Tim Trisakti Touring Jakarta-Bali dengan Mobil Minyak Jelantah

Asap Knalpot pun Bau Chicken Nugget

Senin, 21 Juni 2010 – 07:47 WIB
Sejumlah anggota tim energi alternatif Himpunan Mahasiswa Mesin, Universitas Trisakti, Jakarta, saat menunjukkan sampel Biodiesel Jelantah dan tanda rekor dunia MURI. Foto: Tri Mu-joko Bayuaji/Jawa Pos
MAHASISWA Universitas Trisakti sukses melakukan tur Jakarta-Bali (PP) menggunakan mobil berbahan bakar minyak jelantahMenariknya, bau asap knalpot yang keluar sesuai dengan apa yang digoreng minyak itu sebelumnya

BACA JUGA: Belajar Tata Kota dari Pompeii, Situs Terpendam di Italia (1)



---------------------------------------------------------
T.M
BANYUAJI-SUGENG S., Jakarta
---------------------------------------------------------

Pagi itu, dua mobil Isuzu Panther LS Turbo lansiran 2008 mulai dihidupkan mesinnya di pelataran parkir Fakultas Teknik Mesin dan Industri Universitas Trisakti (Usakti), Jakarta

BACA JUGA: Dr AB Susanto, Pengusaha dengan Seabrek Keahlian

Yang satu menggunakan minyak solar, mobil satunya dipenuhi bahan bakar yang tidak lazim
Yakni minyak jelantah atau minyak goreng bekas pakai

BACA JUGA: Tjong A Fie Mansion, Rumah Keluarga yang Disulap Jadi Museum

Kedua mobil itu diuji ketahanannya untuk menempuh perjalanan jauh Jakarta-Bali, pulang pergi.

Mobil yang dijadikan kelinci percobaan itu milik orang tua salah satu dari tujuh mahasiswa peserta touring dalam rangka percobaan minyak jelantah sebagai bahan bakar pengganti solar itu"Ini proyek diam-diamJadi, pemakaian mobil untuk percobaan ini tidak kami beritahukan ke orang tua kamiNanti malah tidak boleh," ujar Royan Thalib, kepala divisi riset dari Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) Usakti saat ditemui Jawa Pos, Senin (14/6) lalu.
 
Begitu mesin telah panas, kedua mobil pun memulai perjalanannya menuju Pulau DewataPerjalanan ditempuh dengan  kecepatan 90 km per jam sampai 120 kilometer per jamTanpa mengalami hambatan berarti, kedua mobil akhirnya sukses menyentuh garis finis di Bali, 5 Mei 2010 pukul 04.00 dan langsung menginap di sebuah hotel di KutaSore harinya, sekitar pukul 16.00, perjalanan pulang ke Jakarta dilakukan dengan rute yang samaTentu saja setelah mobil percobaan dipenuhi minyak jelantah sebagai bahan bakarnya

"Alhamdulillah, nggak mogokBahkan, mobil minyak jelantah mampu menyalip mobil yang menggunakan minyak solar," ungkap Royan, bangga.

Yang menarik, mobil yang menggunakan minyak jelantah ternyata mengeluarkan asap dengan aroma bau sesuai apa yang digoreng sebelumnya dengan minyak kelapa tersebutNah, saat itu, para mahasiswa sengaja menggunakan minyak jelantah bekas menggoreng chicken nugget.

"Ternyata, bau asap yang kelau dari knalpot juga beraroma chicken nuggetEnak kan," tambah Royan lantas tertawa"Jadi, kita bisa memilih bau apa yang kita inginkanAsyik kan," tuturnya lagi.

Secara sekilas, biodiesel jelantah --nama ilmiah minyak jelantah yang sudah diolah sebagai pengganti solar" itu seperti minyak goreng biasaPara mahasiswa menamai minyak itu dengan B100Warnanya kuning keemasan, namun tidak sekental minyak goreng

"Minyak jelantah yang sudah diolah ini siap digunakan," kata Hendra Sufi Marsyah, wakil ketua tim energi alternatif HMM Usakti

Biodiesel jelantah yang ditunjukkan Hendra adalah sampel BBM yang sudah diproduksi untuk keperluan touringMereka memproduksi sekitar 15 jerikenSatu jerikan berisi 20 liter"Waktu touring uji coba itu, kami menghabiskan sekitar 13 jeriken atau 260 liter minyak jelantah," kata Hendra sambil menunjuk dua jeriken berisi biodiesel jelantah yang masih tersisa

Touring dengan biodiesel jelantah itu adalah salah satu peristiwa penting bagi tim riset energi alternatif HMM UsaktiPerjalanan menyusuri jalanan pantai utara (pantura) hingga Bali itu membuktikan bahwa konsumsi BBM biodiesel lebih irit dibandingkan solar

"Satu liter solar bisa habis dalam 11-13 kilometer, sementara satu liter B100 bisa untuk menempuh jarak 12-15 kilometer," ujar HendraPerjalanan sekitar 2.800 km itu ditempuh selama empat hari, 3-7 Mei lalu

Menurut Hendra, butuh waktu yang panjang untuk bisa menghasilkan biodiesel jelantah yang siap pakaiRiset B100 itu merupakan kelanjutan penelitian yang sudah dilakukan para senior mereka sejak tahun 2005"Kami sendiri mulai bekerja sejak Mei tahun lalu (2009, Red)," kata Hendra

Pada 2005 sebenarnya tim energi alternatif yang digawangi angkatan 2002 sudah berhasil memformulasikan biodiesel jelantahNamun, BBM alternatif  itu belum bisa diaplikasikan pada mesin kendaraan bermotor"Kadar metanolnya masih terlalu tinggi," tutur mahasiswa angkatan 2006 itu

Dengan kadar metanol tinggi, biodiesel itu mudah merusak mesinApalagi, kendaraan bermotor memiliki putaran mesin tinggiJika dipaksakan bisa memperpendek usia mesin"Pengaruhnya ke oli mesin jugaJika standar oli mesin bisa dipakai 5.000 kilometer, dengan metanol tinggi hanya bisa terpakai 1.000 kilometer," jelasnya

Tugas tim energi alternatif angkatan Hendra-lah yang kemudian mendapatkan tugas memurnikan biodiesel jelantah ituTim riset tersebut diketuai Mula Setyo, mahasiswa mesin,  dengan anggota Royan Thalib,  M.GRoby, Hendra Sufri Masyah, dan Ari PramudiantoSemua mahasiswa angkatan 2006Tim juga merekrut muka baru dari angkatan 2009, yakni Wanda Adityo dan CarmenTim ini didampingi Duddy Suherman, alumnus angkatan 2002 sebagai penasihat

Hendra dkkkemudian mencoba mengulang metode riset yang pernah dilakukan seniornyaAwalnya, minyak jelantah disortirSebab, kualitas setiap jelantah berbedaAda yang tercampur dengan oli, ada pula yang tercampur air, seperti yang terdapat pada bekas penggorengan ikan lele"Setelah disortir, dipanaskan untuk dipisahkan dari campurannya," kata Hendra

Tujuan pemanasan itu untuk mengurangi kadar airSetelah itu dilakukan penyaringan untuk mendapatkan jelantah murniJelantah murni itu kemudian direaksikan dengan cairan metoksi dan menghasilkan metil ester dan gliserin"Metil ester-nya yang dipakaiSedangkan gliserinnya disimpan karena memiliki fungsi lainMisalnya untuk bahan dasar pembuatan sabun mandi," kata Hendra sambil menunjuk puluhan botol bekas air mineral berisi gliserin

Metil ester itulah yang merupakan biodiesel jelantahNamun, proses itu belum selesaiTim energi alternatif kemudian menambahkan satu proses lagi, yakni destilasi untuk mengurangi kadar metanolnya"Destilasi (penguapan) itu relatif bisa mengurangi metanol," tutur dia

Minyak hasil destilasi itulah yang siap diujicobakan ke mobilTapi, mereka tidak langsung mengujikannya pada mesin mobil dieselKelinci percobaan dilakukan pada seperangkat mesin genset yang dihidupkan kontinyu selama 10 jam

Percobaan di genset ternyata suksesSaat mesin dibongkar, tim tidak menemukan banyak kerak dalam sisa pembakaran mesin"Malah, kotoran dan keraknya ternyata lebih sedikit dibanding bila menggunakan solar," kata Hendra

Setelah itu, tim energi alternatif kemudian memberanikan diri untuk mendaftarkan prestasi tersebut ke Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri)Mereka mengajukan proposal untuk bisa melakukan touring nonstop dari Jakarta-Bali pulang pergiSebagai pemanasan, tim melakukan uji coba langsung pada mobil Isuzu Panther

"Uji coba pada akhir April dilakukan dari Ciganjur ke Jakarta," ujarnya

Sebagai tolok ukur perjalanan, tim dari MURI ketika itu tidak mendampingi penuhTim MURI hanya melakukan pemeriksaan di setiap check point yang ditentukan"Kami diwajibkan mengumpulkan stempel dari setiap Polsek yang dilewati," ujarnya

Cerita perjalanan pun tak kalah seruTim energi alternatif harus mengejar waktu melakukan perjalanan turing dalam batas lima hariAlhasil, tim energi alternatif pernah ditilang di Bali, karena melanggar lalu lintas saat melalui bundaran di daerah Tabanan"Waktu itu pagi sekali, sekitar jam 1/2 duaYa karena tidak tahu, juga kecapekan," ujarnya bercerita

Tim energi alternatif pun juga hampir nahas terkena mautSaat perjalanan pulang melewati daerah Banyuwangi, salah satu Panther mengalami selip banSalah satu sisi ban menyentuh tanah yang permukaannya lebih rendah dari aspal"Hampir nahas, karena menghindari mobil," ujarnyaTim bernapas lega karena kejadian itu tak berlanjut hingga perjalanan pulang berakhir

Melalui perjalanan itu, tim energi alternatif telah membuktikan bahwa Biodiesel Jelantah telah berhasil menjadi bahan bakar alternatif pengganti SolarSayang, perhatian pemerintah belum maksimalTim berharap bahwa akan ada perhatian untuk bisa memaksimalkan energi alternatif buatan mereka itu"Kami akan mengajukan hak paten atas B100 ini," tandasnya

Tim riset memang berniat mendaftarkan ke Menkumham agar mendapatkan hak paten jika kelak segala unsur penunjang untuk kemudian penemuannya itu diproduksi dalam kapasitas besar dan diperdagangkanKendala terbesar saat ini adalah kesulitan mendapatkan bahan baku utama, yaitu minyak goreng jelantah dalam jumlah besar

Pernah, kata Royan, pihaknya mengajukan kerjasama ke restoran fast food yang menjual ayam goreng agar minyak hasil penggorengannya diberikan"Tapi ternyata kata mereka tidak bisa karena sudah ada kerjasama dengan pihak lain untuk keperluan lain," ucapnya.***

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ke Darul Uloom Zakariyya, Pesantren Multibangsa di Johannesburg


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler