BACA JUGA: Toyota Rugi Operasi Pertama sejak 1941
Kontrak ditandatangani di sela-sela Forum Energi Indonesia-Tiongkok Ke-3 di Jakarta.Wakil Presiden Jusuf Kalla dan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Li Keqiang menyaksikan penandatanganan delapan kontrak tersebut
BACA JUGA: Depkeu Tetapkan 13 Agen Penjual SBSN
Justru di saat krisis, kita harus lebih giat berinvestasi di sektor energi dan infrastruktur yang berjangka panjangMenteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengakui, tak semua investasi tersebut akan masuk tahun depan
BACA JUGA: Indeks Masih Bergerak Fluktuatif
Sebab, sebagian merupakan kontrak jangka panjangMeski demikian, dia yakin investasi Rp 35 triliun tersebut mampu membuka lapangan kerja hingga 32 ribu orang.Sebelumnya, Tiongkok menandatangani nota kesepahaman untuk menjadikan Indonesia sebagai nasabah khusus kredit dari Exim Bank of ChinaPenekenan nota kesepahaman bertajuk Special Buyer Credit Facility tersebut dilakukan di Istana Wakil Presiden”Indonesia dan Tiongkok sepakat melawan krisis keuangan dengan meningkatkan kerja sama teknisDengan kerja sama ini, dua negara akan lebih kuat menghadapi krisis keuangan global,” tegas Li Keqiang.
Kalla menambahkan, investasi di sektor energi adalah modal bagi kedua negara untuk menjaga pertumbuhan ekonomiInvestasi dinilainya sama penting dengan pembatasan konsumsi yang bertujuan menjaga kelangsungan cadangan energi dan memastikan kecukupan pasokan di masa mendatang.
Dengan penandatanganan kontrak investasi di sektor energi ini, Kalla optimistis target perdagangan Indonesia-Tiongkok senilai USD 30 miliar (sekitar Rp 330 triliun) pada 2010 akan tercapai.
Delapan kontrak energi antara RI-Tiongkok adalah perpanjangan kerja sama di Selat Madura antara BP Migas, CNOOC, dan Husky Madura Ltd senilai USD 642 juta (Rp 7 triliun)Lalu kredit pembangkit tenaga uap di Pelabuhan Ratu antara PLN dan Exim Bank of China senilai USD 481,9 juta (Rp 5,3 triliun), serta kredit pembangkit tenaga uap di Pacitan antara PLN dan Exim Bank of China senilai USD 293,2 juta (Rp 3,2 triliun)
Kemudian kontrak pembangunan pembangkit di Cilacap-Adipala antara PLN dan CNTIC senilai USD 605,2 juta (Rp 6,7 triliun) dan Rp 2,4 triliun, penjualan listrik pembangkit Simpang Belimbing di Sumsel antara PLN dan Sinhwa Corp senilai USD 330 juta (Rp 3,6 triliun), serta pertambangan batu bara antara PT Bukit Asam, Huadian Corp, Pemda Muara Enim dengan PT Truba Alam Tbk senilai USD 14,4 juta (Rp 158,4 miliar).
Terakhir, pengembangan biodiesel antara ZTE Agribusiness, PT Kurnia Selaras, dan Bank Pembangunan Tiongkok senilai USD 255 juta (Rp 2,8 triliun), dan kerja sama PT Budi Dharma Kencana dan Lark Guangding Power Resources di Kaltim senilai USD 350 juta (Rp 3,85 triliun). (noe/oki)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Sektor Perumahan Paling Bermasalah
Redaktur : Tim Redaksi