jpnn.com, BEIJING - Wakil Menteri Luar Negeri Tiongkok Le Yucheng mengatakan negaranya dengan tegas menentang upaya penyelidikan internasional berdasarkan praduga bersalah terkait asal-usul virus corona.
Le melontarkan pernyataan tersebut dalam wawancara eksklusif dengan jaringan televisi National Broadcasting Corporation (NBC) pada Selasa (28/4).
BACA JUGA: Habib Aboe Heran, Sedang Banyak PHK Kok Malah Mau Masukkan TKA Tiongkok
"Kami jujur, dan kami terbuka. Kami mendukung pertukaran dan interaksi profesional antara para ilmuwan, termasuk pertukaran untuk meninjau dan merangkum pengalaman," kata Le.
"Akan tetapi, apa yang kami tentang adalah tudingan tak berdasar terhadap Tiongkok," ujarnya, seraya menambahkan siapa pun semestinya tidak serta-merta menuduh Tiongkok lalu melakukan apa yang disebut dengan investigasi internasional hanya untuk merekayasa bukti.
BACA JUGA: Warga Indonesia sedang Butuh Pekerjaan, Tak Perlu Bawa Masuk 500 TKA Tiongkok
"Kami menentang penyelidikan yang didasari kepentingan politik dengan tujuan menstigmatisasi Tiongkok," kata sang wakil menteri.
Berbicara soal rilis data COVID-19, Le mengatakan apa yang telah dilakukan Tiongkok dapat diverifikasi dan tidak perlu ditutup-tutupi
BACA JUGA: Ya Ampun, Masih Pandemi Corona Kok Mau Memasukkan TKA Tiongkok
"Semua ini soal kejujuran. Benar-benar mustahil untuk menyembunyikan apa pun," ujar wakil menteri tersebut. "Sebaliknya, beberapa negara pernah mengatakan bahwa COVID-19 hanya flu biasa, dan bahkan ditutup-tutupi."
"Saat ini, kami sedang berupaya memulihkan aktivitas ekonomi secara menyeluruh dan telah mencabut larangan perjalanan di Wuhan. Bagaimana kami bisa percaya diri untuk melakukan hal itu jika penurunan jumlah kasus dibuat-buat dan tidak nyata?" tanya Le.
"Tiongkok adalah korban, bukan pendukung COVID-19," ujar Le kepada NBC, seraya menyebutkan bahwa suatu virus bisa datang dan pergi tanpa jejak dan muncul di tempat mana pun di dunia.
Lebih lanjut, Le mengatakan bahwa meminta pertanggungjawaban Tiongkok atas penyebaran virus corona, atau bahkan menuntut ganti rugi dari Tiongkok, adalah lelucon politis yang tidak masuk akal dan tanpa dasar hukum.
"Tidak ada hukum internasional yang mendukung untuk menyalahkan satu negara hanya karena menjadi yang pertama melaporkan suatu penyakit. Dan tidak ada sejarah yang menawarkan preseden semacam itu," ujar dia.
"Niatnya tidak lain adalah menyalahkan Tiongkok atas (upaya) respons yang tidak memadai dari pihak lain. Saling menyalahkan hanya mendapat sedikit dukungan, dan tidak akan memberikan hasil apa pun," lanjut Le.
Lebih lanjut, wakil menteri itu memuji upaya Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya, dengan mengatakan bahwa kinerja badan dunia tersebut mendapatkan pengakuan luas dari masyarakat internasional.
"Pada masa-masa kritis seperti ini, apa yang perlu dilakukan Amerika Serikat (AS) adalah fokus memerangi virus COVID-19, alih-alih menyerang WHO yang mengoordinasikan upaya internasional dalam memerangi virus tersebut," ujar Le, menambahkan bahwa dengan melakukan itu, AS sebenarnya telah memilih bergesekan dengan seluruh dunia. (Xinhua/ant/dil/jpnn)
Redaktur & Reporter : Adil