Pilkada Jabar 2018

Tinggalkan Dedi Mulyadi, Golkar Bakal Kualat

Selasa, 14 November 2017 – 20:52 WIB
Bupati Purwakarta, Dedi Mulyadi bersama Rais Aam PBNU, Kiai Maruf Amin. Foto: RMol Jabar/JawaPos Grup

jpnn.com, JAKARTA - Pengamat politik Pangi Syarwi Chaniago mengatakan, dalam terminologi politik memang ada istilah bandwagon effect. Di mana partai politik biasanya mengusung calon yang bakal terpilih atau punya kans lebih besar untuk menang.

Namun, dalam kasus Golkar yang lebih memilih mengusung Ridwan Kamil sebagai calon gubernur Jawa Barat daripada kadernya Dedi Mulyadi, bisa menimbulkan efek yang justru kurang baik.

BACA JUGA: Pengurus Golkar: KPK Bisa Garap Setnov Tanpa Izin Presiden

"Jangan sampai Golkar kualat, tidak menghargai kadernya sendiri untuk bertarung dan nampak tak percaya diri (mengusung kader sendiri,red). Kasus yang sama bukan tidak mungkin bisa kembali terulang seperti konflik antara pengurus pusat PDIP dengan pengurus di Jakarta saat di Pilgub DKI 2017," ujar Pangi di Jakarta, Selasa (14/11).

Menurut direktur eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting ini, karena tidak mendukung kadernya sendiri untuk maju sebagai calon gubernur, yaitu Boy Sadikin, membuat suara PDIP di akar rumput terpecah.

BACA JUGA: Pilih Kang Emil, Suara Golkar di Jabar Terancam Terbelah

Boy Sadikin bahkan memutuskan keluar dan memilih pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno.

“Hitung-hitungan kalkulasi politik di atas kertas, boleh-boleh saja. Namun jangan sampai terjadi preseden buruk dan tertanam pikiran negatif kader sendiri. Ngapaian capek-capek berpikir dan kerja keras berdarah-darah membesarkan partai. Bahkan sekelas Ketua DPD Jabar saja, tidak dihargai partainya sendiri. Ini sangat miris,” pungkas Pangi. (gir/jpnn)

BACA JUGA: Jika Gubernur DKI Ditunjuk Presiden, tak Ada DPRD Provinsi

BACA ARTIKEL LAINNYA... Deisti Novanto Ingatkan Pentingnya Ketahanan Keluarga


Redaktur & Reporter : Ken Girsang

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler