Tingkat Kepuasan Dosen terhadap Kampus Merdeka Lebih Tinggi Dibanding Mahasiswa

Kamis, 30 Desember 2021 – 17:40 WIB
Rektor UKRIDA, Dr. dr. Wani Devita Gunardi, Sp.MK (K). Foto tangkapan layar

jpnn.com, JAKARTA - Universitas Kristen Krida Wacana (UKRIDA) mendapatkan dana hibah dari Kemendikbudristek.

Menurut Rektor UKRIDA Dr. dr. Wani Devita Gunardi, Sp.MK (K), bantuan pendanaan program penelitian kebijakan merdeka belajar kampus merdeka dan pengabdian masyarakat ini sangat bermanfaat bagi mahasiswa maupun dosen.

BACA JUGA: SDM Emas Dibutuhkan 2045, Menteri Nadiem Siapkan Kampus Merdeka Platinum

Tak terkecuali masyarakat yang menjadi target dari pendanaan hibah yang diusulkan UKRIDA.

"Saya mengapresiasi topik-topik yang diusulkan masing-masing tim penelitian maupun pengabdian masyarakat dirancang sangat menarik dan relevan dalam kebijakan merdeka belajar kampus merdeka (MBKM)," kata Rektor Wani Devita Gunardi dalam seminar hasil bantuan pendanaan program penelitian kebijakan MBKM secara hybrid, baru-baru ini.

BACA JUGA: Tani Centre IPB Luncurkan Program Kampus Sawah Merdeka

Pada kesempatan tersebut Dr. Lidia Sandra dari tim penelitian 1 memaparkan hasil riset mereka. Tim ini menitikberatkan pada faktor determinan partisipasi mahasiswa dalam program MBKM, antara lain pengaruh sosial, kondisi pendukung, keputusan pemerintah, rekognisi, insentif keuangan, utilitas, serta kemudahan. 

Berdasarkan survei terhadap 745 partisipan, tim menemukan di luar dari keputusan pemerintah, ternyata pengaruh sosial memiliki peran sangat penting terhadap partisipasi program MBKM.

BACA JUGA: Kampus Merdeka, Kemendikbudristek dan Tiongkok Jajal Kolaborasi Perguruan Tinggi

Dari riset yang dilakukan Lidia dan tim menunjukkan pengetahuan manfaat dan ketertarikan mahasiswa terhadap program MBKM sangat tinggi sekitar 81,6%.

Begitu juga tingkat kepuasan pelaksanaan program MBKM mencapai 84,78% bagi dosen dan 71,74% bagi mahasiswa. 

"Apabila program yang dilakukan bermanfaat maka partisipasi akan meningkat dan kepuasan juga akan meningkat, begitu juga sebaliknya," terangnya.

Lidia Sandra dan tim juga melakukan analisis sentimen terhadap seluruh mahasiswa di Indonesia, melalui Twitter.

Sekitar 63% sentimen positif terhadap program MBKM, wordcloud yang ditemukan dari partisipan seperti terdapat insentif uang saku, pujian terhadap Indonesia dan presiden, dan sebagainya. 

Namun terdapat 37% sentimen negatif yang mengungkapkan masalah terhadap konversi nilai, perasaan lelah mengikuti program MBKM, perasaan sedih karena kesulitan atau gagal saat penyeleksian program MBKM, pembayaran uang insentif yang tertunda, dan sebagainya.

Dalam dunia pembelajaran, ada beberapa pro dan kontra antara mahasiswa yang menyukai teori lalu ada yang yang lebih menyukai praktik.

"Ada mahasiswa yang menyukai jika teori diikuti praktik yang sesuai sehingga mahasiswa memiliki bayangan bagaimana sebenarnya teori itu bekerja," ucapnya.

Dr. Lidia Sandra dan tim menyatakan efek pandemi secara tidak langsung memberikan efek memaksa bagi perguruan tinggi untuk melakukan transformasi digital. Sejalan dengan itu, program MBKM juga ditargetkan untuk meningkatkan kualitas lulusan mahasiswa menyambut era transformasi digital.  

Perguruan tinggi lanjutnya, bisa melakukan transformasi digital sebuah framework berlandaskan pada service management yang mengarah ke service value driven. 

"Ini bisa membentuk ekosistem dari digital learning services yang menjadi referensi bagi perguruan tinggi untuk mempersiapkan diri melakukan transformasi ke arah digital learning services," pungkas Lidia Sandra. (esy/jpnn)


Redaktur : Djainab Natalia Saroh
Reporter : Mesya Mohamad

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler