jpnn.com - JAKARTA - Rentetan hasil buruk tunggal putri dan ganda putri pada setiap turnamen yang diikuti tahun ini berimbas negatif. Tak tanggung-tanggung Linda Wenifanetri dkk diambang pintu absen pada kejuaraan beregu putri Piala Uber tahun depan.
Tahun 2014 mendatang, perhelatan Piala Thomas dan Piala Uber dilangsungkan di New Delhi India pada 18-25 Mei. Dari pertama kali dilangsungkan Lancashire Inggris tahun 1957, Piala Uber sudah digelar 24 kali dan Indonesia berpartisipasi 21.
Ancaman tak bertolak ke India tersebut langsung dikatakan kabidbinpres PB PBSI Rexy Mainaky kemarin (9/10). Rexy mengatakan prestasi sektor putri Indonesia yang sedang terpuruk saat ini jadi alasan utama.
Hingga bulan lalu, raihan terbaik tunggal putri pelatnas boleh dikata "hanya" juara di kejuaraan yang levelnya di bawah grand prix yakni international challenge Vietnam Open atas nama Hanna Ramadini Maret lalu. Kejuaraan ini kastanya ada di posisi kelima.
Sedang ganda putri, prestasinya boleh dikatakan mendingan. Pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari sempat juara di grand prix gold Thailand Open Mei lalu. Turnamen ini kastanya ada di bawah supeseries premier dan superseries.
"Kondisinya memang harus gentle mengakui kalau putri kita memang buruk saat ini. Kalau dikatakan memalukan bangsa, sebenarnya akan jauh lebih malu jika kita ikut-ikutan turun tapi kemudian langsung kalah di babak penyisihan grup," tegas Rexy.
Ucapan Rexy bukan tanpa sebab. Berdasar perhitungan Rexy, kalau ikut Piala Uber dilihat rangking pemain-pemain putri kita, Merah Putih jelas bukan unggulan. Dari 12 negara yang berpartisipasi, bisa saja rangking Indonesia ada di posisi antara sembilan sampai 12.
"Delapan negara teratas kalau dilihat rangking putri ada Tiongkok, Korsel, Jepang, Denmark, India, Taipei, Thailand, dan mungkin Jerman atau Hongkong. Yakinkah kita bisa mengatasi mereka? Kita harus jujur sekarang," jelas Rexy.
Peraih medali emas ganda putra Olimpiade 1996 tersebut pembenahan di sektor putri membutuhkan kerja ekstra. Bukan hanya sisi fundamental, melainkan juga spirit bertanding Linda dkk yang kurang ngotot.
Dalam kacamata Rexy, tak ikutnya tim putri di Piala Uber malah menjadi strategi tersendiri. Karena dengan menyimpan kekuatan tahun depan, toh masih ada Piala Uber tahun 2016. Kalau memang prestasi stabil, Indonesia bisa unjuk gigi tiga tahun lagi.
Salah satu penataan sistem sektor putri Indonesia yang masuk dalam rencana besar adalah pengaturan turnamen sesuai kemampuan. Kalau memang belum juara pada tataran grand prix atau grand prix gold, jangan dulu naik ke superseries ataupun superseries premier.
Awal tahun mendatang, promosi-degradasi akan besar-besaran dilakukan. Pemain yang sudah kadaluarsa secara kemampuan, tak segan ditendang. Lebih baik memberikan kesempatan kepada pemain muda potensi daripada pemain senior yang susah diharapkan prestasinya.
Secara terbuka Rexy lebih memilih berkonsentrasi untuk persiapan tim Piala Thomas. Pria asal Ternate tersebut sedang menyusun serangkaian langkah untuk menguatkan ganda kedua serta tiga pemain tunggal. Untuk tahun depan, Hendra Setiawan/M.Ahsan masih menjadi pilihan utama ganda.
"Saya mau adil untuk sektor tunggal putra. Kalau ganda diharuskan 100 persen dari dua pasangan, yang tunggal juga harus 100 persen dari dua pemain. Saya gak mau membedakan," ucap Rexy.
Tapi apakah keputusan ini sudah bulat? Mengingat masih ada dua bulan sebelum tahun 2013 berakhir dan srikandi Indonesia masih berpotensi mengukir prestasi?
"Dari pengalaman saya, susah mengebut hasil bagus untuk dua bulan yang tersisa. Padahal saya mau Desember persiapan tim Piala Thomas sudah mulai," beber Rexy.
Ketika dikonfirmasi kepada Kasubid pelatnas PP PBSI Ricky Subagja, dirinya masih belum memastikan. Kebijakan memarkir tim Piala Uber untuk tahun mendatang, masih akan dirapatkan dengan para pelatih.
Di sisi lain, pemain tunggal putri pelatnas Linda pun pasrah. Pemain rangking 12 dunia itu tak menyangkal kalau dalam tiga bulan belakangan prestasinya meredup. Setelah superseries Singapore Open Juni lalu, dimana Linda mencapai babak semifinal, Linda tak kunjung berprestasi.
"Ya, ada beberapa faktor. Kita lihat saja pemain Tiongkok Wang Yihan juga naik turun prestasinya tahun ini. Saya sih berharapnya bisa bangkit untuk turnamen-turnamen selanjutnya," tutur Linda. (dra/ko)
BACA JUGA: Alonso Bisa Kembali Lawan Malaga
Raihan Indonesia di Piala Uber
BACA JUGA: Icardi Pilih Argentina Ketimbang Italia
1969
Indonesia menjadi runner-up. Kalah 1-6 dari Jepang di partai final
1972
Kembali runner-up. Kalah 1-6 dari Jepang lagi.
1975
Indonesia juara. Di Jakarta, Minarni dkk menggebuk Jepang 5-2.
1978
Indonesia kehilangan tahta. Indonesia kalah 2-5 dari Jepang
1981
Indonesia lagi-lagi runner-up. Merah Putih kalah 3-6 dari Jepang.
1986
Indonesia runner-up di depan publik sendiri. Di Jakarta, Indonesia kalah 2-3 dari Tiongkok
1988
Indonesia di peringkat ketiga
1990
Indonesia kalah di semifinal
1992
Indonesia tersingkir di empat besar
1994
Indonesia juara. Susi Susanti dkk menang 3-2 atas Tiongkok di Jakarta.
1996
Indonesia mempertahankan juara. Di final menggebuk Tiongkok 4-1.
1998
Indonesia runner-up. Kalah oleh Tiongkok 1-4
2000
Indonesia kalah di semifinal
2008
Indonesia runner-up di Jakarta. Kalah 0-3 dari Tiongkok
2010
Indonesia kalah di babak semifinal.
BACA JUGA: Emosional tapi Tetap Optimis
BACA ARTIKEL LAINNYA... 22 Pemain Belum Cukup
Redaktur : Tim Redaksi