Tito: Hanya 5 Kasus Penganiayaan Ulama yang Benar

Rabu, 14 Maret 2018 – 17:04 WIB
Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo (kanan) dan Kapolri Jenderal Pol. Tito Karnavian (kiri). Foto: Puspen TNI

jpnn.com, JAKARTA - Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian memastikan Polri masih terus menangani kasus penyerangan terhadap sejumlah ulama.

Namun, kata Tito, dari 47 isu penyerangan, hanya lima yang benar.

BACA JUGA: Kapolri dan Panglima Terima Penghargaan Tertinggi dari TNI

“Ini ada 47 kasus kejadian, yang terjadi itu ada lima kasus. Ada sejumlah kasus itu tidak terjadi pidananya tapi rekayasa,” kata Tito saat rapat kerja dengan Komisi III DPR di gedung parlemen, Jakarta, Rabu (14/3).

Jenderal bintang empat ini menjelaskan, rekayasa yang dimaksud adalah adanya pelaporan penganiayaan kepada kepolisian.

BACA JUGA: Sering Pukul Pria, Silvia Kali Ini Serang Ustaz

Namun, kata Tito, setelah dilakukan rekonstruksi ditemukan kejanggalan. “Kemudian mengakui tidak terjadi kejadian (penganiayaan) itu,” ungkap Tito.

Mantan kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) itu menambahkan motif pelaporan rekayasa ini kebanyakan karena masalah ekonomi.

BACA JUGA: Polri Ungguli Kejaksaan, Kapolri: Maaf, Bukan Menyindir

Selain itu, ujar Tito, ada pula sejumlah kasus yang korbannya bukan ulama. Namun, lanjut dia, di media sosial diangkat seolah-olah korbannya itu adalah ulama.

“Hampir ada 32 kasus sebagian besar itu kasusnya tidak terjadi sama sekali tapi dibuat berita di medsos seolah-olah terjadi peristiwa,” kata Tito.

Dari berbagai fenomena itu, Tito menyimpulkan bahwa Polri belum menemukan adanya penyerangan yang sistematis kepada tokoh agama, tempat ibadah maupun ulama.

“Belum bukan berarti tidak,” tegas mantan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Papua ini.

Menurut Tito, masih ada beberapa kasus yang cukup janggal yang kini terus didalami jajarannya.

Misalnya, kata Tito, dari lima kasus yang terjadi itu sebagian besar tersangkanya begitu diperiksa mengalami gangguan kejiwaan.

“Jadi, kami melihat ada sesuatu kejanggalan. Nah itu terus kami dalami,” katanya.

Meski demikian, Tito tidak bisa menyimpulkan adanya koneksi satu kasus dengan lain sehingga dianggap menjadi sesuatu yang sistematis.
Namun, kata dia, Polri melihat sistematis adalah koneksi di udara atau di medsos yang menghubungkan dan menambah kasus-kasus tersebut sehingga terlihat sistematis.

Karena itu, ungkap Tito, Badan Reserse Kriminal Kepolisian (Bareskrim Polri) tengah menangani kelompok-kelompok penyebar isu tersebut.
Dengan sistem dan kemampuan investigasi yang dimiliki, Tito menjadi bisa melacak asal mula penyebabnya, termasuk siapa yang menyebarkan dan yang menyambungkan lain sehingga terkesan ada hubungan di udara atau media sosial.

“Sehingga isu penyerangan ulama ini menjadi isu opini di publik bahwa penyerangan ulama terjadi secara sistematis dengan sangat masif, padahal sebetulnya belum kami temukan seperti itu,” ungkap Tito. (boy/jpnn)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Pak Jokowi Bilang Penyerangan Terhadap Ulama itu Hoaks


Redaktur & Reporter : Boy

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler