jpnn.com - JAKARTA – Pengamat terorisme Mardigu Wowiek Prasantyo menilai peristiwa larinya tiga tahanan terorisme dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II B Gunung Sitoli, Sumatera Utara, menimbulkan kekhawatiran tersendiri bagi keberlangsungan gerakan radikalisme di Indonesia. Terutama pascamencuatnya gerakan mendukung Islamic State Iraq and Syria (ISIS) di Indonesia, dan munculnya gerakan mendukung Negara Islam Indonesia (NII) yang baru.
“Mereka (tahanan yang melarikan diri), pasti akan melakukan perampokan lagi. Karena komandannya terbukti melakukan berbagai perampokan baik itu di Bank CIMB Medan maupun sejumlah perampokan lainnya di wilayah di Jabodetabek. Kelompok ini spesial melakukan perekrutan untuk melancarkan aksi-aksinya. Karena itu pasti akan merampok lagi,” ujarnya menjawab tanya JPNN di Jakarta, Senin (4/8).
BACA JUGA: Oknum Guru Ngaji Sodomi 14 Bocah
Menurut hipnoterapis yang pernah dilibatkan kepolisian menginterview ratusan pelaku terorisme ini, para tahanan akan kembali melancarkan aksinya, karena diduga kuat bergabung mendukung gerakan-gerakan pro-ISIS yang kemudian memfusikan diri bagi terbentuknya Negara Islam Indonesia (NII) yang baru di Tanah Air.
“Pergerakan (ISIS) itu didukung berbagai kelompok. Termasuk kelompok yang dulu melakukan perampokan Bank CIMB di Sumatera Utara. Nah gerakan-gerakan tersebut dulunya kan terpisah-pisah. Kini memfusikan diri membentuk Negara Islam Indonesia (NII),” katanya.
BACA JUGA: Jaksa dan Polisi Pesta Sabu
Dugaan tersebut cukup kuat didasari sejumlah fakta. Antara lain, pimpinan Jamaah Anshorut Tauhid (JAT), Abu Bakar Ba'asyir, yang juga merupakan terpidana terorisme, disebut-sebut telah membaiat (mengucapkan sumpah setia) terhadap ISIS, bersama 23 terpidana terorisme lainnya yang ditahan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusa Kambangan.
“Jadi sangat besar kemungkinannya dengan langkah Baasyir mendukung ISIS, membuat orang-orang ini (termasuk tahanan yang melarikan diri dari Lapas Gunung Sitoli), ikut bergabung. Jalur Imamahnya kan jelas, bahwa mereka ingin membentuk NII. Tapi ini bukan gerakan NII yang diusung Kartosuwiryo dulu itu. Ini gerakan yang baru,” katanya.
BACA JUGA: SPG Cantik Dibunuh Penjual Obat Herbal
Karena itu menghadapi kondisi yang ada, kata Mardigu, pemerintah lewat Kementerian Informasi dan Komunikasi yang dipimpin Tifatul Sembiring, harus segera memblokir laman-laman yang berbau ISIS dan laman propaganda lainnya. Langkah ini perlu segera dilakukan, karena pertukaran informasi para jaringan-jaringan kelompok garis keras saat ini banyak dilakukan melalui media-media sosial.
“Blokir situs berbagai ISIS. Saya kira kalau memang mau, itu dapat dilakukan dengan mudah. Seperti memblokir situs-situs porno. Ini cara penting untuk memblokir arus informasi, sehingga mereka tidak memiliki akses berkomunikasi,” katanya.
Menurut Mardigu, kalau Tifatul tidak bersedia melakukan pemblokiran, sikap tersebut patut dipertanyakan. Karena langkah-langkah intelijen maupun pemberantasan yang dilakukan pihak berwenang selama ini, sia-sia belaka selama para oknum teroris dapat dengan mudah terus berkomunikasi satu dengan yang lain.
Saat ditanya bagaimana dengan pengamanan terhadap para narapidana terorisme di penjara-penjara yang tersebar di seluruh Indonesia, Mardigu juga menyatakan hal senada.
Menurutnya, tidak cukup hanya wacana dengan pengetatan. Namun diperlukan langkah nyata yang sebenarnya dapat dilakukan dengan mudah. Caranya, membuat penjara khusus bagi tahanan terorisme di sebuah pulau.
“Di Indonesia ini kan terdapat sangat banyak pulau. Nah tempatkan saja mereka (tahanan terorisme ataupun penjahat ekstra ordinary lainnya) di situ. Di pulau itu jangan ada akses komunikasi sama sekali, jadi benar-benar terputus akses informasinya. Kalau ini dilakukan, saya kira nggak perlu juga pengetatan penjara-penjara,” katanya. (gir/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Ditabrak Korban, 2 Penjambret Nyaris Dibakar Massa
Redaktur : Tim Redaksi