BACA JUGA: Shaliha Perkarakan Bunda Mano
"Bom yang ditemukan di kamar 1808 itu disetting waktunya untuk meledak lebih dulu, tapi gagal," kata Ketut pada wartawan di Media Centre Bellagio kemarin
BACA JUGA: Mantan Dirut PLN Diperiksa KPK
Saat hendak ditegur, lelaki itu mengaku akan menemui bosnya di restoran SyailendraBACA JUGA: Toyota Sediakan 18 Ha untuk Penghijauan
Kombes Ketut tak bisa memastikan apakah timer bom membutuhkan pemicu tambahan berupa sinyal ponsel"Yang jelas, bom itu dijinakkan dalam kondisi aktif tapi belum meledak," katanyaBisa saja, orang ketiga gagal mengaktifkan bom di kamar 1808 lalu kaburJika bom 1808 meledak, jumlah korban dipastikan lebih banyakKarena tamu-tamu yang panik akan disambut oleh ledakan berikutnya yang lebih dahsyatSelisih timer bom 1808 dengan bom di lobi JW Marriott sekitar tujuh menit sebelumnya atau 7.40 WIB
Sumber Jawa Pos menjelaskan, orang ketiga sangat mungkin justru si pemesan kamar 1808Tapi bukankah Dr Eddy Saparwoko, kepala tim DVI menjelaskan potongan tubuh yang berada di lobby JW Lounge identik dengan sidik jari di kamar 1808"Itu bukan berarti si pengebom adalah yang tinggal di kamar 1808Mungkin saja dia naik dulu mengambil bom, lalu turun melakukan aksiSementara si pemesan kamar langsung lari,"kata sumber ituKombes Ketut juga tak berani memastikan"Sidik jari di 1808 masih dibandingkan dengan file yang ada di Bareskrim," katanya.
Bagaimana dengan keterlibatan Ibrahim ? Kombes Ketut menegaskan polisi tidak pernah menyebut Ibrahim sebagai tersangka"Yang benar adalah Ibrahim dilaporkan hilangKita cek dna-nya tidak cocokJadi, soal peran sebenarnya masih ditelusuriIni perlu diluruskan agar tak terjadi fitnah dan pencemaran nama baik," kata KetutSalah seorang teman Ibrahim, Andi Suhandi menilai Ibrahim sangat jauh dari profil pengebom atau teroris"Orangnya baik sekali," kata Andi di depan hotel Ritz Carlton kemarin
Andi pernah tinggal bersama Ibrahim di kontrakannya jalan Exauri, Kuningan Timur"Tapi, sejak Mei dia pindah ke kawasan CondetSaya tak tahu persis, katanya rumah kakaknya,"ujarnyaDi perusahaan tempat mereka bekerja yakni Chynthia Florist, Ibrahim juga tak banyak omong"Dia bukan tipe orang yang gampang marah," katanyaMenurut Andi, Chynthia Florist yang berkantor di Plaza Mutiara suit 103, samping hotel JW Marriott sekarang sedang diliburkan"Kami diberitahu agar menunggu pengumuman," katanya.
Dari data yang diperoleh Jawa Pos, Ibrahim beralamat di jalan Cililitan Kecil No 21 RT 03 RW 07 Cililitan, Kramat Jati, JakartaGolongan darahnya BDia lahir 6 Mei 1972Ayahnya H Achmad Rodhin Djafar (meninggal dunia 2006), Ibunya Mustika (meninggal dunia 1997).
Ibrahim menempuh pendidikan di SD Kebon Baru 07, Tebet, Jakarta Selatan (1979-1985)Dari raport yang tercecer di rumahnya Cililitan Kecil, nilainya standar rata-rata? 6,5.
Ibrahim menempuh pendidikan SMP 15 Tebet, Jakarta Selatan (1985-1988)Nilainya ebtanas IPS 7, IPA 6, matematika 5Usai SMP dia masuk STM Boedi Utomo (sekarang SMKN) Lapangan Banteng tahun 1989-1991"Saya tak ingat pasti anaknya," ujar Muryadi, guru SMKN Boedi Utomo saat ditemui kemarin
Muryadi juga tak yakin alumni sekolah itu menjadi anggota jaringan teroris"Lulusnya sudah lama sekali, jadi kita juga tak bisa memantau lagi," katanya. Riwayat pekerjaan Ibrohim bisa dilihat dari kartu kerjanyaIbrahim bekerja di PT Mulia Persada Tata (1992-1994)Berdasar slip gaji yang ditemukan, Ibrohim pernah bekerja di Hotel Mulia Senayan (2002-2005), lalu di Hotel Hilton Senayan (2005-2006), sebelum dia bekerja sebagai florist di Hotel Ritz Carlton.
Menurut Kombes Ketut Yoga, polisi tetap membuka pintu untuk aduan masyarakat"Silahkan 24 jam," katanyaSejauh ini sudah ada 15 laporan yang masuk"Tapi, macam-macamAda yang melaporkan kehilangan anak juga, inilah yang masih kami dalami," katanya."Kapan ada penangkapan jaringan yang sudah teridentifikasi "Kombes Ketut hanya menjawab secepatnya"untuk apa berlama-lamaKalau sudah ada bukti, tentu polisi segera menangkap," katanya
Soal Hendrawan
Hendrawan dan istrinya, warga Perumahan Citra Pesona ,Malang yang ditangkap di Solo dipastikan adalah warga negara Singapura Husaini bin Ismail dan istrinya Rasidah binti SanubariKeduanya merupakan pesanan negara tetangga itu karena masuk dalam buronan"Peranan dalam konteks hubungan dengan Noordin tidak sampai teknisKami menduga dia hanya pernah bertemu beberapa kali dengan kader-kader Noordin untuk menguatkan mental mereka," kata sumber Jawa Pos kemarin
Berdasarkan informasi yang dihimpun dari kepolisian, Singapura meminta bantuan Indonesia untuk menangkap dua buronan teroris warga negara Singapura, yakni Samad bin Subari dan Husaini bin IsmailKeduanya diduga terkait dengan rencana peledakan Bandara Internasional Changi, Singapura, tahun 2003Adanya permintaan tersebut juga diakui pihak Kementerian Dalam Negeri Singapura, Jumat (26/6).
Sebelum penangkapan, Internal Security Department (ISA) telah menyediakan informasi rinci kepada Polri mengenai Husaini dan Samad, termasuk sidik jari, keterlibatan di Jemaah Islamiyah, dan penyelidikan terkini.Husaini bin Ismail ditangkap polisi di sekitar Solo, Jawa Tengah, Minggu (21/6) pukul 15.30Polisi juga mengambil istrinya, Rasidah binti Subari (44), serta dua anaknya, Lukman (20) dan Mukmin (19)Husaini, Rasidah, dan kedua anaknya lahir di SingapuraSementara Samad ditangkap di Bandar Lampung pada hari yang sama pukul 19.00Umar, anak Samad, menghilang saat ayahnya ditangkap"Peran dia dalam peledakan ini masih didalami," kata sumber itu
Kombes Ketut Yoga menolak membeber informasi soal Husaini alias Hendrawan"Saya tidak berwenang bicara strategi penyidikanSemua masih diselidiki dan terus dikembangkan," katanya.(rdl/ano)
BACA ARTIKEL LAINNYA... DPD Perjuangkan DBH Perkebunan
Redaktur : Tim Redaksi