jpnn.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Voxpol Centre Pangi Syarwi Chaniago mengingatkan, Tentara Nasional Indonesia (TNI) bukanlah institusi yang membawa kepentingan dan misi politik tertentu. Karena itu, TNI tidak boleh jadi alat politik oleh elit-elitnya.
Pangi kembali mengingatkan TN tak boleh terlibat politik praktis seperti halnya partai. Karena TNI bukanlah kendaraan yang bisa digunakan untuk kepentingan politik elit tertentu.
BACA JUGA: Curiga Penetapan Tersangka Korupsi Heli AW 101 Bermuatan Politis
"TNI itu mestinya bersih dari kegiatan politik. TNI harus netral, ongkosnya akan mahal sekali jika TNI tergoda kembali berpolitik," kata Pangi di Jakarta.
Hal ini diungkapkan Pangi menyikapi dugaan Panglima TNI Gatot Nurmantyo yang dianggap berupaya untuk mencari keuntungan politik jelang 2019.
BACA JUGA: Indahnya! TNI dan Remaja Masjid Bersih-Bersih Gereja
Berbagai kegiatan Gatot yang berbau pencitraan politik seperti safari kampus, safari ormas dan parpol hingga membaca puisi di rapimnas golkar yang bernada menyerang kebijakan pemerintah.
Bahkan analis Australia Strategic Policy Institute (ASPI), John McBeth, dalam artikelnya yang berjudul Jokowi and the General menyebut penghentikan latihan bersama RI-Australia merupakan bagian dari ambisi Gatot Nurmantyo menuju kursi RI-1. Penghentian itu dianggap sebagai upaya Gatot untuk meningkatkan popularitas.
BACA JUGA: Kinerja TNI Memang Luar Biasa, Ini Buktinya
Alhasil, Pangi menilai manuver Jenderal Gatot Nurmantyo tidak dapat dilepaskan dari upaya untuk mengambil untung dalam kontestasi pemilihan presiden dengan menggunaan TNI sebagai kendaraannga.
Menurut Pangi, hal tersebut sangat tidak sehat untuk posisi TNI yang sedang dalam posisi terbaiknya berjarak dengan dengan politik praktis.
"Kalau ingin ikut politik sebaiknya melepas jabatan dan tidak menggunakan TNI," tutur Pangi mengingatkan. (dil/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Lebih Baik Segera Libatkan TNI ketimbang Terlambat Perangi Teroris
Redaktur : Tim Redaksi