jpnn.com, LUMAJANG - Warga Desa Jengrong, Kecamatan Ranuyoso, Lumajang, Jatim berbondong-bondong mendatangi Sungai Gumuleng.
Mereka harus menuruni sungai sedalam 25 meter itu demi mendapatkan air bersih.
BACA JUGA: APBD Kurang Untuk Atasi Kekeringan
Bukannya mendapat air, warga hanya menemukan air sungai yang mulai mengering.
Sejumlah warga yang membawa jerigen dan pakaian kotor, mendatangi kubangan-kubangan tempat pengambilan air.
BACA JUGA: Tolong...Puluhan Desa Mulai Dilanda Kekeringan
Warga harus bersabar mengambil sedikit demi sedikit air bersih karena sumber air nyaris kering.
Butuh tiga jam lamanya untuk mendapatkan 25 liter air dari kubangan tersebut.
BACA JUGA: Krisis Air, Warga Hanya Andalkan Mobil Tangki
Sambil menunggu air terisi, warga menyuci pakian kotornya di genangan air bekas tempat pemandian ternak sapi.
Sebenarnya, air tersebut tidak layak pakai, tapi mereka terpaksa menggunakannya tersebut.
"Bagi warga Jenggrong, krisis air berish ini dialami setiap musim kemarau datang, karena di tempat penampunganya telah habis. Setiap hari, minimal mereka mebutuhkan 50 liter air, bahkan terkadang masih belum cukup. Jika membeli air bersih, harganya cukup mahal. Harga 1500 liter air bersih mencapai Rp 200 ribu," ungkap Sanawi, salah satu warga Jenggrong.
Air yang sebenarnya sangat tidak layak ini, mereka gunakan untuk segala kebutuhan, mulai memasak, minum, mencuci, dan kbutuhan lainnya. Hal tersebut dapat mengancam kesehatan warga. (pul/jpnn)
BACA ARTIKEL LAINNYA... Batam Diprediksi Alami Krisis Air Bersih pada 2020
Redaktur & Reporter : Natalia