jpnn.com, BANTEN - Kementerian Pertanian melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPPSDMP) menaruh perhatian besar terhadap kompetensi jurnalistik dan fotografi.
Bahkan saat ini tengah gencar berkolaborasi dengan insan media, dalam rangka meningkatkan kapasitas SDM para penyuluh.
BACA JUGA: Kementan Kuatkan Kapasitas SDM Dengan Pelatihan Petani Milenial
BPPSDMP melalui program Participatory Development and Management of Irrigation Project (IPDMIP) menggelar berbagai pelatihan terkait media di sejumlah daerah. Salah satunya di Tangerang Selatan, Banten.
Sejak kemarin (15/11) hingga Kamis (17/11), para penyuluh mengikuti acara bertajuk “Bimtek Jurnalistik Penulisan dan Fotografi”.
BACA JUGA: Jhon Riduan Tak Diberi Ampun, Kedua Kakinya Ditembak, Kini Terduduk di Kursi Roda
Manajer Proyek IPDMIP Basuki Setiabudi mengatakan giat Bimtek ini merupakan seri ketiga. Dua edisi sebelumnya dilaksanakan di Bali dan Serpong. " Untuk sekarang ini total ada 93 peserta yang ikut serta," ujar Basuki melalui keterangan tertulisnya, Selasa (16/11).
Basuki menjelaskan peserta bimtek sendiri berasal dari lintas daerah atau daerah-daerah yang menjadi sasaran program IPDMIP. "13 provinsi, 22 kabupaten. Selain penyuluh, kami mengundang para kepala bidang, kepala seksi (dinas pertanian)," tambah dia.
BACA JUGA: Besi Penyangga Jembatan Sering Hilang, Ternyata Ini Pelakunya
Adapun materi yang difokuskan adalah penyajian berita jurnalistik serta pengambilan foto. Di akhir pelatihan, peserta diwajibkan menghasilkan satu tulisan serta foto sesuai kaidah jurnalistik. "Untuk narasumber yang dihadirkan berasal dari Kompas. Wakil Redaktur Pelaksana dan Kepala Desk foto Kompas," beber Basuki.
Basuki menegaskan bahwa bimtek yang dikhususkan bagi para penyuluh di daerah sasaran program IPDMIP ini sangat strategis. Pasalnya, ketika mereka sudah memahami bagaimana konsep penulisan yang efektif, tentunya akan memudahkan dalam hal pelaporan program kepada publik.
"Saya berharap dari proyek IPDMIP, akan lahir penulis yang berkualitas dan juga meningkatkan kemampuan pengelolaan bidang komunikasi," ujarnya.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan, Kuntoro Boga mengatakan, saat ini masih banyak penulis tidak mengikuti kaidah-kaidah kelimuan jurnalisik. Efeknya, hasil tulisannya masih jauh dari yang seharusnya.
Di sisi lain, BPPSDMP melalui program programnya menjadi salah satu kunci kesuksesan pembangunan pertanian untuk memastikan ketahanan pangan. Dengan demikian, BPPSDMP mendukung semua program serta kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas pertanian.
"Hal ini harus diberitakan, harus disampaikan. Inilah pentingnya penulis penulis ini, harus bisa menginformasikan fungsi dari BPPSDMP melalui proyek IPDMIP kepada masyarakat dengan cara penulisan yang baik dan benar serta membuat pembaca tertarik untuk membaca," ungkapnya.
Dijelaskan Boga, Menteri Pertanian berpesan agar para pejabat tidak hanya sibuk di dalam kantor saja. Tapi harus turun ke lapangan untuk melihat secara langsung bagaimana kondisi pertanian sesungguhnya.
Apa yang sedang berlangsung di lapangan selanjutnya harus dipublikasikan kepada masyarakat melalui media massa, agar apa yang dikerjakan dan kemajuan yang telah dicapai para petani dapat diketahui secara luas oleh masyarakat.
"Untuk itu, BPPSDMP terus mendorong upaya-upaya untuk meningkatkan kemampuan para petugas pertanian, penyuluh pertanian, widyaiswara, dan dosen, baik di pusat maupun di daerah dalam mendiseminasikan informasi pembangunan pertanian melalui berbagai pelatihan dan bimbingan teknis," beber Boga.
Hal senada diungkapkan Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi. Dia menjelaskan peran penyuluh amat penting bagi dunia pertanian Indonesia. Dedi menyebut penyuluh sebagai agen perubahan peradaban pertanian.
"Penyuluh ini agen perubahan peradaban pertanian. Kalau peradaban pertanian kita berubah, itu dipastikan berkat peran dari penyuluh," kata Dedi.
Ia menjelaskan, dahulu, sistem pertanian kita masih tradisional. Sedangkan saat ini pertanian kita sudah berkembang pesat menggunakan teknologi. "Proses menggarap sawah sudah menggunakan alat mesin pertanian. Begitu juga dengan pupuk ada berbagai macam jenis mulai dari kimia hingga hayati," kata dia.
Dedi melanjutkan, perubahan peradaban ditandai dengan perubahan perilaku petani. Dari pola bercocok tanam lama ke sistem yang modern menggunakan teknologi mesin pertanian.
"Semua itu berkat peran penyuluh. Penyuluh ini yang mampu mengubah perilaku para petani. Untuk itu, penyuluh juga harus bisa mengambil hati petani, agar mau bersama-sama memajukan pertanian kita," ucapnya.
Dedi mengegaskan kalau penyuluh berperan sebagai dinamisator bagi petani. Artinya dia punya kemampuan menumbuhkan serta mengembangkan kelompok tani agar mampu berfungsi sebagai kelas belajar-mengajar, wahana kerjasama dan unit produksi.
"Disamping itu penyuluh mesti mampu menjadi inovator dalam menyebarluaskan informasi, ide, inovasi, dan teknologi baru kepada petani untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani," kata dia.
Terpisah, Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan IPDMIP harus berperan dalam mendorong transformasi sistem pertanian tradisional menjadi modern. Transformasi ini dilakukan melalui peningkatan kapasitas SDM pertanian.
“IPDMIP harus berperan mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern. Untuk itu, SDM-nya harus digarap lebih dahulu. Mereka adalah petani, penyuluh, petani milenial melalui pelatihan,” katanya dalam keterangan tertulis.
Sistem pertanian tradisional, katanya, dicirikan oleh produktivitas yang rendah, penggunaan varietas lokal, dikerjakan secara manual atau dengan bantuan tenaga ternak. Sistem pertanian ini belum memanfaatkan mekanisasi pertanian serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
“Pertanian modern dicirikan masifnya varietas berdaya hasil tinggi, menerapkan mekanisasi dan pemanfaatan teknologi era industri 4.0,” pungkasnya.(*)
Redaktur & Reporter : Budi