIKEL LAINNYA... Mabuk di Kafe, Kuli Bangunan Berkelahi


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler