jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi menanggapi langkah Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta yang bakal membentuk tim siber atau cyber army untuk melawan para pendengung atau buzzer yang menyerang Anies Baswedan.
Menurut Heru, saat ini seluruh lembaga, organisasi, dan perusahaan memang memiliki tim siber atau tim media sosial untuk menggalang dukungan atau memengaruhi publik.
BACA JUGA: MUI Bentuk Pasukan Siber Bela Anies, Wagub DKI Bilang Begini
"Baik untuk menjual produk, melawan serangan atau mendukung tokoh politik tertentu," kata Heru kepada JPNN.com, Selasa (23/11) malam.
Heru menambahkan pembentukan tim siber biasanya disesuaikan dengan kebutuhan organisasi atau lembaga tersebut.
BACA JUGA: Fungsi Tim Siber MUI DKI Cuma Bela Anies, tetapi Ongkosnya Bisa Miliaran Rupiah
"Jadi, tidak ada yang aneh sebenarnya, tetapi memang kalau lembaga negara atau kementerian tentu harus memiliki tim medsos yang menyampaikan program kementerian/lembaga kepada masyarakat dan menjawab pertanyaan dari publik," ujar pengamat teknologi itu.
"Kalau di luar itu (kementerian atau lembaga pemerintah), ya tentu tujuan atau yang disampaikan akan lebih bebas," sambung Heru.
BACA JUGA: Tim Siber Bela Anies Bertentangan dengan Fatwa MUI? Kiai Munahar Menjawab Lantang
Sebelumnya, dalam keterangan di website MUI, Ketua MUI DKI Jakarta KH Munahar Muchtar berharap tim siber yang segera dibentuk itu agar membela dan membantu Anies yang kerap diserang para buzzer di media sosial.
Menurut Munahar, para buzzer selalu mencari kesalahan Anies.
Tim siber bentukan MUI DKI itu nantinya bakal melawan para buzzer tersebut dengan mengangkat keberhasilan Anies di tingkat nasional dan internasional.
Selain itu, tim siber tersebut juga bertugas melawan para buzzer yang kerap mendiskreditkan ulama.
"Beliau ini termasuk 21 orang pahlawan dunia. Berita-berita saya minta MUI DKI yang mengangkatnya karena kita mitra kerja dari Pemprov DKI Jakarta," kata Munahar. (cr1/jpnn)
Redaktur : Adil
Reporter : Dean Pahrevi