jpnn.com, SEMARANG - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong pemerintah pusat mempercepat distribusi primer atau zat aktif penanda keberadaan virus laboratorium.
Untuk mengantisipasi lonjakan kasus covid-19, Ganjar juga minta akses pembelian zat tersebut.
BACA JUGA: Kunjungi Mahasiswa Maluku, Ganjar Disambut Lagu Sio Mama e Beta Rindu Pulang
Saat ini primer sangat dibutuhkan untuk mempercepat hasil tes PCR (polymerase chain reaction), yang biasanya keluar dalam jangka waktu 2-3 hari menjadi hanya beberapa jam.
"Targetnya, kami mempermudah dan mempercepat pemeriksaan swab itu, jadi hasilnya cepat diketahui," kata Ganjar, Kamis (16/4).
BACA JUGA: Ganjar Dengar Curhat 35 Pelajar di Jateng, Ternyata ini Masalahnya
Untuk melakukan tes tersebut, di Jawa Tengah bisa dilakukan di enam laboratorium. Yakni di RSUP dr Kariadi, Rumah Sakit Nasional Diponegoro, Labkesda Semarang, Salatiga, di RS Moewardi dan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Pada masa awal kasus Covid-19, hasil tes hanya dilakukan di Kementerian Kesehatan di Jakarta. Jadi untuk distribusi primer hanya disesuaikan dengan jumlah laboratorium dan jumlah kasus.
BACA JUGA: Terima Kasih, Pace Ganjar Bikin Para Mahasiswa Papua Perantau Terharu
"Kalau kurang sih enggak tapi perlu percepatan distribusi dari pusat. Karena dengan adanya penambahan laboratorium itu pasti ada peningkatan kuantitas," katanya.
Untuk distribusi, Ganjar menjelaskan, primer dikirim oleh Kementerian Kesehatan dan langsung ditujukan ke masing-masing laboratorium, tanpa melalui Gugus Tugas atau pemerintah daerah setempat.
Ganjar berharap, ketika nantinya terjadi lonjakan kasus, ada akses pemerintah daerah untuk pengadaan zat tersebut.
"Sekarang saya minta agar pusat segera mengirim itu. Kalau tidak, saya minta ditunjukkan saja itu belinya di mana agar kami beli sendiri. Itu yang akan kita penuhi," tegas
Sampai saat ini, lanjut Ganjar, untuk stok zat primer di Jawa Tengah masih ter-cover. Tapi jika situasinya terus naik, maka harus sudah ada persiapan.
Bahkan Ganjar mengatakan telah jauh-jauh hari menyampaikan ke Menteri Kesehatan terkait hal tersebut.
"Karena jauh-jauh hari ini sudah saya sampaikan ke Menteri Kesehatan. Dijawab karena untuk membeli alat ini hanya bergantung satu negara, maka kini sedang berusaha mencari negara lain," katanya. (flo/jpnn)
Redaktur & Reporter : Natalia