Tiongkok Buka Pintu Lebar, UMKM Indonesia Punya Kans Besar

Selasa, 02 Januari 2018 – 17:30 WIB
Ilustrasi UMKM. Foto: Radar Kudus/JPNN

jpnn.com, JAKARTA - Pemerhati usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) dari Indosterling Capital William Henley menyarankan pengusaha Indonesia segera merespons niat pemerintah Tiongkok membuka pintu bagi investor asing.

Menurut William, pelaku UMKM Indonesia memiliki modal keunggulan komparatif untuk bisa bersaing dengan produk Tiongkok.

BACA JUGA: Hayo Tebak, Patung Anjing Ini Mirip Presiden Siapa?

"Produk UMKM Indonesia selama ini memiliki kekhasan tersendiri. Ada berbagai keunggulan komparatif. Sebagai contoh adalah ragam racikan pada kerupuk udang Indonesia yang berbekal pada kekayaan budaya kuliner milik bangsa," kata William, Selasa (2/1).

Dia menambahkan, berdasar data Trading Economics, pendapatan per kapita Tiongkok sampai dengan akhir Desember 2016 mencapai USD 11.199.

BACA JUGA: Ratusan Juta Mata Pantau Setiap Gerak-gerik Warga Tiongkok

Di antara negara-negara anggota G20, Tiongkok berada di urutan ketiga di bawah AS sebesar USD 18.569 dan negara-negara Eropa (USD 11.885). 

William menjelaskan, salah satu pendukung perekonomian Tiongkok adalah jumlah penduduk yang sangat besar.

BACA JUGA: Pengawasan Sulit, Bea Masuk Intangible Goods Harus Dikaji

Populasi berdasarkan proyeksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2017 mencapai 1,41 miliar jiwa.

Dari jumlah itu, sekitar lebih dari 50 persen merupakan penduduk kelas menengah. 

Firma konsultan McKinsey, kata William, memproyeksikan dalam jangka waktu lima tahun ke depan, populasi kelas menengah Tiongkok akan meningkat menjadi 76 persen.

Mereka adalah penduduk yang tadinya berpendapatan USD 9.000 sampai USD 16 ribu per tahun menjadi USD 16 ribu hingga USD 34 ribu.

"Sejumlah potensi yang ada ini tentu sangat sayang jika dilewatkan. Apalagi, dengan adanya komitmen pemerintah Tiongkok. Inilah peluang," kata William.

Namun, William menyadari masih banyak tantangan yang kini dihadapi para pelaku UMKM tanah air.

Di antaranya, aspek psikologis pasar, brand produk yang lemah, sampai hal mendasar seperti administrasi. 

Perihal psikologis pasar, William menilai seolah masih ada rasa takut dan khawatir di kalangan pengusaha UMKM.

 "Ini tidak mengherankan karena pasar dalam negeri kita saat ini masih banyak dibanjiri oleh produk-produk Tiongkok," ujar William.

Namun, William mengingatkan pelaku UMKM bahwa produk Indonesia memiliki kekhasan.

"Di sinilah keunggulan komparatif yang kita miliki,” tambah William.

Terkait brand produk yang lemah, William mengatakan, semua itu tidak hanya berkaitan dengan kualitas produk.

Pembangunan brand, kata Williams, membutuhkan pelayanan prima dan harga yang masuk akal.

Jika komponen-komponen ini terpenuhi, maka UMKM Indonesia akan semakin dikenal oleh konsumen di Tiongkok.

"Sementara untuk hal-hal mendasar seperti administrasi, tentu pelaku UMKM Indonesia membutuhkan uluran tangan pemerintah. Dalam hal ini Kementerian Koperasi dan UKM, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, serta instansi-instansi terkait lainnya, bisa turun langsung memberi pendampingan," tegas William. (jos/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Ribuan Warga Tonton Eksekusi Hukuman Mati di Stadion


Redaktur & Reporter : Ragil

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler