Tingkatkan Produk Hortikultra, Kementan Dukung Industri Pertanian Gunakan Teknologi Ini

Minggu, 19 September 2021 – 14:44 WIB
Pengeringan cabai menggunakan teknologi Tunnel Dehidrator. Foto: dok Kementan

jpnn.com, JAKARTA - Sekretaris Ditjen Hortikultura, Retno Sri Hartati Mulyandari mengatakan mendukung para industri pertanian untuk menggunakan berbagai teknologi agar bisa meningkatkan nilai tambah produk hortikultura.

Menurut dia, dengan naiknya nilai tambah produk hortikultura diyakini mampu menyokong perekonomian nasional.

BACA JUGA: Optimistis Kesejahteraan Petani Meningkat, Kementan Siapkan SDM Andal di Pinrang

Salah satunya adalah menumbuhkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang diharapkan mampu menaikkan posisi petani dan pelaku usaha hortikultura.

“Kita ketahui bahwa arah kebijakan pembangunan adalah meningkatkan daya saing produk hortikultura melalui peningkatan produksi dan produktivitas," kata Retno dalam siaran persnya, Minggu (19/9).

Retno menambahkan untuk produktivitas saat ini para petani masih menggunakan benih unggul.

BACA JUGA: Kepala BPPSDMP Kementan Sebut Pangan seperti NKRI, Harus Harga Mati

Namun dari sisi penggunaan pupuk, Retno menyarankan agar petani menggunakan biopestisida sebagai pupuk organik dan tidak menggunakan pupuk kimia.

Itu menjadi salah satu poin peningkatan daya saing yang bisa disejajarkan dengan produk impor.

BACA JUGA: Kementan Puji Sosok Petani Milenial Bali Luar Biasa yang Sukses Bangun Smart Farming

Selain itu, Retno menyarankan agar industri pertanian menggandeng lembaga riset yang memiliki teknologi andalannya untuk diterapkan dalam proses produk hortikultura.

"Dengan demikian petani atau UMKM yang melakukan pengolahan produk hortikultura juga merasa nyaman karena tahu sudah ada pasarnya dengan jaminan harga yang menguntungkan,” terang Retno.

Menurut Retno salah satu teknologi yang digunakan adalah Solar Dryer Dome.

Teknologi itu diklaim bisa menurunkan kadar air (moisture content) komoditas pertanian dengan memanfaatkan udara yang dipanaskan sinar matahari.

“Bentuk solar dryer dome ini menyerupai kubah. Teknologi ini tidak menggunakan energi listrik maupun gas, melainkan tenaga matahari,” terang Retno.

Salah satu penyedia Solar Dryer Dome menjelaskan bahan utamanya menggunakan polikarbonat khusus pengeringan.

Menurut dia, polikarbonat itu diproduksi dengan formula anti sinar UV 98% dan optical khusus supaya panas bisa terserap dan tersebar merata ke dalam kubah.

Beberapa daerah yang sudah menggunakan teknologi itu antara lain Garut, Cirebon, Trenggalek, dan Lampung.

“Menggunakan Solar Dryer Dome warnanya tidak akan terganggu,” ujar dia.

Sementara itu, Peneliti Teknologi Proses Hortikultura PKHT IPB, Hisworo Ramdani mengaku melakukan penelitian terhadap alat pengeringan cabai menggunakan Tunnel Dehidrator.

Dari hasil penelitian itu, Hisworo menemukan bahwa teknologi tersebut bisa menjaga kualitas terhadap warna yang dihasilkan.

“Pendugaan umur simpan cabai kering dan teknologi dehidrasi cabai kering untuk konsumsi langsung,” kata Hisworo.

Menurut dia, pengeringan model tunnel dehidrator itu sudah banyak digunakan.

Dia mengatakan tekonologi itu menggunakan gas dan bisa menjadi alternatif selain penggunaan solar dryer dome.

“Proses pengeringan dapat dilakukan dengan penggunaan alat atau mesin dengan metode konvensional yang sesuai," tuturnya.

"Meski demikian pemilihan proses dan mesin peralatan pengeringan menjadi kunci dalam keberhasilan pengeringan cabai sesuai SNI yang ditetapkan,” pungkas dia. (mrk/jpnn)

Kamu Sudah Menonton Video Terbaru Berikut ini?

BACA ARTIKEL LAINNYA... Kementan: SDM Tetap jadi Kunci Peningkatan Produktivitas Pertanian


Redaktur : Dedi Sofian
Reporter : Tim Redaksi, Dedi Sofian

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Tag

Terpopuler