TNI Belum Perlu Dilibatkan Berantas Teroris

Rabu, 03 Agustus 2011 – 06:16 WIB

JAKARTA - Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Budi Susilo Supandji menilai pelibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan penggunaan hard power (kekerasan) dalam penanganan tindak pidana terorisme belum diperlukanPeran Kepolisian dan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme menurutnya cukup untuk saat ini, terutama untuk melakukan deradikalisasi dan penindakan hukum

BACA JUGA: Memburu Bukti Baru dari Komputer Nazar



"Dalam situasi sekarang baik-baik saja ya tidak perlu
Saat ini mengoptimalkan BNPT dan polisi saja cukup," katanya usai seminar tentang penanggulangan terorisme di Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Jakarta, Selasa (2/8).

Budi mengatakan, saat ini yang perlu ditekankan adalah tindakan pencegahan, deradikalisasi, dan penegakan hukum

BACA JUGA: AKBP Mindo Merasa Jadi Korban Konspirasi

"Jadi lebih mengutamakan polisi," ujarnya.

TNI, menurut Budi, diturunkan dalam konteks ultimum remedium atau sebagai pilihan tindakan terakhir
TNI akan dilibatkan jika terjadi ancaman terorisme yang masif dan berskala besar

BACA JUGA: Pembuatan e-KTP Molor 18 Agustus

Saat aparat sipil dan kepolisian diperhitungkan tidak mampu lagi mengatasi ancaman itu.
     
Misalnya jika ada serangan yang dilakukan serentak di beberapa daerah sekaligusAtau jika ditemukan kapal yang memasuki wilayah Indonesia dengan membawa persenjataan"Kan tidak mungkin sipil dengan Gubernur Lemhannas hanya berdoaHarus dibantu dengan kekuatan senjata," katanya
     
Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Tito Karnavian menyatakan tindak terorisme justru diperkirakan mencapai titik tertinggi pada tahun iniMeskipun kualitas serangan teror kecil-kecil, dari segi kuantitas cukup banyakSelama 2011 sudah sekitar 70 pelaku terorisme ditangkap, padahal baru setengah tahun berjalan.

Tahun lalu pelaku teroris yang akhirnya dibawa ke pengadilan paling banyak, yaitu 103 orang"Ini menunjukkan ancaman terorisme belum selesai, belum berakhirMeski tidak ada ancaman skala besar tapi dari segi kuantitas serangan lebih banyak," ucapnya.
     
Yang mengkhawatirkan lagi pelaku-pelaku terorisme, yang dalam pemetaan polisi disebut generasi ketiga ini, tidak memiliki kaitan langsung dengan pelaku generasi pertama yang mendapat pelatihan di Mindanao dan Afganistan atau dari generasi kedua yang mendapat pelatihan dari generasi pertamaMereka ini, kata dia, lebih banyak belajar dari internet, tulisan, buku, dan lainnya.

"Hanya sedikit sekali yang memiliki kontak langsung dengan struktur utama terorisme," katanya(rdl)

BACA ARTIKEL LAINNYA... Isteri Gus Dur Minta Umat Beragama Bersatu


Redaktur : Tim Redaksi

Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News

Terpopuler