jpnn.com, JAKARTA - Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut periode November hingga Desember 2021 dan Januari ke Februari 2022 ialah masa tingginya curah hujan di Indonesia yang berpotensi memicu bencana.
Namun, kata Dwikorita, situasi itu masih bisa berubah mengingat wilayah Indonesia yang kompleks dan kondisi cuaca di tanah air dipengaruhi interaksi benua Asia dan Australia.
BACA JUGA: Peringatan Dini BMKG, Warga Jabodetabek Waspadai Cuaca Buruk Malam Ini
“Artinya, perkiraan itu bisa tiba-tiba berubah karena ada sesuatu yang tiba-tiba berubah di tempat lain," kata dia.
Dwikorita kemudian menyinggung kejadian banjir Jabodetabek pada Januari 2020.
BACA JUGA: Banyak Orang Beli Sampo Saset di Warung Ini, Setelah Diperiksa, Ternyata!
Peristiwa itu sebetulnya sudah terdeteksi sepekan sebelumnya, tetapi intensitas hujan lebih besar dari perkiraan.
Dia juga menyinggung soal anomali suhu air laut. Sesuai hasil monitoring BMKG, di mana permukaan air laut di Pasifik saat ini lebih dingin dari normalnya.
BACA JUGA: Sebut Harga PCR Rp 300 Ribu Sangat Mahal, Susi Minta Bantuan Mbak Puan
Sebaliknya, suhu permukaan air laut di Kepulauan Indonesia lebih hangat dari biasanya. Ini menyebabkan tekanan udara di wilayah Pasifik lebih tinggi, dan Indonesia lebih rendah.
“Curah hujan yang seharusnya turun dicicil dalam satu bulan, tetapi karena pengaruh fenomena regional dan seruak udara, akhirnya volume curah hujan yang mestinya sebulan bisa turun dalam 24 jam,” jelas Dwikorita.
Oleh karena itu, kata dia, sangat penting memahami bahwa bencana itu terjadi karena lingkungan.
Bencana seperti banjir bisa terjadi jika lingkungan penuh aspal dan beton, pohon-pohon ditebang yang membuat resapan air terhambat.
"Maka penghijauan menjaga kelestarian lingkungan sangat-sangat tepat untuk mengurangi risiko ketidakmampuan lingkungan untuk segera meresapkan air yang datang seketika,” ungkap Dwikorita.
Sementara itu, Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Henri Alfiandi mengatakan potensi SAR perlu digerakkan secara maksimal sehingga bisa menolong dengan cepat dan tepat sasaran.
“Selama ini kami mengandalkan TNI Polri, kami yakin PDIP dengan Baguna punya rantai komando yang sangat cepat dan mudah bagi Basarnas meminta bantuan atau menggerakkan. Ini menjadi sinergi yang baik," jelasnya.
Henri juga meminta agar informasi pusat 115 diperkenalkan kepada masyarakat secara lebih luas.
Sebab, dia merasa masyarakat belum familiar dengan informasi terpusar 115, padahal hal itu menjadi awal dari bergeraknya Basarnas memberikan pertolongan hingga melakukan olah data.
"Dengan adanya dampak besar bencana, mau tak mau kita harus bekerja sama dengan potensi SAR di daerah. Maka, 115 harus familiar bagi masyarakat,” ujar Henri. (ast/jpnn)
Yuk, Simak Juga Video ini!
BACA ARTIKEL LAINNYA... Buntut Pemukulan AKBP Syaiful terhadap Brigadir Sony, Wakapolres Nunukan Ikut Diperiksa
Redaktur : Rasyid Ridha
Reporter : Aristo Setiawan