jpnn.com - SEKADAU - Harga kelapa sawit dan karet merosot. Warga Sekadau, Kalbar, mengaku pusing memenuhi kebutuhan hidup yang kian tinggi.
“Pusing kita bang. Harga karet sekarang tidak ada peningkatan. Sedangkan harga barang tinggi,” keluh Amat, salah seorang petani karet di KM 7 Jalan Sekadau-Sintang kepada Rakyat Kalbar (Jawa Pos Group), kemarin.
BACA JUGA: Cuekin e-PUPNS, PNS Dianggap Mengundurkan Diri
Di tingkat pengepul, saat ini harga karet dibeli dengan harga Rp 4 ribu hingga Rp 5 ribu per kilogramnnya. Harga ini sangat rendah jika dibandingkan harga barang seperti gula dan kopi.
Gula di pasaran dijual dengan harga Rp 13 hingga Rp 15 ribu. Sementara kopi dijual Rp 6 ribu hingga Rp 6.500 per ons-nya.
BACA JUGA: Ditangkap, Mucikari Anggita Sari Ternyata Masih Muda
Jika dikalkulasikan dengan harga karet, berarti untuk satu kilo karet belum sebanding dengan harga satu ons kopi. Sedangkan untuk membeli satu kilo gula pasir, sedikitnya dibutuhkan 3 kg karet.
“Sedangkan hasil kita menyadap karet, paling banyak 5 Kg sehari. Dengan harga serendah itu, mau makan apa kita,” ucap Amat.
BACA JUGA: Duh Sedihnya...Hamil, si Cowok Malah Nikah dengan Wanita Lain
Bapak tiga anak itu mengaku heran dengan harga karet yang tak kunjung membaik. Harga karet sudah mengalami kejatuhan sejak hampir satu tahun terakhir. Kalau pun ada kenaikan, nilainnya tidak terlalu besar dan tidak berlangsung lama. Beberapa hari kemudian harganya kembali melorot.
Sepengetahuan Amat, harga karet dipegaruhi oleh pasaran dunia. Yang membuatnya heran, kenapa ditengah harga dolar naik, harga karet justru melorot. “Kita harapkan pemerintah harus bisa membantu kami rakyat kecil seperti ini. Jangan hanya janji,” kesalnya.
Tak hanya harga karet, harga TBS sawit juga dikeluhkan masyarakat. Sejak beberapa pekan terakhir, petani sawit mengeluh harga TBS yang melorot.
“Sekarang harganya tinggal Rp 700 hingga Rp 800 per kilo,” ucap Benus, salah seorang petani sawit asal Kecamatan Sekadau Hulu, kemarin.
Menurut Benus, menurunnya harga sawit membuat perekonomian keluarganya terpukul. Selama ini Benus memang mengandalkan sawit untuk membiayai kehidupan sehari-hari.
Di sisi lain, harga pupuk justru semakin meningkat. “Kalau seperti ini terus, bisa tidak makan kita. Tolong lah pemerintah, Pak Jokowi bantu kita,” ucapnya polos. (bdu/sam/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Walah... Anggota Dewan Diduga Terlibat Pengoplosan Gas Bersubsidi
Redaktur : Tim Redaksi